Skip to main content

Kh. Abdul Haris Jember | Catatan Kajian I'robil Quran 56 | Surat Al Baqoroh 46-47


Ini merupakan catatan yang kami ambil langsung dari broadcast video kajian Metode Al Bidayah, I'robul Quran ke 56. Catatan ini sebagai catatan pribadi, usaha untuk meringkas dan memetakan apa saja yang telah beliau sampaikan. Sekaligus catatan ini sebagai jalan untuk kami, mengulang-ulang materi yang beliau sampaikan, agar lebih menancap di ingatan kami. Semoga bisa sekaligus bermanfaat untuk kalian semua.

 


الذين يظنون أنهم ملقوا ربهم وأنهم إليه راجعون
يا بني إسرائيل اذكروا نعمتي التي أنعمت عليكم وأني فضلتكم على العالمين


Terjemahan 
  • Bermula-Mubtada'
  • Adalah-Khobar
  • Akan-Maf'ul bih
  • Siapa?-Fa'il -'aqil
  • Apa?-Fa'il - ghoiru 'aqil 
Penting bagi kalian untuk tahu terjemahanya, apalagi yang sudah diterjemahkan oleh pak Kyai, karena di dalam terjemahan beliau ada tanda2 yg merupakan posisi kata dalam ayat tersebut. Posisinya sebagai apakah kata itu dalam sebuah kalimat? apa mubtada' atau khobar atau maf'ul bihi dll. Dengan meniru cara beliau menerjemahkan, kita bisa sedikit demi sedikit memahami pola sebuah kalimat, dan sekaligus cara membacanya. 

Kemarin kita menjelaskan tentang al khosyi'ina. 

 

وإنها لكبيرة إلا على الخاشعين

Siapa orang2 yang dianggap khusyu' itu?

alladzina (yaitu orang2 yang)
yadzunnuuna (meyakini/ menduga, siapa? alladzina)
annahum (akan sesungguhnya mereka)
khobar dari anna
adalah
mulaquu robbihim (orang2 yang akan menemui Tuhan mereka)
wa annahum (dan sesungguhnya mereka)
ilaihi (kepada robb)
adalah
Roji'uuna ( orang2 yang kembali)

Yaa Bani Isroila (wahai bani isroil)
udzkuruu (mengingatlah siapa? kamu semua)
ni'matiya (akan nikmatku)
allati ( yang )
an 'amtu (memberi nikmat, siapa? saya)
alaikum (atas kamu semuanya)



Maushul Khos - Na'at - Isim Ma'rifat


وإنها لكبيرة إلا على الخاشعين
الذين يظنون أنهم ملاقوا ربهم

perlu diperhatikan, kalau seandainya kita menemukan maushul khosh. Jatuhnya setelah isim ma'rifat (khosyi-in )isim ma'rifat. Maka secara umum alladzina dipastikan menjadi na'at. 

Syaratnya maushulnya harus khosh. Apa maushul khosh itu? Maushul yang menduduki posisi tertentu, tidak bisa menempati posisi yang lain. 

kalau alladzina itu pasti 

الذين = mudzakkar dan jama'
(gak boleh untuk tatsniyah, gak boleh untuk mufrod, gak boleh untuk muannats)

Jadi menjadi penting kadang2 ini isim ma'rifat/ ini isim nakiroh. Kalau seandainya kita menemukan maushul yang khosh, jatuhnya setelah isim ma'rifat, maka secara umum, memungkinkan itu ditentukan sebagai na'at. Meskipun kalau seandainya ini dijadikan sebagai badal, itu juga tidak bermasalah. Tapi secara umum, alladzina masuk dalam kategori tawabi'. Isim2 yang hukum i'robnya mengikuti hukum i'rob isim yang sebelumnya. Yang kemudian kita sebut sebagai matbu'. 

kalau seandainya dianggap sebagai na'at maka mengikuti man'utnya
kalau seandainya dianggap sebagai badal maka mengikuti mubdal minhu nya. 

Silatul maushul

Setiap kita menemukan isim maushul, baik itu khosh maupun musytarok, maka yang kita temukan selanjutnya adalah silatul maushul, dan a'id. Kelengkapanya itu harus diperhatikan. Tidak mungkin isim maushul, apakah itu khosh atau musytarok, tidak ada silatul maushul dan a'idnya. Pasti ada a'idnya itu. Apa silatul maushul itu, silatul maushul itu adalah jumlah. 

Karena demikian ketika kita menemukan silatul maushul, pasti kita akan menemukan jumlah baru, yang jatuh setelah isim maushul itu, yang dalam tataran selanjutnya, kita sebut sebagai a'id. Apakah itu jumlah isimiyah atau jumlah fi'liyah. Pasti begitu. 

