Dalam Pandangan Mata Manusia | Ilmu Hakikat | kajian Gus Baha
Keywords Kajian: Kelihatanya, Istilah Bahasa, Langit, Semaunya Sendiri, Rizqi, Potensi Bencana, Banyak Keliru, Bodoh, Dzolim, Ilmu Hakikat, Ikhlas
Tulisan ini agar kalian mudah memetakan kajian Gus Baha mengenai materi2 tertentu yang banyak bertebaran di Youtube. Karena penulis, memandang ilmu gus baha' yang luar biasa, maka kami bersemangat untuk menulisnya, agar selain kalian bisa mendapatkan informasi keilmuan kajian gus baha lewat audio visual, juga kalian bisa menelitinya dengan yang berbentuk tulisan. Semoga yang sedikit ini bisa memberi andil mempermudah kalian semua, atau memberikan refferensi bacaan yang menarik untuk nutrisi kehidupan anda. :) Amin.
-------
مَرَجَ أرْسَلَ البَحْرَيْنِ العَذْب والمِلْح يَلْتَقِيانِ فِي رَأْي العَيْن
Tafsir Jalalain Surat Ar Rohman: 19
Apa yang terlihat mata
.
.
Nah ini saya terangkan sedikit yang benar2 Ilmu Tafsir, disini dikatakan
فِي رَأْي العَيْن
fii ro'yil 'aini,
Saya minta diperhatikan, bagi yang pernah ngaji, ini adalah titik penekananya. Penafsiran ayat yaltaqiyani adalah fii ro'yil 'aini dalam pandangan mata (kelihatanya, seperti itu).
يَلْتَقِيانِ فِي رَأْي العَيْن
Jadi Alloh berfirman marojal bahroini, yaltaqiyaani (kelihatanya seperti itu) dua mata air itu dipertemukan. Misal banyak sungai yang bermuara ke laut. Seperti Sungai Kapuas, atau sungai dimana saja, itu kelihatanya bermuara di laut, yaltaqiyani, kelihatanya bertemu. Tapi itu semua hanya, fii ro'yil 'aini, dalam pandangan mata
Bahasa di dalam Wahyu
.
.
Saya pernah mengkaji kitab2 karangan Imam Ar Rozi, beliau adalah Ulama Tafsir Besar yang menjelaskan posisi quran sebagai wahyu yang berkarakter bahasa, Jadi Al Qur-an itu adalah wahyu, dan pasti benarnya. Tapi bagaimapun juga Al Qur-an (berkarakter) bahasa, biar kalian tidak kaget, mungkin kalian tidak kaget, lha iman kalian itu iman mokong (nakalan), tidak begitu pahamlah, tetep iman mokong. Tapi kalau kita tidak bisa menjawab, nanti ditakutkan anak cucu kita (sulit) untuk iman ke al quran iman tidak teratur, jadi tidak pakai dasar ilmiah
Contohnya begini:
Ketika banyak Ilmuan penemuanya lebih diakui secara ilmiah dibanding tulisan2 agama, itu akan menimbulkan keguncangan. Keguncangan yang menjadikan iman itu oleng (tidak pada tempatnya). Misalnya seperti ini yang terkenal, mungkin kalian sudah sering mendengar
Nabi pernah bersabda, Bulan di langit ketiga, Matahari di langit berapa (gitu), terus yang terakhir itu yang ditempati Jibril. Terus ketika ada berita bahwa para NASA Amerika itu bisa naik ke bulan rata2 kyai2 dulu tidak percaya
Nabi Muhammad saja, ketika sama Malaikat Jibril ke Bulan tidak mesti dibukakan (pintunya) Dibukakan, nunggu ditanyai dulu ini siapa? Muhammad dengan Jibril, gitu baru dibukakan
Saya tadi malam ngaji dengan para santri, saya jelaskan. Jadi masalah Umat Islam, antara lafadz, yaitu lughot (bahasa) yang terus diimani dengan pemahamanya sendiri (kemauan sendiri). Lughot (bahasa) itu terus diimani dengan kemauanya sendiri, tidak menurut pemahaman ilmiah.
