Skip to main content

Catatan Ngaji Gus Baha | Kajian Tematik | Masjid Ulil Albab Uii | Nasikh Mansukh

 

Misalnya seseorang bertaubat, dulu umatnya nabi musa ada yang menyembah anak sapi ('ijl) harus tobat, itu taubatbya ekstrim betul, kalau sekarang kan taubatnya cukup istighfar sama istighotsah. Kalau dulu enggak, liyaqtulal bariiun minkum al mujrimah. Yang terbebas dari dosa dari menyembah anak sapi, membunuh yang terlibat atau pernah menyembah anak sapi. 

 فتوبوا إلى بارئكم فاقتلوا أنفسكم 
ذلكم خير لكم عند بارئكم فتاب عليكم 
إنه هو التواب الرحيم
Surat Al Baqoroh: 54


Jadi taubatnya orang2 yang pernah menyembah anak sapi, taubatnya faqtuluu.. anfusakum. Oleh sebab itu semua ulama berkewajiban menerangkan nasakh mansukh. Sampai sayyidina ali suatu saat ada mubaligh, ngajar di masjid, ditanya. Kamu tahu nasakh mansukh gak? gak tahu. Kata sayyidina Ali berhenti jadi mubaligh, lisensinya dicopot. Kemudian halakta, wa ahlakta, kamu rusak, muka merusak. 

هلكت وأهلكت

Kenapa demikian? logikanya begini, semua nabi itu kan panutan, saya ulang lagi ya.. semua nabi itu panutan. Tapi kalau kamu gak tahu nasakh mansukh, jangan2 kamu ikut nabi sebelum kamu, yang nasakhnya itu syari'atnya sudah apa? mansukhoh sudah dinasakh. Itu kayak kasus sunda wiwitan, itu gak mau nabi muhammad, karena kurang keren kurang sepuh. Nabinya langsung Nabi? adam. Resikonya adalah beberapa aliran sesat itu, aliran yang kurang bener itu, jaman nabi adam kan? kawin sama saudaranya, lha masak kita sekarang kita membolehkan kawin sama? saudara. Kalau jaman nabi adam mau ndak mau. Karena cowoknya juga bin adam, ceweknya juga binti adam. 

Lalu Alloh bikin sunnah yang suami istri itu harus beda, yaitu satu kandungan itu melahirkan satu pasang. Dan mulai dulu itu, pasanganya orang jelek itu orang cantik. Makanya agak sial itu yang perempuan2 itu, makanya mulai dulu gitu cantik itu kesunatanya dapat jelek. Nanti sama2 masuk surga, karena yang cowoknya ibadahnya syukur, yang ceweknya sabar. Nah itu nanti sama2.....

Nah kebetulan si Qobil itu ngganteng, ngganteng sekali, berpasangan dengan iklima itu cantik sekali. Yang habil itu gak pati gangteng, berbarengan dengan labuda juga gak pati cantik. Nah karena tadi ya, qobil bareng sama iklima, habil sama labuda. Maka untuk kawin ini gak boleh satu kandungan, jadi dulu karena gak ada perbedaan ibuk bapak, mau gak mau beda yang penting beda. Akhirnya qobil dapat labuda, yang habil dapat iklima karena beda kandungan. Akhirnya gak terima si qobil, masak orang ganteng dapat orang jelek.  Jadi mulai dulu itu orang ganteng maunya dapat orang cantik, gak terima, tapi Alloh ngatur seperti itu. Akhirnya terjadi percekcokan,  

........

Misalnya saya ini baha', saya hidup sampai tahun 2019. Kan hanya Alloh yang tahu, berapa turunan Alloh sampai kiamat, dan statusnya kayak apa. Donul Trump juga gitu, donal trump sekarang kafir, tapi kita tidak tahu ada turunan ke berapa yang muslim. Lha turunan yang calon muslim ini diletakkan dimana, kita gak tahu. Yang jelas kalau kamu bunuh itu, katut. Artinya gini, logika membiarkan orang kafir itu juga ada logikanya. Logika membunuh, karena mereka mau membunuh kita juga ada logika fiqihnya, karena kalau kita gak membunuh, dibunuh. Makanya hukum semuanya ini terus bergantung, Al hukmu yadurru ma'a 'illatihi wujudan wa adaman. Makanya Nabi itu kalau membunuh itu pas perang saja, karena pada saat perang ini kondisi hanya dua, kalau gak membunuh ya di bunuh. Makanya ini butuh kajian fiqih, dan orang gak boleh subyektif dalam kajian ini. 

