Skip to main content

KH. Abdul Haris Jember | Kajian I'robul Quran ke-26 | Surat Al Baqoroh 18-19


Ini merupakan catatan yang kami ambil langsund dari broadcast video kajian Metode Al Bidayah, I'robul Quran ke 26. Catatan ini sebagai catatan pribadi, usaha untuk meringkas dan memetakan apa saja yang telah beliau sampaikan. Sekaligus catatan ini sebagai jalan untuk kami, mengulang-ulang materi yang beliau sampaikan, agar lebih menancap di ingatan kami. 

Disclaimer: sebagian kata kami tambahkan, sebagian yang lain merupakan asli dari KH. Abdul Haris. Tapi tenang saja, hanya sebagian kecil saja yg tambahan kami, hanya untuk memperindah urutan kata saja. Selain itu ilmu tetep dari KH. Abdul Haris. 



صم بكم عمي فهم لا يرجعون

أو كصيب من السماء فيه ظلمات ورعد وبرق
 يجعلون أصابعهم في آذانهم من الصواعق حذر الموت 
والله محيط بالكافرين


Terjemahan 
(catatan: Bermula/Mubtada', Adalah/Khobar, Akan/Maf'ul bih)


Shummun  ( mereka itu adalah orang yang tuli )
Bukmun  ( serta bisu)
‘umyun (serta buta)
fahum ( maka bermula mereka)
Laa yarji’un (adalah tidak kembali, siapa? mereka)

Au (atau)
ka shoyyibin (seperti orang2 yang tekena hujan)
minas samaa-i ( dari langit)
fihi (adalah tetap di dalam sama-i)
dzulumaatun (bermula beberapa kegelapan)
wa ro’dun ( dan guntur)
wa barqun ( dan kilat)

yaj’aluuna (menjadikan, siapa? mereka)
ashoobi’ahum (akan jari2 mereka)
(meletakkan/menjadikan, muta'allaq) 
fii adzanihim (di dalam telinga2 mereka)
minash showaaiqi ( karena petir2 )
hadarol mauti (karena takut mati)

wallohu (dan bermula Alloh)
muhithun ( adalah meliputi) - muhitun ditetapkan sebagai khobar, 
karena muthimmul faidah
bil kafiriina ( terhadap orang2 kafir)





I'rob sebuah kata itu karena ada tuntutan 'amil 
Shummun kok tiba2 dibaca shummun? pakai dhommah? (sebagai tanda rofa') padahal shummun bukan mubtada'. Kita telah ketahui bersama, bahwa mubtada' itu salah satu syaratnya adalah isim ma'rifat.

Isim Ma'rifat itu apa saja? 
  • Mu'arraf bi ( ال )-bahasa enaknya yang diawali dengan alif lam, 
  • Dhamir, 
  • 'Alam, 
  • Isim isyarah, 
  • Isim maushul, 
  • Mudhaf kepada ma'rifah, 
  • Munada maqshud ta'yinuhu

صم بكم عمي فهم لا يرجعون
Nah shummun, BUKAN merupakan isim ma'rifat, tapi termasuk isim nakiroh, berarti tidak memungkinkan bahwa shummun adalah mubtada', jadi kemungkinan lainya adalah khobar. Lalu kalau khobar... mubtada'nya mana?


Sebuah kalimat, yang mu’rob (khususnya), apakah nantinya dibaca rofa’ nashob atau jar, kalau fi’il (ditambah jazm). Itu bagaimanapun juga harus karena tuntutan ‘amil.
Tidak memungkinkan kemudian sebuah kalimat dibaca rofa’ kalau seandainya tidak ada ‘amil yang memaksa ia (yg bersangkutan) untuk kemudian dibaca rofa’. Tidak boleh sebuah kata itu dibaca nashob, kalau seandainya tidak ada amil yang memaksa kalimat itu, untuk kemudian dibaca nashob. Tidak boleh kata itu dibaca, kalau seandainya tidak ada ‘amil yang memaksa kalimat itu untuk dibaca jar, pun juga demikian tidak ada kalimat dibaca jazm, kalau seandainya tidak ada ‘amil yang memaksa kalimat itu untuk dibaca jazm.


Hubungan sebab-akibat antara 'amil dan ma'mul

صم بكم عمي فهم لا يرجعون
Ini ada kata, yang mendadak dibaca shummun, bukmun, umyun, yang itu dibaca rofa'. Padahal kaidahnya itu adalah, tidak ada kata itu dibaca rofa' nashob atau jar 
(tambah jasm, pada fiil) kalau seandainya tidak ada 'amil yang memaksa kalimat itu dibaca rofa' nashob atau jar (tambah jasm, pada fiil). 