Contoh gampangnya seperti ini,
kalian membayangkan langit itu apa? Suatu area yang ditempati malaikat, suatu area yang tidak tersentuh? Sehingga ketika ada kabar bulan di langit ketiga, terus manusia bisa mencapainya, lantas kalian tidak percaya. Karena dianggap, masuk wilayah yang menjadi wilayahnya Malaikat Jibril. Padahal tidak begitu, masalah istilah sama' (langit) itu, istilah lughot (bahasa)
Tentang Langit
.
Terus Imam Ar Rozi menekankan sama' itu istilah lughot (bahasa). Jadi sesuatu yang tidak bumi ini, namanya langit (sama'). Kalian yang pernah pergi Haji, pas naik pesawat, kalau lihat bawah itu ya langit, dan atas juga langit, sebab itu istilah sama' itu untuk menunjuk sesuatu yang tidak bumi.
Terus Imam Ar Rozi mencontohkan Alloh berfirman:
ألم تر كيف ضرب الله مثلا كلمة طيبة كشجرة طيبة أصلها ثابت وفرعها في السماء
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,
(Surat Ibrahim: 24)
Kalimat thoyyibah itu kayak pohon yang thoyyibah, yaitu pohon kurma, akarnya menghujam ke bumi, cabang2nya (dahanya) menjulang ke langit, artinya kan sederhana, bahwa pohon kurma itu dahanya di langit. Masak seperti bayangan anda, seperti sesuatu yang tidak tersentuh? Dahan pohon kurma di Langit.
ألم تر كيف ضرب الله مثلا كلمة طيبة كشجرة طيبة أصلها ثابت وفرعها في السماء
Sama' disitu masak artinya langit yang tidak terjangkau, lha artinya seperti (pohon kurma) yang akarnya menghujam ke bumi, dahan2nya di langit. Sebab itu istilah sama' di Al Quran menunjuk satu arti yang tidak bumi. Kalau kalian lihat di kamus2, langit itu artinya مطلق العلوي (sesuatu yang atas)
Nah ini saya cerita tentang astronomi, makanya iman itu dibarengi dengan ilmu. Kalau secara ilmu astronomi, bumi itu kan berputar (berotasi). Ketika kita di atas, kita mengalami siang dan ketika kita di bawah, kita mengalami malam. Bukan karena matahari tenggelam ke bumi. Kalau matahari itu tenggelam di bumi kan logikanya tidak masuk akal, karena matahari yang lebih besar, masak bisa ketelan sesuatu yang lebih kecil?
Tapi kenapa istilah2 nya kok? (misalnya)
حتى إذا بلغ مغرب الشمس وجدها تغرب في عين حمئة
Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam
(surat Al Kahfi: 86)
KELIHATANYA / FI RO'YIL 'AINI
Kalau sudah waktunya sore, kalian lihat matahari itu juga surup (turun tenggelam) di mata air. Sebab di kala sore, anda lihat matahari itu seperti tenggelam di laut, betul tidak? Misalnya di kala sore hari, kalian melihat matahari dari gunung, kan sepertinya matahari tenggelam di laut
وجدها تغرب في عين حمئة
dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam
(surat Al Kahfi: 86)
lha itu jalan keluarnya apa? ya seperti yang ditawarkan Imam As Suyuthi ini, yaitu "kelihatanya"/ "sepertinya"/ "sawangane" Nah, bagaimanapun juga al quran itu pakai lughot (bahasa) kembali ke istilah sawangane (kelihatanya). Jadi Al Quran (kadang) itu tidak mesti memutuskan sesuatu semestinya atau kelihatanya (sawangane) dalam pandangan mata kita. Demikian halnya, dengan air tawar dan air asin, yang kelihatanya ketemu (nyatanya teraduk2). Lha dari sungai, terus kelaut (kan teraduk2) tapi tetep kelihatanya. Alloh memberi karakter masing2 dan keduanya tetep sesuai karakter masing2
Kalau Ahli Kimia/Fisika itu bener2 paham, walaupun benda teraduk sedemikian rupa, tetap punya karakter masing2, karena semua bawa gen nya masing2 berarti ketemu cuma kelihatanya saja, hakikatnya gak pernah mau ketemu ( ciyeeee, kayak siapa? ) Nah itu namanya fi ro'yil 'aini (dalam pandangan mata saja). Oleh sebab itu banyak ayat2 yang terjawab oleh teori fi ro'yil 'aini (kelihatanya). Sebab itu teori ini bisa menjawab beberapa masalah tentang dzohirnya nash agama, kalian mesti memahami hal ini, misalnya manusia ketika bisa mendeteksi janin juga demikian
