Skip to main content

Kajian Alfiyah 65 | Metode Al Bidayah | KH. Abdul Harits Jember | Bait Alfiyah 199-203 | Laa allati li nafyil jinsi

 

Berikut ini adalah cacatan kajian Kyai Abdul Haris Jember, metode Al Bidayah. Materi ini ada bab Laa Allati li nafsyil jinsi. Kali ini pada bait ke 199



Alfiyah Laa Allati li nafyil jinsi




وركب المفرد فاتحا كلا -- حول ولا قوة الا و الثان اجعلا
مرفوعا او منصوبا او مركبا -- وان رفعت اولا لا تنصبا
wa rokkib (dan mentarkiblah, siapa? kamu) - seperti tarkibnya adat murokkab
dijadikan sebagai 'adat murokkab 

خَمْسَةََ عَشَرَ
khomsata 'asyaro, contohnya
berarti mabniyyun alal fathi
Al Mufroda (akan isim laa yang berkatagori mufrod)
Al Mufroda, akan isim laa yang berkategori mufrod, (bukan mudhof, bukan syabihul bil mudhof)
Fatihan (dalam memabnikan 'alal fathi)
Ka (sebagaimana)

لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ

Laa haulaa wa laa quwata 
wa tsani (dan akan yang kedua) - maksudnya pada wa laa quwata
ij'alaa... (asalnya ij'alan) - aslinya nun taukid khofifah.
asalnya begitu, jadi sampeyan harus faham, bahwa nun taukid khofifah itu memungkinkan di ibdal dengan menggunakan alif. 

 اجعلا - اجعلن



Nun Taukid Khofifah - diganti Alif

ij'ala - asalnya ij'alan
Jadi sampeyan harus faham, bahwa nun taukid khofifah itu memungkinkan di ibdal dengan menggunakan alif. Ini perlu ditegaskan. 


Nun taukid khofifah, nun taukid yang disukun secara penulisan memungkinkan diganti dengan alif. اجعلا asalnya اجعلن 
لا تنصبا asalnya  لا تنصبن
لا احكما asalnya  لا احكمن

Ini menjadi penting untuk paradigma berfikir kita ya, seandainya ini tidak dijadikan sebagai pengganti dari nun taukid khofifah, maka konsekuensinya alif disitu dianggap sebagai alif tatsniyah. 

اجعلا asalnya اجعلن 

apabila dianggap alif tatsniyah = menjadikanlah, kamu (dua orang laki2)

كلا لئن لم ينته لنسفعا بالناصية
Surat Al 'alaq 15

لنسفعا asalnya   لنسفعن


Lagi2 saya harus tegaskan, sampeyan gak bisa gini2 ini, kalau sampeyan gak pernah dengar. Inilah pentingnya ngaji, saya ulangi lagi Sampeyan gak mungkin bisa (tahu) seperti ini, kalau secara konseptual sampeyan gak pernah dengar. Bahwa dari aspek penulisan, bahwa yang namanya nun taukid khofifah itu diubah menjadi alif. Sehingga seakan2 dia itu adalah alif tatsniyah, 


  • اجعلا asalnya اجعلن 
  • لا تنصبا asalnya  لا تنصبن
  • لا احكما asalnya  لا احكمن


  • Alif yang ada pada ij'ala, 
  • Alif yang ada pada laa tanshibaa, 
  • Alif yang ada pada laa uhkumaa, 

Alif yang ada disitu adalah pengganti dari nun taukid khofifah. Penulisan Nun taukid khofifah itu memungkinkan diganti dengan menggunakan alif. Informasi ini harus sampeyan dengar, karena sampeyan tidak mungkin menganggapnya pengganti dari nun taukid khofifah, kalau seandainya secara konseptual tidak pernah mendengar itu. Kalau dalam konteks al quran, 

لنسفعا بالناصية
lanasfa'an bin nashiyah
itu tulisan aslinya, 

لنسفعن
lanasfa'an




Laa Allati Nafyil Jinsi

Istilah yang dipakai, ketika 

لا التي لنفي الجنس

Laa allati nafyil jinsi 

itu berkategori mufrod, itu adalah MABNI. 
Mufrod (tidak dimudhofkan, atau tergolong shabihum bil mudhof)