Oo... ini isim maushul ini, setelah ini saya akan bertemu dengan jumlah. Kenapa? karena ini butuh silatul maushul.  Persyaratanya silatul maushul, itu harus berbentuk jumlah. Karena demikian, pasti kita menemukan jumlah. Apakah itu jumlah fi'liyah ataukah itu jumlah ismiyah. Logika yang harus kita kembangkan, itu harus begitu. 

الذين يظنون

yadzunnuuna kebetulan ini adalah kalimat fiil, ini lah yang kemudian disebut sebagai silatul maushul. Di dalam silatul maushul, itu ada dhommir, baik baris maupun mustatir, yang dhommir ini nanti pasti akan kembali kepada isim maushul. wawu itulah yang kemudian disebut sebagai a'id
Fikiran lurus itu menjadi penting dalam berfikir begitu. Meskipun kalau seandainya sampeyan sudah faham, itu prosesnya sangat cepat. Tapi sebagai seorang calon pengajar, sampeyan harus menegaskan itu. Kalau seandainya cara mengajarnya sampeyan tidak melakukan pendekatan nahwu shorof, itu agak kesulitan untuk mengantarkan murid2 kita, dalam bidang analisis teks dan membaca kitab. 

Itu anak2 yang bisa baca kitab itu, karena gurunya, karena pengasuhnya karena ustadznya itu peduli pada nahwu shorof. Sehingga panjenengan kudu peduli pada nahwu shorof, ketika sampeyan harus mengajar. Jangan tidak peduli, semua harus serba dikupas. Kalau seandainya disitu memungkinkan untuk kita berikan alasan, harus kita berikan. 

يظنون

yadzunnuuna itu adalah dzonna wa akhwatuhaa yang memiliki pengaruh,  termasuk dalam kategori, amil2 yang masuk pada mubtada' khobar, yang memiliki pengamalan, tanshibul mubtada a wal khobaro, ala annahumaa maf'ulaani lahaa. 

Dzonna termsuk dalam kategori, fiil yang dua maf'ul bihi. Dzonna wa akhwatuha, tapi asalnya mubtada khobar. Kalau seandainya kita baca.


الذين يظنون أنهم ملاقوا ربهم

alladzina (yaitu orang2 yang)
yadzunnunma (menyangka, yang mengira, yang berkeyakinan siapa? alladzina),
annahum (akan sesungguhnya mereka)
Khobar dari anna adalah
mulaaqu robbihim ( orang2 yang menemui tuhan mereka)

ada masalah disitu? ada... Apa masalahnya? 
yadzunnuna itu yang awalnya tanshibul mubtada wal khobaro ala nannhumaa maf'ulaani lahaa. Realitasnya disitu, hanya ada satu maf'ul saja. Maf'ul keduanya tidak ada. Setelah itu,  wa annahum, gak ada maf'ul keduanya. Dzonna ini hanya punya satu maf'ul. 
Kesimpulan apa? yang kemudian bisa kita tarik?
dimana yadzunnuna - dimana dzonna wa akhwatuhaa hanya diberi satu maf'ul, ketika maf'ul bihnya berupa mashdar muawwal, maka mashdar muawwal itu sudah mampu menempati dua maf'ul yang dibutuhkan oleh dzonna wa akhwatuhaa. Sehingga, kalam dianggap sebagai tam (sempurna). Dzonna pada awalnya itu butuh dua maf'ul, ketika kemudian maf'ul bihinya berupa mashdar muawwal, 

ٌمحمدٌ عالم
ًظننت محمدً عالم

من ظن ان ينجح بلا عمل فهو واهم

siapa yang mengira bahwa dia akan sukses, tanpa berusaha, maka orang itu adalah sedang mengiggau. Berkeyakinan yang tidak memiliki dasar. An yanjaha = mashdar muawwal. Dzonna seharusnya butuh dua maf'ul, tapi ketika maf'ul bihinya mashdar muawwal, apakah anna atau an sama saja. Ini penting untuk kemudian menjadi penegasan. 

Mashdar muawwal itu menempati dua maf'ul bihi dari dzonna. Istilahnya (istilah yang biasa muncul di dalam kitab) sada maa sadda maf'ulaidzonna.  

سد ما سد مفعلي ظن

Istilah yang muncul begitu, sehingga ketika panjenengan kepingin ngeklik tentang dzonna itu, silahkan di cari di kata kunci,

سد ما سد مفعلي ظن

bahwa memang yang namanya dzonna itu membutuhkan dua maf'ul, maf'ul bihi pertama itu adalah mubtada, maf'ul bihi kedua itu adalah khobar. Itu kondisi normalnya seperti itu. Akan tetapi, kok kemudian maf'ul bihinya kok kemudian mashdar muawwal, maka mashdar muawwal itu dianggap mencukupi, dan menempati dua maf'ul bihi, dari dzonna. Sehingga maf'ul bihinya hanya satu. 