JANIN
Ahli dokter kandungan lewat bermacam-macam peralatanya yang canggih, USG dan lain sebagainya kan bisa mendeteksi janin ini laki2 atau perempuan. Kyai2 jaman dulu, ada lima perkara yang tahu Alloh saja seperti, Kapan Hujan, kapan orang mati, terus yang di dalam kandungan itu laki2 atau perempuan itu Alloh saja yang tahu. Tapi sekarang orang2 paling percaya urusan mati saja. Urusan Hujan, secara ilmu astronomi bisa dideteksi, kan? musim hujan ataukah musim kemarau
Pergerakan angin misalnya, kalian lihat di prakiraan cuaca, ya seringkali tepat terprediksi seperti musim berangin, musim hujan, atau musim kemarau Nah itu tadi, yang jadi masalah itu misalnya, ketika anda menentukan laki2 atau perempuan pada janin
Padahal Alloh berfirman wa ya'lamu maa fil arham ( surat lukman 34)
إن الله عنده علم الساعة وينزل الغيث ويعلم ما في الأرحام
وما تدري نفس ماذا تكسب غدا
وما تدري نفس بأي أرض تموت إن الله عليم خبير
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Surat Lukman: 34)
Hanya Alloh yang tahu apa yang di rahim, maa itu kalau menurut ilmu nahwu itu mubham, maa itu tidak menunjuk makna laki2 atau perempuan maa itu mubham ( apa saja), bisa terkait nasib, bisa terkait kesehatan, bisa terkait gen nya normal atau tidak. Tapi tahu2, lewat perasan, kita menentukan wa ya'lamu maa fil arham itu kita menentukan laki2 atau perempuanya. Nah mulai agama itu rusak itu ketika sesuatu itu dimaknani dengan kemauan sendiri (tanpa diilmui secara ilmiah) itu kan seperti ketika Alloh berfirman:
وما من دآبة في الأرض إلا على الله رزقها
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Alloh-lah yang memberi rezekinya,
(Surat Hud: 6)
Semua yang melata di bumi, itu rizqinya ditanggung Alloh Subhanahu wa Ta'ala. Anda bernafas itu rizqi, Oksigen itu juga rizqi, (ketika kalian mengira) bahwa rizqi itu hanya uang, itu cuma akal2 an kalian. Sehingga ketika kalian tidak punya uang, terus menyangkal,
loh katanya...
وما من دآبة في الأرض إلا على الله رزقها
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Alloh-lah yang memberi rezekinya,
(Surat Hud: 6)
Kok saya gak punya uang??? gak punya beras? Nah itu namanya memahami al quran berdasarkan karepe dewe (pemahamanya sendiri). Nah ini yang punya andil merusak tatanan agama itu adalah untuk kesekian kalinya memberi makna al quran dengan pemahamanya sendiri. Saya ulangi ya.. kalian perhatikan benar2 ya.. Jadi ada masalah2 agama yang kita punya pengertian menurut (karepe dewe) pemahamannya sendiri
Nah itu tadi, misalnya pada ayat:
وما من دآبة في الأرض إلا على الله رزقها
(Surat Hud: 6)
Asal ada dabbah (pokoknya kalian makhluk hidup) pasti punya jatah rizqi masing2. Padahal rizqi dari Alloh itu ya nafas, udara, kesehatan, kalian tidak diterpa tsunami, tidak diguncang gempa, itu rizqi. Tapi manusia punya bayangan sendiri, rizqi itu uang. Punya beras banyak, kalau panen banyak
Makanya kata Alloh
إنه كان ظلوما جهولا
(Surat Al Ahzab 72)
Manusia itu ujung2nya dzolim banget dan bodoh banget. Jahil itu maknanya bodoh, tapi kalu jahulan itu bodoh banget. Lha kok tidak dikatakan bodoh gimana? Ketika kalian menganggap rizqi itu artinya uang yang banyak. Alloh mengingatkan, Apa gunanya rizqi banyak, kalau kalian stroke, kan tidak bisa menikmati kan? sumpek kan?
betul tidak?