Sedangkan istilah yang dipakai pada saat isim laa allati nafyil jinsi dalam kategori mudhof atau shabihum bil mudhof, itu adalah NASHOB, manshub. Itu yang kemarin ditegaskan, lebih ditegaskan karena disitu terjadi keanehan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan rasionalisasi secara normal. (Ini sudah dijelaskan di Kajian Alfiyah 64)


 و الثان اجعلا   مرفوعا او منصوبا او مركبا

و الثان
watsani (dan akan yang kedua)
asalnya watssaniya
و الثاني

ij'alaa benar2 menjadikanlah siapa? kamu. Ada kata2 benar2nya, kenapa? karena alif disini adalah pengganti dari nun taukid khofifah. Nun taukid yang disukun, secara penulisan memungkinkan untuk diganti dengan alif. 

benar2 menjadikanlah siapa? kamu akan yang kedua. 


لاحول ولا قوة إلا بالله - yang kedua itu maksudnya yang berwarna merah  (laa quwata). 

اجعلا الثان   مرفوعا او منصوبا او مركبا
ij'alan ats tsani marfu'an au manshuban au murokkaban
  • akan isim yang dibaca rofa
  • atau akan isim yang dibaca nashob 
  • atau dimabnikan alal fathi (tarkib)


JIKA AWALNYA MABNI ALAL FATHI
Jadi kalau seandainya yang pertama ini di fathah, di mabnikan alal fathi, 

ََََلاحول 
binaul awwal alal fathi
(laa haula)

maka untuk yang KEDUA itu 
  • marfu'an
  • manshuban
  • murokkaban


  • لاحول ولا قوة - memungkinkan dibaca laa haula wa laa quwatun (Marfu'an)

  • ًلاحول ولا قوة - memungkinkan untuk dibaca nashob, laa haulaa wa laa quwatan, kalau tanwin itu nashob. (Manshuban)

  • َلاحول ولا قوة - memungkinkan untuk dibaca, laa haulaa wa laa quwata , atau ditarkib sebagaimana adat murokkab. (Murokkaban)


Rofa' (untuk YANG KEDUA)


----------
Pertama: Lam dianggap sebagai Lam Zaidah 

لاحول 
 و 
لا قوة
memungkinkan dibaca laa haula wa laa quwatun (Marfu'an)

Kalau dibaca rofa', itu asumsinya bagaimana?
 
و لا قوة
memungkinkan wawunya dianggap sebagai wawu athof
berarti quwatun ini nanti ma'thufun
laam nya dianggap sebagai laam zaidah
Ketika ada laa jatuh setelah wawu athof, dan yang jatuh sebelumnya adalah nafi, maka memungkinkan lam ini disebut sebagai lam zaidah


لاحول  و لا قوة
(lam yang berwarna biru, dianggap sebagai lam zaidah)
Karena sudah memenuhi persyaratan sebagai lam zaidah. Lam Zaidah itu jatuh setelah huruf athof, yang didahului oleh nafi.

Mana kemudian ma'thuf alaihinya ustadz, kalau disebut sebagai wawu athof
kan dibaca wa laa quwaatun, berarti rofa' 

لا + حول
Ulama memiliki pandangan bahwa laam + isimnya itu mahalnya rofa'

Sehingga ketika mengasumsikan quwatun (adalah rofa) di athofkan, mana ma'thuf alaihnya? ma'thuf alaihnya (laa + isim) yang berkedudukan rofa'. Lam + isimnya, itu fii mahali rof'in. Itu kalau seandainya dibaca rofa'



-------
Kedua: Lam tetep dii'mal (diamalkan)
Memungkinkan kalau dianggap analisis lain, misalnya dengan menjadikan laa ini al musyabaha bi laisa

لاحول  و لا قوة
(Laa yang warna merah diamalkan, sebagaimana laisa)
Laa tetep diamalkan (dii'mal), tapi pengamalanya diikutkan pada laisa yaitu tarfa'ul isma, wa tanshibul khobar