Oleh sebab itu, ketika dihadapkan pada realitas semacam ini, kita harus mengasumsikan ada 'amil disini. Ini sama persis sama kata2 misalnya, 

فَصْلٌ

Kenapa kok kemudian moro2 dibaca fashlun? Asumsinya ini adalah khobar, dari mubtada' yang dibuang (hadzf), yang kalau seandainya dimunculkan, itu berbunyi hadza fashlun

 هذا فَصْلٌ 


صمٌّ بكمٌ عميٌ فهم لا يرجعون
Untuk kasus shummun itu bagaimana? shummun itu adalah khobar, dari mubtada yang dibuang, kalau seandainya dimunculkan adalah hum (bermula mereka) adalah shummun ( orang2 yang tuli) 


 هٌمْ صُمٌّ 

Tunggal ----- Jama' Taksir

صُمٌّ    ----    اصم
بكمٌ     ----      ابك
عميٌ   ----   اعمى


Tidak ada kalimah (kata) itu dibaca rofa' nashob jar atau jazm, kalau seandainya tidak ada 'amil yang menuntut untuk kemudian dibaca rofa' nashob jar atau jazm. Ketika realitasnya kita menemukan di dalam sebuah ayat, ada kata2 shummun, bukmun, 'umyun yang mendadak dibaca rofa' itu harus kita asumsikan bahwa disitu ada 'amil yang memaksa kalimah itu kemudian dibaca rofa'. Apa 'amilnya? kita asumsikan adalah mubtada' hum.

Hubungan antara 'amil dan ma'mul itu yang ditekankan dalam ilmu nahwu. 




Khobar itu boleh banyak

صمٌّ بكمٌ عميٌ فهم لا يرجعون

Ada istilah dalam ilmu nahwu, ta'addudul khobar. Mubtada' satu, boleh khobar banyak. Shummun bukmun, umyun itu adalah khobar (ketiganya satu level, yaitu sama2 khobar).




fa adalah huruf athof

فهم لا يرجعون

hum itu adalah merupakan mubtada' kenapa? karena termasuk dalam isim ma'rifat yang jatuh di awal jumlah. Ustadz, kan tidak di awal jumlah itu? seperti kemarin yang pernah saya tegaskan, dan berkali kali saya tegaskan bahwa janganlah memaknai, diawal kalimat itu harus ibntidaiyah (harus bener2 diawal kalimat). Diawal kalimat itu memungkinkan diterjemahkan dengan 
  • ibtida'iyah, 
  • isti'nafiyah, 
  • ma'thuf,
  • maushul, 
  • i'tirodhiyah
  • haliyah
  • washfiyah
Jadi yang dimaksud dengan diawal kalimat itu banyak, Hum di atas juga dianggap sebagai diawal kalimat juga. Ada  dhomir, jatuh di awal kalimat? dhomir termasuk dalam isim ma'rifat. Maka ditentukan sebagai Mubtada', karena mubtada' harus dibaca rofa'. (Loh Ustadz? dibaca rofa' kok disukun?

Macam2 Isim Ma'rifat:
  • Mu'arraf bi ( ال )-bahasa enaknya yang diawali dengan alif lam, 
  • Dhamir (kata ganti)
  • Isim 'Alam (nama)
  • Isim isyarah (Isyarat)
  • Isim maushul, 
  • Mudhaf kepada ma'rifah, 
  • Munada maqshud ta'yinuhu

Lagi2 saya tegaskan, anwa'ul i'rob menjadi jawaban. Konsep anwa'ul i'rob yang kemarin saya tegaskan. Itu merupakan jawaban bagi para pemula, untuk menegaskan bahwa tidak semua perubahan i'rob, baik itu rofa' nashob jar atau jazm, itu harus selalu dibuktikan dengan tanda i'rob. Bisa jadi ada tanda i'robnya, bisa jadi tidak ada tanda i'robnya. Yang ada tanda i'robnya memungkin kemudian secara kasat mata bisa dilihat, tapi memungkinkan juga karena alasan tertentu tidak bisa dilihat. Itu harus diulang-ulang terus. 

