Skip to main content

KH. Abdul Haris Jember | Kajian I'robul Quran 48 | Surat Al Baqoroh 36



Ini merupakan catatan yang kami ambil langsung dari broadcast video kajian Metode Al Bidayah, I'robul Quran ke 14. Catatan ini sebagai catatan pribadi, usaha untuk meringkas dan memetakan apa saja yang telah beliau sampaikan. Sekaligus catatan ini sebagai jalan untuk kami, mengulang-ulang materi yang beliau sampaikan, agar lebih menancap di ingatan kami. Semoga bisa sekaligus bermanfaat untuk kalian semua.




فأزلهما الشيطان عنها فأخرجهما مما كانا فيه
وقلنا اهبطوا بعضكم لبعض عدو ولكم في الأرض مستقر ومتاع إلى حين


Terjemahan 
Bermula/Mubtada'
Adalah/Khobar
Akan/Maf'ul bih
Siapa?/Fa'il - 'aqil
Apa?/Fa'il -ghoiru 'aqil

Penting bagi kalian untuk tahu terjemahanya, apalagi yang sudah diterjemahkan oleh pak Kyai, karena di dalam terjemahan beliau ada tanda2 yg merupakan posisi kata dalam ayat tersebut. Posisinya sebagai apakah kata itu dalam sebuah kalimat? apa mubtada' atau khobar atau maf'ul bihi dll. Dengan meniru cara beliau menerjemahkan, kita bisa sedikit demi sedikit memahami pola sebuah kalimat, dan sekaligus cara membacanya. 


Fa azzalla (maka menggelincirkan, siapa? Asy Syaithonu)

Huma (akan keduanya)

Fa’il dari Azalla- siapa? Asy syaithonu (Syaithan)

'anha (dari Surga)

Fa akhroja (maka mengeluarkan, siapa ? syaithan)

huma (akan keduanya)

(mengeluarkan, muta'allaq) Mimmaa - dari sesuatu

Kaana - yang ada. siapa? keduanya

Fihi - (adalah di dalam maa) - khobar kaana


wa qulna (dan berfirman, siapa? kami)
(Maqulu qoulin dari qulna) Ihbitu… (turunlah kamu semuanya, )

ba’dhukum (dalam keadaan bermula sebagian dari kamu)
li ba'dhin (untuk sebagian yang lain)

‘Aduwun (adalah musuh) khobar dari ba’dhu kum.


wa lakum (dan adalah untuk kamu) 
fil ardhi ( di dalam bumi)

Mustaqorrun (bermula tempat kediaman/ tempat tinggal)

wa mata'aun ( dan kesenengan)

ila hiinin (sampai batas tertentu)





PERMULAAN JUMLAH ( KALIMAT)

فأزلهما الشيطان

Fa Isti’nafiah…

Permulahaan jumlah (kalimat) memungkinkan untuk kemudian kita sebut sebagai


  • Ibtidaiyah - bener2 di awal kalimat, yasudah kita tentukan sebagai ibtidaiyah
  • Isti’nafiyah - didahului oleh jumlah yang lain, ditengah2 alinea.
  • I’tirodhiyah - sisipan - misalkan jika dibuang tidak mengurangi substansi kalam asli
  • Maushuliyah
  • Haliayah
  • Wasfiyyah


Janganlah kita menuntuk permulaan kalimat itu, bener2 tidak didahului oleh yang lain. Permulaan kalimat itu memungkinkan diterjemahkan ibtida'iyah, isti'nafiyah, i'tirodhiyah, maushuliyah, haliyah, washfiyyah. Jadi permulaan jumlah itu banyak, ini penting untuk pendasaran mubtada'


Contoh2 kata di permulaan jumlah (kalimat


  • الحمد لله رب العالمين - Ibtida'iyah - kata alhamdu adalah di awal jumlah, ditentukan sebagai mubtada'

  • الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ - Isti'nafiyah di dahului jumlah lain (alhamdulillahi robbil 'alamnin) sholatun merupakan di awal jumlah, dan ditentukan sebagai mubtada'

  •    قال النبي صلاة الله وسلامه عليه  إنما الأعمال بالنيات - shollatullohi merupakan di awal jumlah, tapi jumlahnya i'tirodhiyah (sisipan) atau itu kalau misalnya dibuang, itu tidak akan mempengaruhi substansi kalam asli.