Laa berstatus al musyabahaa bi laisa. Dibaca quwatun tetep memungkinkan, bahwa laa itu dianggap sebagai musyabahatun bi laisa, berarti laa nya di i'mal meskipun i'malnya itu adalah yang dengan mengikuti laisa. Al Musyabahaa bil laisa


kesimpulan awal: 
yang pertama, wawunya dianggap sebagai wawu athof, laamnya dianggap sebagai laam zaidah. Ma'thuf alaihnya mana? ma'thuf alaihnya adalah lam plus isimnya. Yang menurut para ulama itu, fii mahali rof'in. 

yang kedua, adalah sebagaimana menjadikan laa sebagai al musyabahah bil laisa. Karena musyabahah bil laisa, maka dia beramal sebagaimana kaana, tarfa'ul isma wa tanshibul khobar. Dibaca rofa' karena dia menjadi isim dari laa (al musyabahatu bil laisa).


-------
Ketiga: Laa tidak dii'mal, tapi di ihmal (tidak diamalkan sama sekali)
bisa juga dibaca rofa' karena laa itu di ihmal/ tidak diamalkan sama sekali, sehingga ini dianggap isti'nafiyah, karena demikian ini dianggap sebagai mubtada' (quwatun). 



Kesimpulan akhir:
Ada tiga asumsi, kalau seandainya itu dibaca rofa'
Asumsi pertama
wawunya dianggap sebagai wawu athof
lam nya dianggap sebagai zaidah
Kemudian quwatun dianggap sebagai ma'thuf, ma'thuf 'alaihnya pada laa dan isimnya yang dianggap rofa'

Asumsi kedua 
Lam nya dianggap sebeagai musyabahah bil laisa, yang memiliki pengamalan tarfa'ul isma wa tanshibul khobar. 

Asumsi ketiga
Asumsi ketiganya adalah 
Mengilgho' / meng ihmal laa sehingga asumsinya adalah quwatun dijadikan sebagai mubtada'



Nashob (Untuk yang kedua)
Kalau seandainya dianggap sebagai manshuban, disitu, berarti asumsinya adalah 
  • wawunya dianggap sebagai wawu athof (tetep), 
  • laam nya dianggap sebagai laam zaidah (tetep), 
  • quwatan disini dibaca NASHOB. Tanwin (fathah) itu dibaca nashob istilahnya. 

Itu asumsinya diathofkan kepada mahal i'rob dari haula, yang disitu adalah berkedudukan nashob. Mahal i'rob, karena disitu haula merupakan isimnya laa memiliki pengamalan, tanshibul isma wa tarfa'ul khobar
Haula disitu, mahal i'robnya adalah NASHOB, sehingga ketika dibaca laa haulaa wa laa quwatan, dibaca quwatan disitu, diasumsikan
  • wawunya dianggap sebagai wawu athof,
  • lamnya dianggap sebagai zaidah,
  • quwatan itu adalah ma'thuf,
  • ma'thuf alaihny adalah haula, yang berkedudukan NASHOB. 


Murokkaban
Ditarkib seperti adat murokkab, mabniyyun alal fathi maksudnya, maka itu dianggap sebagai laa yang di i'mal. 

لاحول ولا قوة

Laa yang berwarna biru di i'mal semua. 




JIKA AWALNYA DIBACA ROFA'
(rof'ul awwal)
رفع الاول

selanjutnya bagaimana?
wa in rofa'ta (dan jika merofa'kan, siapa? kamu)
awwalan (akan yang pertama - maf'ul bihi)
ini ceritanya adalah lam yang mukarroroh (yang diulang2)

wa in rofa'ta (dan jika merofa'kan, siapa? kamu)
awwalan (akan yang pertama - maf'ul bihi)
jawabnya in
fa laa tanshiban (aslinya begitu itu)
laa tanshiban (maka benar2 janganlah menshobkan, siapa? kamu)

