Skip to main content

Kh. Abdul Haris Jember | Catatan Kajian I'robil Quran 57 | Surat Al Baqoroh 48



Ini merupakan catatan yang kami ambil langsung dari broadcast video kajian Metode Al Bidayah, I'robul Quran ke 57. Catatan ini sebagai catatan pribadi, usaha untuk meringkas dan memetakan apa saja yang telah beliau sampaikan. Sekaligus catatan ini sebagai jalan untuk kami, mengulang-ulang materi yang beliau sampaikan, agar lebih menancap di ingatan kami. Semoga bisa sekaligus bermanfaat untuk kalian semua.


واتقوا يوما لا تجزي نفس عن نفس شيئا 
ولا يقبل منها شفاعة ولا يؤخذ منها عدل ولا هم ينصرون


Terjemahan 
catatan: 
  • Bermula/Mubtada'
  • Adalah/Khobar
  • Akan/Maf'ul bih
  • Siapa?(apa?)/Fa'il - naibul fa'il
  • yang / sifat
  • hale / rupane - hal
Penting bagi kalian untuk tahu terjemahanya, apalagi yang sudah diterjemahkan oleh pak Kyai, karena di dalam terjemahan beliau ada tanda2 yg merupakan posisi kata dalam ayat tersebut. Posisinya sebagai apakah kata itu dalam sebuah kalimat? apa mubtada' atau khobar atau maf'ul bihi dll. Dengan meniru cara beliau menerjemahkan, kita bisa sedikit demi sedikit memahami pola sebuah kalimat, dan sekaligus cara membacanya. 


wattaquu (dan takutlah siapa? kamu semuanya)
yauman (akan hari)
laa tajzii (yang tidak bisa membela)
fail dari laa tajzii (apa?) nafsun (diri seseorang)
'an nafsin (dari diri orang yang lain)
syai-an (akan sesuatu)

wa laa yuqbalu (dan tidak diterima)
minhaa (dari nafsun)
naibul fa'il dari yuqbalu (apa? yang tidak bisa diterima?)  syafa'atun (pertolongan)
wa laa yu-khodzuu (dan tidak bisa diambil)
minhaa (dari nafsun)
naibul fa'il dari yu-khodzu (apa? yang tidak bisa diambil?) 'adlun (bukan keadilan, tetapi tebusan)

wa laa hum ( dan tidak , bermula mereka)
yunshoruuna ( adalah ditolong, siapa? mereka)




Pembuangan Mudhof

واتقوا يوما

Kalau seandainya kalian melihat di tafsir2, wattaquu yauman adalah adzaba yaumin

واتقوا يوما 
واتقوا عذاب يوما 

(ungu- adzaba) adalah tafsir, adanya pembuangan mudhof. 

Saya hanya kepingin menjelaskan, bahwa realitas pembuangan mudhof. Mudhof dibuang, dan yang menggantikanya adalah mudhof ilaih itu terjadi dalam konteks bahasa arab. Ini kalau dalam konteks ushul fiqh disebut dengan dilalatul iqtidho.


Pembuangan Mudhof
Realitas pembuangan mudhof, dan kemudian yang menempati mudhof adalah mudhof ilaihnya, itu terjadi. Dalam konteks wattaqu yauman, semua (ahli tafsir) sepakat 

واتقوا عذاب يوما 

akan siksaan hari. Ada sesuatu, yang kalau tidak kita munculkan mudhofnya, itu memungkinkan kita tidak bisa faham. 

contoh lainya

حرمت عليكم الميتة

Seakan akan ini sudah memahamkan, 
hurrimat (diharamkan)
'alaikum (atas kamu semuanya)
apa? al maitatu ( bangkai )

Tapi kemudian kita munculkan pertanyaan,  menjadi tidak faham kita, tentang realitas ini. Ada mudhof yang dibuang, yang kalau seandainya tidak dimunculkan, itu akan kesulitan, karena berkonsekuensi pada hukum yang berbeda. Yang harus digaris bawahi adalah, ada realitas yang mana di dalam bahasa arab itu, ada pembuangan mudhof, dan yang menempati posisi mudhof itu adalah mudhof ilaih. 

حرمت عليكم الميتة
حرمت عليكم  اكل الميتة
حرمت عليكم  انتفاع الميتة

ini yang diharamkan apa? apa yang dimaksudkan adalah 
  • makan bangkai? apakah disamping makan juga 
  • intifa'ul maitah 

Akan berkonsekuensi beda, misalnya yang diharamkan itu makan bangkai. Kalau intifa'ul maita itu tidak diharamkan. Kalau seandainya kita punya ternak ayam misalnya, mari ngono ayamnya banyak yang mati, disamping itu kita punya kolam lele, kita punya kolam ikan misalnya. Yang memungkinkan senang pada bangkai misalnya. Apakah itu kemudian tidak memungkinkan? kemudian intifa'ul maitah. 