Hum termasuk dalam kategori isim dhomir, setiap isim dhomir itu isim mabni. Karena mabni maka harokat yang ada disitu adalah harokatul bina', bukan merupakan harokatul i'rob. Jadi sukun tidak menunjukkan jazm disitu, Fathah tidak menunjukkan nashob disitu, Dhommah tidak menunjukkan rofa' disitu, Kasroh tidak menunjukkan jar disitu. 

Laa An Naafiyah

فهم لا يرجعون

 لا يرجعون - secara tulisan kelihatan, karena ini kebetulan al af'alul khomsah. Nun tetap ada dipastikan laa an nafiyah. Lam disini tidak berpengaruh pada fiil mudhore mu'rob yang dimasukinya. Karena demikian ini artinya TIDAK

لا يرجعوا - kenapa disini dipastikan laa an nahiyah? karena disini ada pembuangan nun. Lam berpengaruh pada fiil mudhore mu'rob yang dimasukinya. Menjazmkan fiil yang dimasukinya (tandanya dengan pembuangan nun-fiil yang termasuk af'alul khomsah).  Karena demikian, ini secara arti, artinya JANGAN


Jadi terkadang petunjuk lafadz secara tulisan itu bisa kita simpulkan bahwa lam yang ada disitu disebut 
  • laam an naahiyah, -hadzfu nun
  • maupun lam an naafiyah - tsubutun nun
Jelas tadi itu secara lafadz, ada tsubutun nun (tetapnya nun), ada hadzfu nun (penghilangan nun). Pada lafadz di atas, laa yarji'una jelas tadi itu ada tetapnya nun (tsubutun nun). Karena demikian lam yang ada disitu, tidak berpengaruh, karena tidak berpengaruh, maka disebut sebagai laa an nafiyah. Karena disebut sebagai laa an nafiyah, maka secara arti harus diterjemahkan tidak, bukan diterjemahkan jangan.  





Athof | Ma'thuf | Ma'thuf 'alaih

أو كصيب من السماء  (ma'thuf) (au-huruf athof)

مثلهم كمثل الذي استوقد نارا (ma'thuf 'alaih)

Au (atau) merupakan huruf athof. Yang kemarin kita sudah menemukan ayat matsaluhum kamatsalilladzis tauqoda naaron.
  • Matsaluhum kamatsalin
  • Matsaluhum kashoyyibin
Jadi au yang ada disini adalah huruf athof. Yang jatuh setelah huruf athof namanya ma'thuf. Ma'thuf cara bacanya disesuaikan dengan ma'thuf alaih. Mana ma'thuf alaihnya? 
disesuaikan/disamakan yang merupakan sama2 jarun wa majrurun. dalam ayat sebelumnya. Matsaluhum kamatsalilladzistauqoda naaron
Matsaluhum kashoyyibin minas samaai

Perhatikan.....

Pengathofan pada ma'thuf 'alaih yang berupa jar-majrur, cenderung mengulang pada huruf jar yang samaKesimpulanya, jika ma'thuf 'alaih jar majrur - maka huruf jarnya juga akan diulang id ma'thuf nya.




Dilalatul Iqtidho
perkataan yang dijelaskan dari sesuatu yang secara teks tidak disebut 


au kashoyyibin atau seperti hujan. Arti asalnya begitu... 

أو كصيب


Di dalam Tulisan arab itu, terjadi banyak kasus dimana?, sebuah lafadz itu (teks) - (bisa) tidak jelas difahami kecuali  dengan memunculkan mudhof
Contoh: حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ الْمَيْتَةُ sudah jelas, bangkai itu diharomkan. Tapi apa iya begitu? disini harus ada (teori) pembuangan mudhof. Itulah yang kemudian di dalam konteks ushul fiqh disebut sebagai dilalatul iqtidho. Ini kalau ditanya menjadi tidak jelas, yang diharamkan itu.. 
  • apakah aklu, 
  • apakah intifa'u
  • atau yang lain?
Diharomkan atas kamu semua bangkai, itu yang dimaksud memakan bangkai? atau memanfaatkan bangkai? Mengambil manfaat dari bangkai? 


حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ الْمَيْتَةُ
أكلُ الْميتةِ
انْتفاعُ الْميتةِ

Kalau seandainya kita punya peternakan ayam misalnya, dan kemudian ada yang mati. Sementara kita punya kolam lele. Apakah yang mati itu, kalau seandainya dimanfaatkan, diberikan kepada kolam lele itu, apakah juga harom? kalau secara lefadz, harom semua. Diharomkan atas kamu semuanya, bangkai. Apakah mengambil manfaat dari itu, apakah makan, itu haram semua. Oleh sebab itu, persoalan ini menjadi tidak jelas apabila tidak memunculkan mudhof. Ada mudhof yan dibuang disitu, yang akhirnya memperjelas (status) hurrimat alaikumul maitatu



انما الأعمال بالنيات

innamaa (anging pastine)
al a'malu (bermula beberapa amal)
bin niyaati (iku tergantung pada niat)

Dalam konteks fikih, ini masih diperdebatkan, ini masih diperdebatkan. Apakah?