Kalau seandainya dibaca laa haulun (yang pertama - yang biru)
لاحول ولا قوة


مرفوعا او منصوبا او مركبا -- وان رفعت اولا لا تنصبا
Jadi bacaanya adalah laa haulun, bagaimana? yang jelas laa tanshiban. Pilihan dari yang ada ini, 
  • Marfu'un, 
  • Manshubun, 
  • Murokkabun

yang tidak boleh hanya yang manshubun (laa tanshiban)
Berarti apa? 

memungkinkan untuk dibaca rofa'
لاحول ولا قوة  - maka memungkinkan dibaca laa haulun, walaa quwatun

memungkinkan untuk dibaca dimabnikan alal fathi
لاحول ولا قوة - maka memungkinkan dibaca laa haulun, walaa quwata - murokkab memungkinkan, dimabnikan alal fathi memungkinkan. 

Inilah yang dimaksud dengan
وان رفعت اولا لا تنصبا
wa in rofa'ta auwalan, laa tanshiban
wa in rofa'ta (
maka jika merofa'kan siapa kamu)
auwalan ( akan yang pertama)
ini ada dua pengulangan laa, yang pertama itu di rofa' (laa haulun).
laa tanshiban
Maka janganlah menashobkan siapa? kamu
maka benar2 janganlah menashobkan siapa? kamu

Kenapa yang manshub tidak memungkinkan??

لاحول ولا قوة

Asumsi nashob itu adalah 
  • wawunya dianggap sebagai wawu athof, 
  • lam nya dianggap sebagai lam zaidah. 
  • Maka quwatun dianggap sebagai ma'thuf, mana ma'thuf alaihnya? 
  • ma'thuf alainya otomatis (haulun) 
Inilah alasan kenapa dibaca quwatan itu menjadi tidak masuk akal. 

لاحول ولا قوةٌ
Kalau dibaca quwatun masuk akal disini, 
karena lamnya semuanya ilgho, karena semuanya ihmal (tidak diamalkan)


لاحول ولا قوةَ
Bagaimana kalau seandainya ini? laa haulun wala quwataa.. ini boleh? boleh. 
  • Karena lam yang pertama dianggap di ihmal (tidak diamalkan) 
  • sedang laam kedua di i'mal (diamalkan). 




KESIMPULAN
Ada lima macam bacaan tentang laa haula itu. 
Jadi secara keseluruhan, pembacaan 



لاحول ولا قوة

- ada lima yaitu:
  • laa haula walaa quwatun
  • laa haula walaa quwatan
  • laa haula walaa quwata
  • laa haulun walaa quwatun
  • laa haulun walaa quwata


وَمُفْـرَداً نَعْــتاً لِمَبْنِىٍّ يَلِـى --  فَافْتَحْ أَوِ انْصِبَنْ أَوِ ارْفَـعْ تَعْدِلِ

faftah (langsung lompat) maka memabnikanlah fathah siapa? kamu.
awing shiban (atau benar2 menashobkanlah, siapa? kamu)
awir fa' (atau merofa'kanlah siapa? kamu)
mufrodan akan mufrod yang menjadi na'at. Istilah mufrod, masuk dalam laa allati nafyil jinsi. Berarti bukan mudhof, bukan shabihu bil mudhof. 


Faftah, maka memfathahlah siapa? kamu awing shiban atau benar2 menashobkanlah siapa? kamu, awirfa' atau merofa'kanlah siapa? kamu. Maf'ul bihi dari tiga amil, amilnya satu, yatiu mufrodan. 
Ketika ada amil banyak, ma'mul satu, Masuk pada bab tanazu' fil amal. Amilnya banyak, ini rebutan ma'mul. Faftah itu fiil apa? fiil amar, mana maf'ul bihnya? maf'ul bihnya mufrodan

inshiban itu fiil apa? fiil amar, 
mana maf'ul bihnya? 
maf'ul bihnya mufrodan
irfa' itu fiil apa? 
fiil amar juga, 
mana maf'ul bihnya? 
maf'ul bihnya juga mufrodan

Banyak amil, satu ma'mul itu namanya tanazu' fil amal
Saling bentrokan dalam amal. 