Disini, misalnya kalau ada pembuangan mudhof, akan kesulitan misalnya dalam konteks memahaminya. Itulah yang kemudian disebut dengan dilalatul iqtidho. Saya hanya kepingin menegaskan, ada realitas dalam bahasa arab, itu pembuangan mudhof itu realitas (ada kasusnya). Kalau kemudian tidak mengira ngirakan mudhof, itu akan sulit untuk dipahami. 


Contoh lagi

وسئل القرية التي كنا فيها
وسئل اهل القرية التي كنا فيها

Masak kita tanya kepada desa? mesti ahlal qoryati yang ada disini. Penduduk desa, tanyalah kepada penduduk desa. masak langsung?

was alu (dan tanyaklah, siapa? kamu semuanya)
al qoryata ( akan desa)

desa gak bisa jawab, penting untuk kemudian ditegaskan, ada realitas dalam bahasa arab, pembuangan mudhof. Kalau mudhofnya tidak dimunculkan, kita akan sulit untuk memahami apa yang kira2 dimaksud disitu. 

لا نكاح الا بولي

Tidak ada pernikahan kecuali dengan wali. Apakah yang dimaksud ini adalah?

لا نكاح الا باذن ولي
لا نكاح الا بمعرفة ولي
لا نكاح الا بحضر ولي

Saya kepingin menegaskan kepada panjenengan, dalam realitas teks arab. Ada realitas pembuangan mudhof, yang kalau seandainya mudhof itu tidak dimunculkan, itu akan kesulitan kita untuk menangkap kira2 maksudnya apa. Itulah yang kemudian di dalam konteks ushul fiqh disebut dengan dilalatul iqtidho'

Ada tuntutan keniscayaan, yang kalau seandainya tidak dimunculkan itu akan kesulitan bagi kita untuk bisa memahami, apa maksud dari?? ( yang) konsekuensinya berbeda beda. 

Tidak ada pernikahan kecuali dengan wali, maksudnya apa? dengan kehadiran wali maksudnya? atau hanya sekedar ijin wali saja (misalnya). Atau sepengetahuan wali saja misalnya. Ya tentunya beda2 (yang akan ditanyakan) itu namanya dilalatul iqtidho



واتقوا يوما

Wattaqu (dan takutlah siapa? kamu)
yauman ( akan hari) 

ai 'adzaba yaumin (ini penting untuk kemudian ditegaskan). 
واتقوا عذاب يوما

Realitas dimana kita melihat teks, yang asalnya adalah mudhof ilaih, yang kemudian mudhofnya dihilangkan, yang kalau seandainya dimunculkan. 'adzaba yaumin (akan siksanya hari).




اتقوا- اتقى - وقى- يقى - وقاية

Enaknya ketika kita tidak diburu oleh target itu begitu, diulang-ulang. Berasal dari fiil madhi apa ustadz? sebelum dimasuki wawu jama'?

 اتقى
kalau misalnya ini dicari di dalam kamus, ini dicari dalam huruf hijaiyah apa? wawu. Asalnya apa mujarodnya? 

وقى- يقى - وقاية

Pertanyaanya adalah? mana wawunya? kok gak kelihatan di ittaqo?
Inilah yang harus panjenengan sadari bahwa kalau ada fiil mitsal dan diikutkan pada wazan ifta'ala

افتعل
اوتقى

kemudian, wawu ini harus diganti dengan ت kemudian jadi ittaqo
 اتتقى

kemudian wawu yang sejenis ini harus di idghomkan menjadi ittaqo
 اتقى

Jadi perlu diperhatikan bahwa ittaqoo itu asalnya adalah 
waqoo yaqii wiqoyatan

Maka kalau kita lihat ittaqoo.. jangan cari di dalam hamzah, jangan dicari di dalam ta
dalam konteks misalnya melihat kamus munawwir (misalnya) 
Tetapi dilihat di dalam waw. 
Kenapa kok kemudian di dalam wawu? 
Setiap bina mitsal, bina yang fa fiilnya itu adalah huruf wawu/ ya, 
ketika diikutkan kepada wazan maka wawu disitu harus diganti dengan ta' dan diidghomkan. 
Inilah alasan, kenapa kok kemudian


وصل - اتصل
وفق - اتفق
وصف - اتصف


 اتقى - يتقى
diproses menjadi amar
huruf mudhoroah dibuang

تقى
huruf akhirnya karena merupakan mu'talul akhir 
wa lam yattashil bi akhirihi syai-un

تق
terus dikasih hamzah washol, kemudian menjadi

اتق
fiil amarnya, ittaqi


اتقيا
ditatsniyahkan menjadi ittaqiyaa

اتقيوا
dijama'kan menjadi ittaqiyu
kenapa kemudian kok menjadi ittaqu? kok gak dipertahankan ittaqiyu?