Orang yang kamu katakan misalnya zaid, kamu itu bodoh sekali, kenapa bodoh? gak apal quran, gak pernah kuliah, gak pernah ngaji. Ternyata di zaid ini bersemayam calon anak namanya Umar, yang hafal quran alim alamah, tapi masih jadi sperma. Kan banyak orang gak bisa baca al quran, punya anak faqih, banyak gak?di Indonesia? Banyak gak? petani yang punya anak dekan? petani punya anak dekan? yang dekan punya anak naik kelas saja susahnya bukan main. Banyak kan? ketika dibalik nanti, ada dekan anaknya goblok, yang petani punya anak dekan, pinter mana? Kita gak pernah tahu, yasudah kalau gak pernah tahu bilang saja wallohu a'lam, kan selesai. Daripada keminter kliru kan, wallohu a'lam. 

Makanya cerita favorit guru saya, Kh. Maimoen Zubair, cerita favoritnya itu ada santri namanya sholeh, sholeh itu Alim Alamah. Kyai saja alim seperti itu apalagi bapaknya. Bapaknya main ke pondok, santrinya ada ribuan. Bapaknya ke pondok itu sholat itu gak bener, gak sesuai sunnah rosul lah, kira2 begitu. Sholat itu gak bener.. masih dita'wil sama santri madura, karena orang madura itu kultus. Mungkin khilaf, khilaf itu perlakuan khusus, suatu saat sangking bodohnya orang itu, kencing itu pinggir musholla. Wah ini sudah gak bisa ditakwil lagi, artinya sudah gak bisa ditakwil itu, wah ini sudah gak bener, singkat cerita santri tadi gak kuat, matur ke kyainya. Pak kyai, njenengan sealim itu kok bapaknya segoblok itu?   Kenapa? dia kencing di pinggir musholla. Woo.. bapak saya itu pinter sekali, karena beliau yang memutuskan saya mondok, sampai saya jadi alim alamah seperti ini. Yang bodoh itu mbah saya. Artinya gini, misalnya anda dekan, anda rektor, atau anda professor, atau anda kyai top, mubaligh kondang. Anda mubaligh kondang,terus punya anak, goblognya bukan main. Atau apalagi anaknya ketangkep KPK. Yang satu anaknya orang bodo, tapi jadi dekan. Kalau kompetisi ini, pinter mana coba? 

Hadza ahli metodologi tapi anaknya itu terlibat narkoba, yang ini petani utun, anaknya jadi dekan. Kira2, kalau dikompetisikan pinter mana? pinter petani tadi, yang ketika petani kamu vonis bodoh. Tapi siapa tahu? kalau ini menyimpan calon? (anak pinter) faham nggih. Kita gak pernah tahu. 



.......


Seneng mana punya istri yang cerdas apa yang bodoh? coba jawab.... Atau ibuk2 mbak2 e, seneng mana punya suami yang cerdas apa yang bodoh? Kalau cerdas gak bisa diakali, kalau goblok, nurut tapi kadang yo ngisin2 i. Nah itu kan antar manusia, masalahnya kita menghadapi Alloh Swt. yang semua kita pasti bodoh. Kita menghadapi Alloh Swt. yang semua kita pasti? bodoh. Alloh jelas ngendikan, wa kaanal insanu dzoluman jahula. Manusia itu banyak dzolimnya, dzolum itu sifat mubalaghoh, kalau orang dzolim sekali dzolim, kalau sering? dzolum. Kalau jahil biasa jahil, kalau banget jahile? jahul. ghofir, pengampun biasa, kalau ghofur? selalu mengampuni. Makanya sifatnya Alloh Swt. iku wazan faul semua, ghofur, syakur, atau diikutkan wazan fa'al kalau goblog biasa jahil, kalau goblog banget? jahal. Kafir biasa kafir, kalau kafir banget? kaffar. Jadi wazan mubalaghoh itu bisa fa'al bisa fa'ul. Kafirin, kaffar, atau kaffur. Faham ya.. tapi ini memang perangkatnya, mau ndak mau. Misalnya Alloh gak suka kulla kaffarin, banget kaffire. Kulla khowanin, banget khianate. Kalau khoin khianat biasa, kalau khowwan? sering khianat. 