faftah (langsung lompat) maka memabnikanlah fathah siapa? kamu.
awing shiban (atau benar2 menashobkanlah, siapa? kamu)
awir fa' (atau merofa'kanlah siapa? kamu)
maf'ul bihi dari ketiganya adalah mufrodan
na'tan (yang jadi na'at)


وَمُفْـرَداً نَعْــتاً لِمَبْنِىٍّ يَلِـى --  فَافْتَحْ أَوِ انْصِبَنْ أَوِ ارْفَـعْ تَعْدِلِ
(SIFAT) Na'at pada Isim Laa (bersandingan)
Sakjane itu, na'tan mufrodan, tapi itu ada yang berpaham seperti itu. Tapi Mufrod itu jangan dipahami, na'at mufrod (tapi) Na'at yang bukan mudhof, bukan syabihu bil mudhof. Na'at yang ikut istilah ini adalah yang dalam bab laa allati nafyil jinsi
Akan bentuk mufrod maksudnya (bukan mudhof, bukan syabihul bil mudhof). na'tan yang berfungsi sebagai na'at. 
Na'at untuk siapa? 
li mabniyin, untuk kategori isim laa allati li nafyil jinsi yang mabni berarti ini juga mufrod, 

yali.. yang bersandingan, apa? mabni tadi/ isim laaa tadi. 
Yalii bersandingan langsung, tidak ada fashil. 
ta'dili (maka berbuat adi, siapa? kamu) ini jawabnya amri. 

لا رجل ظريف

ظريف
dzorif ini adalah na'at, na'at untuk rojul. Na'at ini tidak berkategori mudhof, maupun tidak berkategori shabihun bil mudhof. Atau dengan kata lain ini adalah na'at. 

رجل
Rojula menjadi isim laa, yang berkatagori mufrod juga, oleh sebab itu dia berhukum mabni. 

Kata2 mabni disini, untuk memberikan petunjuk bahwa yang dimaksud mabni adalah isim laa yang pada akhirnya adalah hukumnya mabni, dan itu bukan mudhof, bukan syabihun bil mudhof. Kata2 mabni disini mengindikasikan, memberikan petunjuk bahwa yang dimaksud disini adalah yang berkategori mufrod (bukan mudhof atau syabihun bil mudhof).

لا رجل
Ketika kemudian isim laa allati li nafyil jinsi, yang berkategori mabni, berarti dia itu adalah mufrod (bukan mudhof, dan bukan syabihun bil mudhof). Itu kok diberi na'at, 
  • na'atnya juga mufrod (bukan mudhof, dan bukan syabihun bil mudhof), 
  • dan yalii (tidak ada fashil) tidak ada yang memisahkanya (bersandingan langsung). 
Maka bagaimana?? 
  • iftah (memfathahlah siapa? kamu pada na'at yang berbentuk mufrod tadi)- memabnikan alal fathah.
  • awingshiban ( atau menashobkanlah) 
  • awirfa' (atau merofa'kanlah)
(maka)
ta'dili (maka berbuat adil, siapa? kamu). - jawabnya amar. 


Jadi kasusnya begitu, jadi memungkinkan dibaca

َلا رجل ظريف
لا رجل ظريفًا
ٌلا رجل ظريف

  • laa rojula dzorifa
  • laa rojula dzorifan
  • laa rojula dzorifun

Tidak ada orang laki2 yang cerdas, 
yang cerdas itu memungkinkan dibaca 
  • dzorifa, 
  • dzorifan, 
  • dzorifun.


(SIFAT) Na'at pada Isim Laa (Tidak bersandingan)

Bandingkan dengan

وَغَـيْرَ مَا يَلِي وَغَـيْرَ الْمُفْـرَدِ  -- لاَ تَبْنِ وَانْصِبْهُ أَوِ الرَّفْعَ اقْصِدِ

ghoiru maa (akan selain sesuatu)
yalii (yang menyandingi apa? maa)

لاَ تَبْنِ
laa tabni (jangan memabnikan, siapa? kamu)
maf'ul bih dari laa tabni

وَغَـيْرَ مَا يَلِي
ghoiru maa (akan selain sesuatu)
yalii (yang menyandingi apa? maa)

وَغَـيْرَ الْمُفْـرَدِ
wa ghoirol mufrodi (dan selain mufrod, berarti dia mudhof, dan syabihun bil mudhof)

وَانْصِبْهُ
wangshib (dan nashobkanlah siapa? kamu)
hu akan maa yali, wa ghoiro mufrodi.