Ketika kalian itu membayangkan rizqi itu beras banyak (makanan banyak) apa2 aja banyak, terus kalian kecelakaan atau punya penyakit2 apa gitu. Oleh sebab itu Alloh mengingatkan rizqi itu masalah potensi, potensi kecelakaan. Di dalam surat al isro' itu manusia diingatkan pakai teori potensi
أفأمنتم أن يخسف بكم جانب البر أو يرسل عليكم حاصبا ثم لا تجدوا لكم وكيلا
Maka apakah kamu merasa aman (dari hukuman Tuhan) yang menjungkir balikkan sebagian daratan bersama kamu atau Dia meniupkan (angin keras yang membawa) batu-batu kecil? dan kamu tidak akan mendapat seorang pelindung pun bagi kamu,
(Surat Al Isro' 68)
Kamu kok di bumi merasa aman, bisa saja tiba2 ada tsunami, bisa saja tiba2 ada gempa. misalkan sekarang selamat, bisa saja kapan2 tidak selamat. Sampai di surat al isro' itu diulang2
أفأمنتم أن يخسف بكم جانب البر أو يرسل عليكم حاصبا ثم لا تجدوا لكم وكيلا
Maka apakah kamu merasa aman (dari hukuman Tuhan) yang menjungkir balikkan sebagian daratan bersama kamu atau Dia meniupkan (angin keras yang membawa) batu-batu kecil? dan kamu tidak akan mendapat seorang pelindung pun bagi kamu,
(Surat Al Isro' 68)
Kamu kok merasa aman di bumi, bisa saja kamu (tiba2) terkena angin beliung atau kalian tiba2 kena macam2 kena tsunami, kena gempa. Nah teori ini yang membuat kita syukur, sehingga kita kalau ikut al quran itu jadi gampang bersyukur, dan gak gampang kebablas. Manusia kan seperti itu....kalau naik pesawat kelihatanya rawan kecelakaan, kalau diam di rumah kelihatanya banyak selamatnya. Lha orang aceh, kelihatanya di rumah, tapi sehari terkena tsunami 1000ribu orang meninggal tapi manusia itu terdekte lewat kebodohanya itu tadi (melihat sesuatu karepe dewe). Kelihatanya kalau kecelakaan itu pas naik pesawat. Kalau pas gak naik pesawat, itu kelihatanya selamat.
Lha itu orang aceh kan di rumah semua? kena tsunami, (habis). Orang jogja kan di rumah semua, kena gempa, 5000 orang meninggal. Itu namanya jahula, manusia itu banyak bodohnya. Begitu juga menyangkut hal2 yang lain, makanya Alloh mengingatkan. Lha seperti dulu, sebelum era tsunami aceh. kalian membayangkan orang tenggelam itu di laut.. iya tidak? Sekarang teori tenggelam (hanya) di laut itu terrevisi, orang aceh itu di darat semua, meninggalnya tenggelam. Manusia itu bodoh, menyangkanya orang tenggelam itu (hanya) di laut, kata siapa? tsunami itu tenggelam, tapi di darat, betul tidak?
Alloh mengingatkan berulang ulang
Saya pernah ngaji di jogja. Manusia itu bodoh, saking bodohnya itu kalau ngomong karepe dewe (semaunya sendiri) makanya ketika Alloh menurunkan ayat:
إن الله لا يستحيي أن يضرب مثلا ما بعوضة فما فوقها
Alloh itu tidak malu, kalau sekedar mencontohkan barang2 yang kecil seperti nyamuk.