  • جاء الذي استاذه ماهر - Maushuliyah, ustadzuhu ini diawal jumlah, maka ditentukan sebagai mubtada' sebagai shilatul maushul

  • جاء الرجل استاذه ماهر - Haliyah, ustadzuhu ini diawal jumlah, maka ditentukan sebagai mubtada'. atas nama haliyah karena jatuh setelah isim ma'rifat

  • جاء رجل استاذه ماهر - washfiyah, ustadzuhu ini diawal jumlah, maka ditentukan sebagai mubtada' sebagai shifat


Bagi para pemula, sehingga akhirnya faham. Jadi ketika menerjemahkan apa yang dimaksud dengan mubtada'? Mubtada' adalah isim ma'rifat yang dibaca rofa' yang jatuh di awal jumlah (kalimat). Kata2 diawal jumlah itu gambaranya menjadi luas. Sehingga penting menurut saya, untuk ditegaskan bahwa diawal jumlah itu banyak.  



Maf'ul bihi muqoddam
maf'ul bihi yang didahulukan penyebutanya dibanding fail setelah fiil ma'lum

فأزلهما الشيطان

Asy syaithonu (fa'il muakhkhor)
humaa (maf'ul bihi muqoddam)

Kenapa kok disebut sebagai muqoddam? karena memang haqquhu at ta-khir. Memang susunan wajar jumlah fi'liyah itu Fiil Fail Maf'ul bihi. 



Sususan wajar dari jumlah fi'liyah (kalimat yang didahului dengan fi'il ) adalah

Fiil + Fail + Maf'ul Bih
Fiil + Maf'ul Bih + Fail

jadi kalau seandainya tertukar antara fail dan maf'ul bih nya, (mana yang didahulukan) ini adalah taqdimu maa haqquhu ta-khir, mendahulukan sesuatu yang haq nya dia, yang posisi awalnya dia, harus diakhirkan. 

Ada juga yang ekstrim, maf'ul bih kemudian diawalkan. 
Maf'ul bih + Fiil + Fail 




Catatanya adalah yang paling penting tidak ada fail jatuhnya sebelum fiil. Fail itu jatuh setelah fiil, tidak mungkin mendahului fiil. Tapi kalau maf'ul bih, memungkinkan untuk kemudian jatuhnya sebelum fiil. 

contoh: 
Susunan Fiil + Fail + Maf'ul Bih

  • شرع الاستاذ الدرس
  • أزلهما الشيطان
  • إياك نعبد 


Pertanyaannya, pada ayat diatas, kenapa kok maf'ul bih nya diawalkan dan failnya diakhirkan?
Ketika kita menemukan realitas pada  jumlah fi'liyah, fa'ilnya berupa isim dzohir, dan maf'ul bihinya adalah isim dhomir, maka mendahulukan maf'ul bihi hukumnya WAJIB





Dhomir
Ngaji itu diulang-ulang, berulang-ulang (agar lebih menancap dalam ingatan kita). 

Dhomir itu ada tiga
  • Dhomir mutakallim (mewakili orang yang berbicara, baik tunggal maupun banyak)
  • Dhomir Mukhothob 
  • Dhomir Ghoib

Dhomir mutakallim secara umum tidak membutuhkan marji’udh dhomir 

Begitu juga mukhottob juga tidak membutuhkan tempat kembalinya dhomir 



anta ini kembali kemana?

antum ini kembali kemana?

anti ini kembali kemana?

itu salah pertanyaanya...


Dhomir Ghoib, membutuhkan marji'udh dhomir. Keslaahan dalam menentukan marji'udh dhomir (tempat kembalinya dhomir) rujukan dhomir, akan berdampak pada kesalahan murod. Apa yang dijadikan pertimbangan dalam menentukan marji'udh dhomir? 


Muthobaqoh: kesesuaian, 

  • kalau mufrod dikembalikan kepada mufrod, 
  • kalau tatsniyah dikembalikan kepada tatsniyah
  • kalau jama' dikembalikan kepada jama'
  • kalau mudzakkar dikembalikan kepada mudzakkar
  • kalau muanats dikembalikan kepada muanats

فأزلهما الشيطان

azalla ini adalah fiil muta'addi darimana kita tahu kalau azalla ini fiil muta'addi, dari arti yang dimiliknya. Kalau kita gak tahu artinya maka dipastikan kita gak mungkin tahu, apakah ini berstatus lazim atau muta'addi. Sehingga sering saya katakan, sampeyan yang rajin, hafalan mufrodat. 