ini lagi2 dalam kaidah i'lal dikatakan, kalau ada ya
kok ada pada posisi tathorruf, ada pada posisi ujung. 
اتقيوا

ini tidak pada posisi ujung ustadz..., ini pada posisi ujung.....?
karena ittaqiyu itu ada dua,

اتقيوا

اتقي + وا
ittaqiya + wawu jama'
wawu jama' itu lain.

posisi tathorruf itu pasti ya, karena demikian ya nya harus disukun. Ketika ya nya disukun, maka terjadilah yang disebut iltiqous sakinaini. Dua sukun yang berkumpul menjadi satu (iltiqoussakinaini)

ya yang awalnya dhommah itu harus disukun, wawu jama yang sejak awal harus disukun, maka ya dibuang.

menjadi ittaqiyu


اتقوا


Kenapa kok kemudian? qofnya disitu kok menjadi di dhommah? inilah yang kemudian disebut sebagai litasallumil wawi. Untuk penyelamatan wawu.

Untuk penyelamatan ya
untuk penyelamatan wawu 
itu ada istilah itu.

kalau seandainya ada kata

عاملون
mau digandeng dengan ya mutakallim

عاملون + ي

nun ya harus dibuang, akhirnya menjadi
عاملو + ي

ada wawu dan ya berkumpul menjadi satu, wa subiqot ihdahuma bis sukun. harus diganti dengan menggunakan ya...

عامليي
kemudian diidghomkan, menjadi 'amiluyya

عاملي

terus akhirnya bacanya menjadi, amiliyya, karena tasallumil yai
Jama' mudzakkar salim, itu kalau ketemu dengan ya mutakallim, semua menjadi 'amiliya



misalnya lagi
mayyuwitun
akhirnya menjadi mayyitun. 

tassallum itu bisa jadi wawu, 
bisa jadi 
ya. 

Kalau tassallumil wawi itu pada akhirnya harus di dhommah. Kalau tasallumil ya, yang awalnya  dhommah harus dikasroh.




واتقوا يوما لا تجزي نفس

Kenapa kok kemudian diterjemahkan yang? ustadz? Laa tajzi, itu adalah jumlah fi'liyah jatuh setelah yauman
Setiap kita menemui jumlah fi'liyah itu jatuh setelah isim nakiroh, maka itu sebagai na'tul jumlah (sifat yang berbentuk jumlah)

makanya kalau kita menerjemahkan harus pakai yang, kalau dalam bahasa indonesia. Harus pakai kang, dalam konteks bahasa jawa. 

karena na'atnya na'at jumlah, maka wilayahnya adalah mahali, maka jangan ditanya i'robnya apa? karena pasti tidak ada.

ketika yang kita i'robi adalah berupa
al asma al mabniyah
berupa al jumal
berupa al hikayah

maka disitu wilayahnya mahali, jangan ditanya kira2 tanda i'robnya itu apa? karena pasti tidak ada. 


Laa an nafiyah, laa an nahiyah

لا تجزي نفس

Kenapa kok diterjemahkan yang tidak ustadz? kok tidak diterjemahkan jangan? 
dalam konteks laa tajzii tidak ada kemungkinan lain, kecuali menjadikan laa disini sebagai laa an nafiyah. Kalau seandainya lam nya itu adalah lam an nahiyah, 

kalau laa an nahiyah
pasti ada hadzfu harfil 'illati (ada pembuangan huruf illat)
لا تجز
Tetepnya fiil yang ada disitu, itu berarti lam nya tidak mempengaruhi fiil. 



Tanda I'rob harokat dan huruf
Ketika tanda i'rob itu adalah berupa huruf, maka akan ada penyempitan kemungkinan. 
seperti 

لا يقبل

dibaca laa yuqbalu seperti itu, seperti laa yuqbal itu seperti itu juga tulisanya. Mau disukun tulisanya tetep seperti itu bentuknya, begitu juga mau di dhommah. Ketika ini disukun, berarti lam nya an nahiyah, ketika di dhommah lamnya lam an nafiyah. 

Ketika disukun berarti lam punya pengaruh kepada fiil mudhore' mu'rob yang dimasukinya
ketika di dhommah berarti lam tidak punya pengaruh kepada fiil mudhore mu'rob yang dimasukinya. 
Coba itu difikirkan, kadang sampeyan harus berfikir, untuk memberikan kemudahan pada murid2 kita. Itulah kesimpulanya, ketika tanda i'rob itu berupa huruf, maka akan ada penyempitan kemungkinan. 

misalnya.
عاملون
itu tanpa diharokati kita tahu, bahwa ini sedang berposisi rofa'. Kenapa? kalau seandainya berposisi nashob itu akan berbunyi / tertulis  علملين 

kata2 amiluna yang pakai wawu, itu harus difahami, ini rofa' ini. Kenapa? karena pakai wawu.
Ketika tanda i'rob berupa huruf (bukan harokat) maka disitu sedang terjadi penyempitan kemungkinanya. Ini tidak ada kemungkinan lain kecuali rofa'. 






Comments