Lha kata Alloh manusia itu apa? dzoluman jahula (buanget dzolime, buanget bodone). Nah kalau hikam itu mencontohkan, 


من كانت محاسنه مساوئ فكيف لا تكون مساويه مساوئ


Pada saat baik saja buruk, apalagi ketika buruk. Coba kalau ada orang dermawan sama teman2nya, tanyakan istrinya, ndisikno konco, ngalahno bojo. Temen yang sering silaturrohim ke temenya, tanyakan ke istrinya... woo.. amen ninggali wong ae. Jadi manusia pas baik saja, ada buruknya. Apalagi pas buruk. Istiqomah iku yo apik haa.. tapi kadang lak keterusen istiqomah iku ngangkangi, wong liyo gak dikasih kesempatan. Misalnya ada imam masjid, ngimami terus, sampek tuwek, sampek mau mati. Itu istiqomah apa gak memberi peluang yang lain? Ndak.. jawab saja...Jadi itu manusia, pas baik saja buruk, apalagi? pas buruk. Kayak saya gini, pas ngajar baik, tapi saya ada gak sopanya, harus di atas, padahal ada orang yang sepuh, ada beberapa yang sepuh. Kan terpaksa gak sopan. Tapi sampeyan yang nyuruh, berarti sampeyan yang dosa. Wong kemarin2 saya minta supaya ganjaran saya utuh, ini gara2 gini ganjaran saya agak terkeridit, terdebet. 

Nah saya teruskan, karena manusia itu punya sisi itu, dzolum dan jahul, problemnya ini ngadepi Alloh, yang selalu pinter, dan kita selalu bodoh. Misalnya gini, kamu ditanya Alloh. ini contohnya imam malik, iqla hadzihis shokhro fa inna tahtahaa dzahaban. Coba bongkahan batu itu kamu angkat, di bawahnya ada emas. Lalu budak yang pinter, berlogika.. oo..disuruh buka itu karena ada emas to? Kalau budak yang goblog gak.. oo.. disuruh ya diangkat saja, ada emas apa enggak karena perintah ya diangkat. Yang satu nurut karena perintah, yang satu nurut karena ada emas, ada sesuatunya. Logikanya suatu saat Tuhan itu hanya gini tok, iqla' hadzihis shokhro. Yang nurut, yang goblog permanent tadi, kan langsung ngangkat. Yang pinter? ini ada apalagi Gusti? kok harus diangkat? ya gak ada apa2 nyuruh saja kata Alloh. Woo gak bisa, sesuatu harus ada alasanya. Lo itu kiro2 mangkelno apa gak? mangkelno...

Nah logikanya manusia seperti itu, makanya nduwe murid pinter, nduwe rakyat pinter, president mesti susah, mesti demo. Goblog yo susah, ngisin2 i wong. Gak ada pilihan, memang manusia itu gak ada pilihan. 

Nah masalahnya gini di fekih, ini saya kembali lagi di fekih. Pertanyaanya secara fekih begini, misalnya iddah. Iddah itu seseorang ditinggal mati suaminya atau karena cerai. Iddah itu memastikan steril dari sperma atau mani zauj awwal. Supaya nanti kalau dinikah orang lain tidak terjadi ikhtilatul ansab (nasab). Oke kalau begitu berarti iddah kita beri argumentasi ilmiyah, li baroatir ro'yi. Jadi zaid, menceraikan sri, sri dalam keadaan masih bisa haid. Iddahnya tiga kali masa suci, karena secara medis kalau haid berarti bukti tidak hamil. Apalagi kalau haidnya terulang-ulang sampai tiga kali. Pasti gak hamil, 


........

Comments