Mufrodat
Mufrodat itu kan fasilitas banyak sekarang. Sudah ada fathul qorib diterjemahkan kata per kata, sudah ada alquran diterjemahkan semuanya sudah banyak diterjemahkan kata per kata. Terus secara istiqomah itu dihafalkan. Dihafalkan, misalnya satu hari dihafalkan tiga sampai lima sampai sepuluh misalnya. Insyaalloh ada kemajuan kalau begitu. Lagi2, kita gak bisa mengetahui hukum i'rob, lebih disebabkan karena kita gak ngerti artinya. Bagaimana kita pastikan bahwa ini fiil lazim atau fiil muta'addi, kalau sejak awal kita gak ngerti artinya, ini artinya apa? Untuk mengetahui ini muta'addi , bagaimanapun juga artinya juga harus kita ketahui. 

Inilah alasan kenapa kok melulu kita tegaskan bahwa membaca kitab itu tidak melulu ilmu nahwu. Ilmu nahwu itu sebagian saja, bahkan mungkin bisa dikatakan sebagian kecil. Karena ilmu nahwu ini sudah ada batasnya, babnya sudah jelas. Tapi kalau mufrodat, sulit itu.. itu yang akhirnya menjadikan kita agak kerepotan, tapi kalau seandainya peserta didik kita, malas untuk menghafal, mufrodat. Jadi pastikan ada waktu (jatah khusus) misalnya satu jam, dua jam untuk menghafalkan mufrodat terus. Sudah pada waktu jam itu kecuali kita menghafalkan mufrodat lagi, menghafal mufrodat lagi menghafal mufrodat lagi. 



Isim Maushul

مما كانا فيه

Maa nya maa maushul. Maushulnya disini adalah maushul musytarok. Ketika (kita temui) maushul musytarok, memungkinkan untuk dihukumi 
  • mudzakkar, 
  • muanas, 
  • mufrod, 
  • tatsniyah, 
  • jama' 

Karena ini adalah musyatrok, maka untuk menentukanya (termasuk dari kategori mana isim maushul ini? ), kita butuh pada a'idnya. Karena bagaimanapun juga, isim maushul butuh shilatul maushul dan a'id. dari A'id (warna merah) inilah kita ketahui bahwa hukum maushul musyatarok. Dan ternyata kita ketahui hukumnya adalah mufrod - mudzakar. 




Robith


وقلنا اهبطوا بعضكم لبعض عدو

Jadi memang sejak awal, pasti akan ada permusuhan manusia yang satu dengan manusia yang lain, ini sudah ada nash al quranya. Tidak harus orang lain, kadang (sesama) saudara itu ada permusuhan. Oleh sebab itu harus hati2. 

Ba'dhukum li ba'dhin 'aduwun (merupakan hal jumlah- hal yang berbentuk kalimat). Pada hal jumlah ini, berikutnya akan kita temukan Robith (penghubung). Robith ini hanya akan kita temukan pada hal jumlah, tidak pada hal mufrod. 


Robith itu bisa jadi 
  • wawu haliyah, 
  • dhomir (yang tersimpan dalam jumlah itu), 
  • wawu + dhomir

Jadi mesti ada dari ketiga hal itu, untuk menegaskan bahwa jumlah ini memiliki keterkaitan dengan yang sebelumnya (atau yang kita sebut sebagai shohibul hal). Itu ada ikatanya, ada yang mengikat, yang mengikat itu disebut sebagai robith. 


contoh: 

wawu haliyah
جئت و الشمس طالع = wawu disini adalah robith / wawu haliyah ( hale utawi) dalam keadaan bermula. 
saya datang, sedangkan pada waktu itu, matahari itu terbit. 


Jadi yang paling penting, ketika kita membahas 

بعضكم لبعض عدو

bahwa ketika kita berbicara tentang hal jumlah, maka ada konsep yang kita sebut sebagai robith. Robith itu pengikat artinya. 

Apa fungsi dari robith? untuk memastikan, untuk menegaskan bahwa jumlah yang kita hadapi punya kaitan dengan yang sebelumnya, yang kemudian kita sebut sebagai shohibul hal. Ada kaitanya (robith) kalau itu tidak ada pengikat, maka disitu akan dianggap jumlah (kalimat) yang lain, yang sama sekali tidak ada hubunganya dengan yang sebelumnya (yang kemudian kita sebut sebagai shohibul hal).