  • صحة الأعمال 
  • كمال الأعمال
Ini juga bermasalah. Ada mudhof yang dibuang disitu, yang kalau seandainya tidak berusaha kita munculkan, yang kalau seandainya kita cari, kira2 apa disitu? menjadi tidak jelas. Yang dimaksud dari innamal a'malu bin niyat itu apakah 
keabsahan amal itu bergantung pada niatnya?
ataukah kesempurnaan amal itu tergantung pada niatnya?

Ada konsep itu dalam bahasa arab. 



لا نكاح الا بولي و شاهدي عدل

yang dimaksud dengan bi waliyyin itu apakah? bi hudhuri (kehadiran) waliyyin, atau dia bi ma'rifati (kehadiran dan sepengetahuan) waliyyin, atau bi idzni (izin) waliyyin. 
بحضر ولي 
بمعرفة ولي 
باذن ولي 

ada kata2 hudhur yang mungkin dibuang, ada kata2 ma'rifatun yang mungkin dibuang, ada kata2 udznun yang mungkin dibuang. 

Tidak ada pernikahan, dengan kehadiran wali?
dengan kehadiran dan sepengetahuan wali?
dengan izin wali?

Itu namanya, kalau dalam konteks ushul fiqh, disebut dengan dhilalatul iqthidho. Sama denganyang di atas tadi, 



أو كصيب
au kashoyyibin = atau seperti hujan. Kalau hujan tidak ada masalah, maksudnya kalau panjenengan melihat ini di dalam tafsir2 mesti, au kashoyyibin itu diterjemahkan dengan au ka ashabish shoyyib. Seperti orang2 yang tertimpa, terkena hujan. Ada pembuangan mudhof disitu, yang kalau seandainya tidak dimunculkan pembuangan mudhof disitu, itu menjadi sulit untuk kemudian kita bisa faham terhadap teks itu. Au ka shoyyibin kalau diterjemahkan sama sekali tidak mendatangkan mudhof, itu adalah
au (atau)
ka shoyyibin (seperti hujan)



أو كصيب أي كأصحاب الصيب 

Gak ada masalah tentang hujan,  tapi kalau orang terkena hujan dari langit, disitu sangat gelap, kemudian ada guntur, ada kilat, mesti bermasalah disitu, akhirnya apa? yaj'aluuna ashobi'ahum ... takut. 


Yang menjadi catatan itu, di dalam bahasa arab itu ada realitas, dimana sebenarnya itu ada mudhofnya, tapi untuk alasan tertentu, mungkin untuk keindahan, atau untuk yang lain, itu kemudian mudhofnya itu menjadi dibuang. Kita sulit faham, ketika tidak memunculkan mudhof itu. Tidak bisa faham, kalau misalkan tidak berusaha mencari kira2 apa (mudhofnya). Dan itu kadang berdampak serius pada istinbath hukum (misalnya pada kasus2 fiqih).


أو كصيب
أو كأصحاب الصيب

Itu jadi harus ada dalam memori panjenengan, bahwa ada realitas pembuangan Mudhof. Dalam bahasa arab, ada realitas pembuangan mudhof, yang kalau seandainya tidak kita munculkan mudhofnya itu, maka kita menjadi kurang paham, terhadap teks itu.  

أو كصيب
Kalau seandainya kita terjemahkan murni seperti itu, terjemahanya adalah 
Au (atau)
ka shoyyibin ai kamathorin (seperti hujan)
Tidak ada masalah ketika hujan, tapi ketika orang2 yang tertimpa hujan, itu menjadi masalah ketika disitu ada guntur yang bersaut2an, ada kilat yang luar biasa menyambar, mesti ketakutan. Itu dibuat catatan sampeyan, seperti itu dibuat catatan. Masukkan dalam otak panjenengan, oh.. dalam bahasa arab itu, ada realitas pembuangan mudhof. 


Hadzf dan ziyadah
Hadzf itu ada intinya begitu. Ada hadzf ada ziyadah. Ada tulisanya dianggap tidak ada (ziyadah), tidak ada tulisanya dianggap ada (hadzf).