أَوِ
au (atau)

اقْصِدِ
iqshid (memaksudkan siapa? kamu)

الرَّفْعَ
ar rof'a (akan membacanya rofa')



Perhatikan...
laa tabnii..
banaa- yabnii

لا تبني - kalau ada ya'nya (warna biru) berarti lam nya disebut ghoiru jazim (tidak menjazmkan). Berarti artinya tidak. 

لا تبن - kalau secara tulisan (yang warna biru gak ada) atau disebut sebagai hadzfu harfil illati (pembuangan huruf ilat). Maka lam disini adalah jazim, maka ini artinya jangan. 

لاَ تَبْنِ
Laa tabni (janganlah memabnikan siapa? kamu) - memabnikan alal fathi maksudnya
ghoiro maa ( akan na'at yang selain sesuatu)
yali (yang menyandingi, apa? maa)
ada fasil berarti disitu


wa ghoirol mufrodi (dan na'at selain mufrod)

wanshibhu (dan nashobkanlah, siapa? kamu akan maa yali, wa ghoirol mufrodi)
au (atau)
iqshid (bermaksudlah siapa? kamu )
ar rof'a (akan membacanya rofa')


misalnya:
لا رجل فيها ظريف
laa rojula (tidak langsung) ada kata2 fiihaa - maka disini memungkinkan dibaca nashob, dzorifan
Atau rof'an, laa rojula fiiha dzorifun. - maka disini memungkinkan dibaca rofa'.
tidak memungkinkan kemudian laa tabni, berarti

la rojula fiha dzorifa (tidak memungkinkan demikian)

لا رجل فيها ظريفًا
ٌلا رجل فيها ظريف

laa rojula fiihaa dzorifan 
ini ghoiru maa yali, kenapa kok disebut ghoiru maa yali? karena ada fashil fiiha
Ketika ghoiru maa yali (tidak bersandingan langsung). 
Masih ada fashil, maka yang memungkinkan adalah wangshibhu awirof aqshidi

Laa tabni (janganlah memabnikan siapa? kamu) - memabnikan alal fathi maksudnya
ghoiro maa yali( akan na'at yang tidak bertemu langsung/ masih ada fashil selain sesuatu)
au ghoirol mufrodi (atau na'at yang bukan mufrod)



Laa rojula shohiba birrin - ini yang dimaksud dengan ghoirul mufrodi pada na'atnya
Perbedaan apakah kita menganggapnya sebagai mabni/ menganggapnya sebagai mu'rob, itu tergantung apakah ditanwin atau tidak. 


wal 'atfhu (dan bermula pengathofan)
wa in lam tatakarror (apabila tidak berulang-ulang, apa? laa)
laa uhkiman (maka benar2 menghukumilah siapa kamu)
lahu (untuk yang tidak berulang-ulang, laa nya itu)
bimaa (dengan sesuatu)
intama (yang bernisbah, apa maa / yang berlaku apa? maa)
linna'ti (untuk na'at)
bil fashli (yang berfashil/ yang memiliki pemisah)

Jadi yang memungkinkan itu dibaca nashob dan rofa', yang tidak memungkinkan dimabnikan alal fathi. 

Jadi athof itu ada dua, 
takaroro - 
laa rojula, walaa imroatun
atau laa rujula wa laa imroatan

lam takarror - 
laa rojula wam roatun, laa rojula wamroatan

tidak memungkinkan dimabnikan, karena hukumnya sama dengan yang memiliki fashal, berarti yang ghoiro man. 



Mungkin itu ya.. semoga bermanfaat. 





Comments