Tapi manusia itu saking bodohnya gitu, kalau sama macan takut, karena bayanganya kalau diterkam macan pasti meninggal. Terus sama badak takut, kesanya kalau diterkam badak pasti meninggal. Padahal rata2 orang meninggal itu karena kuman, barang yang kecil, betul tidak? semua ahli medis, tahu kalau manusia itu jarang mati karena macan (misalnya). Orang yang mati diterkam macan, mulai nabi adam sampai kiamat itu bisa diitung, betul tidak? tapi kalau mati dengan kuman? bukankah kuman itu kecil? betul tidak? tapi manusia itu takutnya sama barang2 yang besar. Kalau ada macan, kaburrrrr.... kata siapa (macan banyak membunuh?) malah banyak orang meninggal karena ayam, flu burung (misalnya).
Lha ini kan betapa bodonya manusia, ada macan besar, bisa nyakar, kita takut nemen tapi ternyata macan tidak mematikan (banyak manusia) malah penyakit yang mematikan dari ayam (flu burung) nah itu betapa manusia itu dzoluman jahula. Manusia itu banyak ngomong, banyak salahnya...(percaya deh). Cuma kelihatanya saja, banyak blundernya, makanya Alloh menyifati manusia itu, sudah dzolim, bodoh. Memang kalau diikuti gitu tadi, banyak kelirunya (sering tak sesuai hakikatnya) banyak ngomong, ternyata banyak salahnya, faham nggih.
FI RO'YIL 'AINI
Sekarang kalian ketambahan ilmu baru, sesuatu itu ada yang kaitanya dengan fii ro'yil aini, sawangane ( kelihatanya). Karena sebagian ilmu manusia itu hanya menuruti sawangane (kelihatanya saja) tidak sampai pada hakikatnya. Oleh sebab itu menurut ilmu tasawwuf ilmu itu dibagi tiga, ada Ilmu Syari'at, ada Ilmu Thoriqoh, ada Ilmu Hakikat. Karena kalau cuma menuruti syari'at saja, orang itu cuma kelihatanya saja. Kelihatanya sudah sholat sudah sujud, ternyata tidak hatinya belum sujud, lha artinya sujud kan maknanya, tunduk semua atas khoirihi wa syarrihi minalloh. Ternyata kelihatanya sujud, tapi hatinya banyak dongkol sama Alloh, itu artinya (kelihatanya). Makanya terus ada ilmu hakikat, tidak boleh mengamalkan syariat saja, harus ada hakikatnya. Kenapa demikian? karena kalau tidak menjalani hakikat itu juga seperti tadi, barang itu hanya kelihatanya saja.
Kelihatanya sedekah, ternyata banyak gaya dan banyak nuntut, Kalau kalian pakai ilmu hakikat, kan jadi tahu, kalau manusia itu kayak mainan DAKON. Jadi jika kalian sedang bersedekah itu caranya ikhlas itu sangat mudah. Kalau anda pakai ilmu hakikat, ikhlas itu sesuatu yang sangat mudah, malah kalau sampai kamu tidak ikhlas itu meragukan sekali
Saya itu sering ditanyai, gus.. saya itu ikhlas kok sulit? loh kalau menurutku, ikhlas itu mudah, malah sulitan gak ikhlas lho. Kamu kalau sulit ikhlas, berarti ilmu yang kau pakai hanya pada syariat saja. Kalau ilmu mu sudah sampai pada hakikat, pasti ikhlas, tidak mungkin tidak ikhlas. Misalnya seperti ini saya itu punya uang 10 ribu. Menurut pandangan syari'at, karena uang itu hasil dagangan kalian, ya punya kalian. Sebelumnya punya orang lain, terus lewat transaksi diberikan ke kalian, ya jadi milik kalian (secara syari'at). Gara-gara kalian merasa ini punyaku, itu lho.. kalau diberikan orang lain ya berat. Lha kalian sedekahkan, kalian pun juga merasa bisa menuntuk ( di kemudian hari). Kalau kalian melihat awalnya pakai ilmu hakikat, Uang ini milik Alloh. Punyaknya Alloh, ya punyak Alloh, bukan punyaku, berarti titipan saja. Kalau uang itu diberikan ke orang, ya ini punyaknya alloh, tadi ditempatku, sekarang di tempatkan di orang lain. Selesai kan? :)
Sumber Penulisan: https://www.youtube.com/watch?v=AKZ9-dZ07-U
Comments
Post a Comment