Apa ini artinya?

لا اقسم بهذا البلد

Kalau laa ini difungsikan ada, maka saya.. tidak bersumpah.. Silahkan di cek di terjemahan2, itu semuanya adalah laa uqsimu itu adalah saya bersumpah. Lam disini ada, tapi dianggap tidak ada, itulah konsep ziyadah. 

Ada yang tidak ada, tapi dianggap ada. 


وعلى الذين يطيقونه فدية طعام مسكين 

yuthiiqu itu kalau seandainya diterjemahkan di dalam kamus itu artinya kuat. Karena demikian, terjemahanya 
wa alalladzina (dan atas orang2)
yuthiquuna (yang kuat, yang mampu, siapa? alladzina)
hu (akan puasa)
fidyatun (bermula tebusan)
berupa?
tho'amu miskin (memberi makan orang2 miskin)

kesimpulanya adalah orang yang kuat, itu boleh tidak puasa (dengan menggunakan ayat ini). Caranya apa? membayar fidyah, berupa memberi makan orang2 miskin. Letterleg begitu, letterlegnya begitu. Karena demikian silahkan dicek misalnya, tafsir jalalain misalnya. Wa 'alalladzina yuthiqunahu  
Contoh pembuangan Mudhof. Memunculkan mudhof, akan memperjelas ma'na dari sebuah teks arab. Warna kuning adalah memunculkan mudhofnya. Termasuk juga contoh dibawah ini, ai laa yuthiqunahu.

وعلى الذينوعلى الذين لا يطيقونه

Tidak ada laa, dianggap ada (hadzf). Ada laa dianggap tidak ada (ziyadah). Ada realitas seperti itu. Ada konsep hadzf dalam bahasa arab, ada konsep ziyadah dalam bahasa arab.  


فيه ظلمات ورعد وبرق

Ini lagi2, ada fiihi di awal kalimat, setelah itu ada isim nakiroh. Ini adalah indikator, bahwa jar-majrur ini ditentukan sebagai khobar muqoddam, dan dzulumatun yang jatuh sesudahnya yang berupa isim nakiroh itu ditentukan sebagai mubtada muakhor.

Fihi (adalah di tetep di dalam sama)
dzulumatun (bermula beberapa kegelapan)

Lagi2 saya tegaskan, di awal kalimat janganlah difahami murni di awal kalimat. Di awal kalimat memungkinkan diterjemahkan dalam konteks 
  • Ibtidaiyah
  • Isti'nafiyah
  • I'tirodhiyah
  • haliyah
  • washfiyah
  • maushuliyah
Ada jar majrur, itu jatuh di awal kalimat, dan yang jatuh sesudahnya adalah isim nakiroh, maka itu adalah indikator, itu indikator sebagai petunjuk, bahwa jar majrur itu ditentukan sebagai khobar muqoddam. Dan isim nakiroh yang jatuh sesudahnya ditentukan sebagai mubtada muakhor. 

Fihi (adalah di tetep di dalam sama)
dzulumatun (bermula beberapa kegelapan)



فيه ظلمات ورعد وبرق

wawunya wawu athof, yang jatuh setelah huruf athof namanya ma'thuf. Ma'thuf cara bacanya disesuaikan dengan ma'thuf alaih. 

Merah = Ma'thuf 'alaih
Hijau = Huruf Athof
Biru = Ma'thuf

Pengathofan itu yang paling penting adalah
  • Isim diathofkan kepada Isim
  • Fiil diathofkan kepada Fiil
  • Huruf diathofkan kepada huruf
Biasanya dari sisi Nakiroh Ma'rifatnya ikut, meskipun bisa jadi tidak (tidak harus ikut)

Pengathofan dari sisi mufrod tatsniah jama'nya (tidak harus) dari contoh di atas, pada potongan ayat Surat Al Baqoroh ayat 19. 
Dzulumat = Jama'
Ro'dun = Mufrod 
Barqun = Mufrod

Pengathofan dari sisi Mudzakkar Muannas nya juga (tidak harus) dari contoh di atas, pada potongan ayat Surat Al Baqoroh ayat 19
Dzulumat = Muannas
Ro'dun = Mudzakkar
Barqun = Mudzakkar


Karena ro'dun menjadi ma'thuf, cara bacanya disesuaikan dengan ma'thuf alaih. Yang jatuh setelah huruf athof namanya ma'thuf, yang jatuh sebelum huruf athof namanya ma'thuf alaih. 
Ma'thuf 'alaih itu satu, jangan banyak. Maksudnya seperti ini. Ma'thuf 'alaih itu untuk ma'thuf yang banyak, boleh.