الذين يظنون أنهم ملقوا ربهم

Berikutnya, adalah kata mulaaquu itu adalah jama' mudzakkar salim. Panjenengan pada akhirnya perlu ngeklik, dicari di Internet, dicari di google, tentang khoth al utsmani. Rosm Utsmani. Ini kalau seandainya bukan al quran,  tulisanya begini..

ملاقوا ربهم
هم ملاقو ربهم

Itu cek pengalaman panjenengan. Ini namanya rosm, tulisan utsmani. Ini yang sudah disepakati oleh para shohabat, yasudah, seperti ini. Tulisan ada alif fariqoh ini biasanya pada al af'alul khomsah. Pada fiil yang bertemu dengan wawu jama'. Baru ada alif fariqohnya seperti ini. Yang umum itu adalah,

هم ملاقوا 

asalnya


هم ملاقون ربهم

kemudian, karena ini jama' mudzakkar salim, dimudhofkan kepada robbihim, maka nunnya dibuang, akhirnya...

هم ملاقو ربهم

pada saat pembuangan nun, itu kemudian tidak ada alif fariqoh yang kemudian dimunculkan. Sampeyan yang paling penting, sampeyan sebagai seorang sarjana, o... ada konsep, ada wacana ar rosmu al utsmani. Sudah.. tulisan al quran seperti itu ya diikuti saja. 

الرسم الاثماني
الخط الاثماني

Tulisan seperti itu, yasudah ditulis saja sudah. Bagaimana tulisan ar rohman? 

الرحمن

kok gak begini tulisan الرحمان itu, yasudah diikuti saja. Itu sifatnya, yang umum itu adalah tauqifi. Yasudah, langsung petunjuknya seperti itu yasudah. Ada wacana, dalam otak sampeyan ada istilah ar rosmu al utsmaniyu.


یَمۡحُوا۟ ٱللَّهُ مَا یَشَاۤءُ وَیُثۡبِتُۖ وَعِندَهُۥۤ أُمُّ ٱلۡكِتَـٰبِ

padahal wawu disitu adalah lam fiil. Sampeyan perlu ada penegasan bahwa tulisan quran itu sifatnya tauqifi. Gak usah dirubah2 sudah. Tulisan yang dibuat oleh shohabat seperti apa? ya sudah itu sam'an wa thoatan. yasudah seperti itu gak usah dirubah-rubah. Coba dilihat nanti, tapi di dalam alquran jangan di laptop. Kalau yang di laptop itu banyak yang tidak sesuai dengan rosm utsmani. Yang paling penting sampeyan ngerti wacana, o.. ada istilah rosm utsmani. Tulisan yang dulu pada masa Utsman, yang disepakati oleh kibarush shohabat, oleh para penggedene shohabat, oleh para tokoh2 shohabat, yasudah, itu seperti itu, diterima apa adanya seperti itu. Gak usah diubah ubah, gak usah protes2, gak usah ngomong, sesuai dengan shorof, gak usah ngomong itu sudah. 

Itu adalah rosm utsmani yang dianggap sebagai tauqifi. Yang umum itu adalah tauqifiyun. 

توقيفي 

Saya tegaskan, biasanya ini disebut dengan Alif fariqoh itu konteksnya adalah af'alul khomsah, konteksnya adalah fiil yang bertemu dengan wawu jama'. Baru kalau seandainya tidak bersambung dengan sesuatu itu, baru diberi alif fariqoh. Pada fiil, bukan pada isim. Yang penting ada wacana dikembangkan di dalam otak, o.. ada istilah rosm utsmani. Ada istilah khoth utsmani. Yang itu sifatnya tauqifi, tauqifi itu jangan ngomong nalar disitu, jangan ngomong logika disitu, jangan ngomong teori disitu. Karena itu sifatnya tauqifi, langsung petunjuk. Kalau sudah al quran, kok dianggap tidak sesuai dengan kaidah. Ngomong... itu tauqifi... di dalam al quran, jangan di laptop, kadang2 kalau di laptop sudah gak rosm utsamani. 

Mulaaqin 

الذين يظنون أنهم ملاقوا ربهم

لاق - يلاقي - مُلاقاةً - مُلاقٍمُلاقًى - لاقِ
Karena kemudian tertulis tanpa Al, tidak dimudhofkan, dan tidak berkedudukan nashob. 