وقلنا اهبطوا بعضكم لبعض عدو

wawu (merah) itu adalah petunjuk antum- wawu disitu adalah isim dhomir, Pengganti dari Maf'ul bih.  
kum (merah) itu adalah robith yang (kamu semua) yang menghubungkan dengan jumlah sebelumnya. Dhomir ini kum ini sesuai dengan antum pada ihbithu..


وقلنا اهبطوا بعضكم لبعض عدو

warna hijau merupakan maqulu qoulin (maf'ul bihi dari fiil qola).



Ba'dhun dan Kullun

بعضكم لبعض
perhatikan, kata2 ba'dhun, itu sama persis dengan kullun. Itu mesti mulazimul lil idhofah (selalu diidhofahkan - wajib dimudhofkan). 

Gak ada ba'dhun yang tidak dimudhofkan, gak ada kullun yang tidak dimudhofkan. Itu makanya, dalam bahasa arab, ada lafadz2 yang mulazimun lil idhofah. Dia harus wajib, selalu dalam kondisi idhofah. Ba'dhun itu masuk akal, kalau seandainya harus dimudhofkan, karena kata (berarti sebagian) itu tidak mungkin kecuali ada tambahanya (untuk menjelaskanya). Gak mungkin kata2 sebagian itu mandiri itu gak mungkin. Dalam bahasa apapun, kata2 sebagian itu wajib dimudhofkan. 

Ketika ada realitas dimana ba'dhun, ketika ada realitas dimana kullun, itu realitasnya tidak memiliki mudhofun ilaihi. Maka ba'dhun dan kullun ini pasti ditanwin. Tanwin inilah yang disebut sebagai tanwin iwadh. 

Jadi ba'dhun dan kullun itu sama persis itu. Dalam bahasa apapun, ba'dhun dan kulun..itu pasti dimudhofkan. Itu dalam kaidah nahwu disebut sebagai lafadz2 yang mulazimun lil idhofah. Lafadz2 yang wajib dimudhofkan. Ketika realitasnya bahwa ba'dhun ini tidak dimudhofkan, ketika realitasnya kullun itu tidak dimudhofkan, maka pasti pada akhirnya akan ditanwin. Tanwin ini disebut sebagai tanwin iwadh.


Khobar Muqoddam - Mubtada muakhkhor

ولكم في الأرض مستقر ومتاع إلى حين

Ketika kita bertemu dengan jarun wa majrurun, atau ketika kita bertemu dengan dzorof, atau secara umum ketika kita bertemu dengan shibhul jumlah (jar majrur/dzorof) dan itu diawal kalimat, maka memungkinkan jar-majrur atau dzorof itu ditentukan sebagai khobar muqoddam, ketika yang jatuh sesudahnya ada yang pantas ditentukan sebagai mubtada muakhor.
Yang pasti pantas itu ada tiga:
(bukan berarti,selain tiga itu tidak ada)

  • Isim Nakiroh
    في الدار رجل = bermula rojul...

  • Maushul Musytarok
    و من الناس من يقول = bermula man (orang yang)...

  • Mashdar Muawwal
    ومن المعلوم ان الاستاذ ماهر = bermula sesungguhnya ustadz...

bermula kode = kode mubtada'
(ungu) jar majrur. Jar-majrur yang ada diawal jumlah ini, dipastikan menjadi khobar muqoddam, apabila yang jatuh sesudahnya ada yang pantas ditentukan sebagai mubtada muakhor. Yang pasti pantas adalah 
  • Isim Nakiroh, 
  • Maushul Musytarok, 
  • dan Mashdar Muawwal. 

Jar Majrur sama persis dengan dzorof. Apabila ada jar-majrur jatuh di awal jumlah, dan yang jatuh sesudahnya ada yang memungkinkan dan pantas untuk dijadikan sebagai mubtada muakhor, maka jar majrur yang ada di awal kalimat itu dipastikan menjadi khobar muqoddam. 


Karena demikian


ولكم في الأرض مستقر ومتاع إلى حين

wa lakum ini adalah jarun wa majrurun.
mustaqorrun - isim nakiroh (lihat contoh di atas yang yang bermula rojul)
mustaqorrun adalah mubtada muakhkhor

maka bisa dipastikan bahwa mustaqorrun adalah mubtada muakhor, dan lakum adalah khobar muqoddam. Jadi ditengeri ya.. itu akurat kok..analisis semacam itu. 

Mungkin itu yang bisa saya sampaikan, semoga bermanfaat. 

Comments