فيه ظلمات ورعد وبرق

barqun ma'thuf, ma'thuf 'alaihinya pada dzulumatun bukan ro'dun, tetapi langsung dzulumatun, begitu juga ro'dun - ma'thuf 'alaihnya adalah dzulumatun. Jadi ma'thuf 'alaihnya satu, diathofkan pada ma'thuf 'alaih satu.



يجعلون أصابعهم في آذانهم

yaj'aluuna (menjadikan, siapa? mereka orang2 munafik)
wawu yang ada disini adalah wawul jama'ah
wawu jama'ah ini adalah isim dhomir. Yang menjadi fail dari yaj'aluna ya wawu ini, jangan kemudian kita memiliki pandangan, bahwa yang menjadi fail yaj'aluna adalah dhomir mustatir. Dhomirnya adalah bariz (kelihatan) wawu disini adalah isim dhomir. 

yaj'aluna (menjadikan, siapa? mereka)
ashoobi'ahum ( akan jari2 mereka) 
ashobi'ahum menjadi maf'ulun bihi yang pertama dari yaj'aluna
yaj'aluna itu adalah merupakan fiil, yang muta'addi, muta'addinya kepada dua maf'ul.  Ashobi'ahum itu adalah maf'ul bih yang pertama. Fi adzanihim itu adalah menjadi maf'ul bihi yang kedua. 


yaj'aluna ini termasuk 
fiil madhi apa mudhore" (mudhore')
mabni apa mu'rob (mu'rob)
ma'lum apa majhul ( ma'lum)
lazim apa muta'addi ( muta'addi)
muta'adinya kepada berapa maf'ul? ( kepada dua maf'ul)

ashobi'ahum = maf'ul bihi pertama
fii adzanihim = maf'ul bihi kedua


Min Sababiyah

من الصواعق حذر الموت

min disini adalah min sababiyah (sebab)
kapan kita tahu min yang ada disitu min yang sababiyah? dari murod.. (tidak bisa lain). Oleh sebab itu konteks (murrod) itu sangat penting untuk kita perhatikan. Variasi huruf jar, itu termasuk yang paling sulit dalam bahasa arab, bagaimana menerjemahkan huruf jar, itu termasuk yang berat. 

minash showaiqi (karena petir2)

الصواعق - صاعقة
showaaiqi itu merupakan jamak dari shoiqotun artinya petir. dijamak kan menjadi showaiqu. 



Mashdar dibaca Nashob

من الصواعق حذر الموت

Kok ada mashdar, kemudian dibaca nashob. Ada realitas mashdar dibaca nashob, maka memungkinkan itu dianggap:
  • Maf'ul Muthlaq
  • Maf'ul Li Ajlih

Kalau seandainya kemudian memiliki fungsi taukid, fungsi memiliki fungsi 'adat, fungsi nau' maka dia adalah maf'ul muthlaq. Dan biasanya itu dibentuk dari mashdar fi'ilnya. 

Kalau seandainya dia tidak menunjukkan itu, tiga fungsi di atas, karena dia itu merupakan alasan dari terjadinya sebuah perbuatan, dan itu terbentuk dari mashdar qolbi (mashdar yang merupakan dari fiil yang menunjukkan perbuatan hati) maka itu disebut dengan maf'ul li ajlih


kalau seandainya kita melihat indikator2 itu, maka  hadarol maut, lebih besar ke maf'ul li ajlih ketimbang dengan maf'ul muthlaq.




والله محيط بالكافرين

Alloh menjadi mubtada' , karena isim ma'rifat jatuh di awal jumlah. Karena mubtada' maka harus dibaca rofa', tanda rofa'nya dengan menggunakan dhommah. Karena Alloh disitu termasuk isim mufrod. 

Muhithun disitu menjadi khobar, kenapa kok ditentukan sebagai khobar? karena muthimul faidah (penyempurna faidah). Karena khobar maka dia harus dibaca rofa'.

ahaatho yuhithu 

Muhithun adalah bentuk isim fail dari ahatho.
kafiirina adalah majrur, tanda jarnya adalah huruf ya, karena termasuk jamak mudzakar salim. 

Mungkin itu yang bisa saya sampaikan, 
semoga manfaat.





Comments