مُلاقٍ + ون

ملاقيون - akhirnya terjadilah bertemu dua sukun. maka ya nya harus dibuang

ملاقون - akhirnya menjadi mulaqiuna
kasroh itu tidak cocok dengan wawu, kalau fathah masih ditolerir. Kalau fathah masih ditoleransi bertemu dengan wawu. Tapi kalau kasroh, itu terlalu jauh. Kemudian ada istilah wa dhummat, (kenapa kok kemudian di dhommah? ) karena li tasallumil wawi. (untuk penyelamatan wawu).

wawu alamatul i'rob. Yang jelas wawu alamatul i'rob atau wawu jama' itu adalah berharokat sukun. 

asalnya adalah

ٌملاقي

ini ngomong i'lal, sampeyan memungkinkan ngomong i'lal. Setelah disini ada realitas dimana ya itu ada di paling ujung, dan realitasnya itu adalah di dhommah, maka terkena kaidah i'lal.
idza tathorratil wawu wal yau wa kaanataa madhmumataini, uskinata. 

ملاقى


Perhatikan,

ملاقون - isim - wawu disini adalah alamatul i'rob, dan nunnya adalah nun iwadh

يلاقون - fiil - wawu itu adalah dhomir, dan nun adalah alamatul i'rob.


Beda antara, mulaquuna sebagai isim, jama' mudzakkar salim, dengan yulaquna sebagai af'alul khomsah 

ملاقُون - setelah itu dimudhofkan, kenapa dibuang? karena mau dimudhofkan. ini lah alasan kenapa kok robbihim ini dibaca jar. Karena menjadi mudhofun ilaihi dari mulaqu. 

ملاقوا ربهم

Ketika jama' mudzakkar salim itu kemudian dimudhofkan, asalnya mulaquuna menjadi mulaaquu robbihim. Kenapa kok wawu disini? mulaquu? karena berkedukan khobar (khobar dari annahum). Khobar adalah rofa'. 

Banii...

يا بني إسرائيل اذكروا
bani itu adalah mulhaq bi jam'i mudzakkaris salim

ٌاِبْن - jamak mudzakar salim بَنُوْن - rofa'
ٌاِبْن - jamak mudzakar salim بَنِيْن - nashob
ٌاِبْن - jamak mudzakar salim بَنِيْن - jar

contoh penggunaan kata:
yauma laa yanfa'u maalun walaa banuun. 
akhlak lil baniina.

Kenapa kok disebut sebagai mulhaq (diserupakan) dengan jamak mudzakar salim? Karena tidak memenuhi persyaratan, jama' mudzakar salim itu persyaratanya, 
  • mudzakar
  • isim sifat 
  • dan isim alam (nama)
Ibnun itu bukan isim sifat, bukan isim alam. Ketika tidak memenuhi perysaratan itu, maka tidak bisa disebut sebagai jama' mudzakar salim. Meskipun realitasnya diakhiri dengan wawu nun atau ya nun pada waktu nashob dan jar nya. Disebut sebagai mulhaq bi jam'i mudzakkar salim. 

  • Muslimuuna disebut apa? jamak mudzakar salim, disamping mudzakar juga isim sifat.
  • Zaidun zaiduuna disebut apa? jamak mudzakar salim, disamping mudzakar juga isim alam.

Tapi kalau seandainya, yang berakhiran wawu nun atau ya nun itu kemudian bukan isim sifat atau isim alam. Dan itu ibnun, diantaranya, maka kemudian ketika realitasnya diakhiri oleh wawu nun, realitasnya diakhiri oleh ya nun. Maka itu tidak bisa disebut sebagai jamak mudzakar salim, melainkan disebut sebagai mulhaq bi jam'i mudzakaris salim. 

Jamak mudzakar salim, atau yang diserupakan dengan jamak mudzakar salim, kok kemudian dimudhofkan, maka nunnya di buang. Kenapa nun nya dibuang? konsekuensi dari dia dimudhofkan. Ketika jamak mudzakar salim dimudhofkan, ketika isim tatsniyah dimudhofkan, maka nun yang dianggap pengganti tanwin, itu harus dibuang. Kenapa kok gak yaa banuu isroila? 

Ya itu adalah munada..yang jatuh setelah huruf nida namanya munada
Munada termasuk manshubatul asma', Jamak mudzakar salim atau mulhaq bi jam'il mudzakarissalim itu pada waktu rofa'nya ditandai dengan wawu, pada waktu nashob dan jar nya ditandai dengan ya. Oleh karena demikian, maka disitu adalah ya bani. 

Kenapa kok mudhof ilaihnya dibaca isroila? kan mudhof ilaih harus dibaca jar? Ya janganlah menganggap bahwa jar itu harus kasroh. Tergantung yang kita baca jar itu apa? Kalau yang kita baca jar itu ternyata termasuk isim ghoiru munshorif, maka justru tanda jarnya itu menggunakan fathah. 


Udzkuru

اذكروا نعمتي التي أنعمت عليكم وأني فضلتكم على العالمين
udzkuruu (mengingatlah, siapa? kamu semuanya)
nikmatiyaa (akan nikmatku) - maf'ul bihi
allatii (yang) - karena isim maushul khos jatuh setelah isim ma'rifat
an'amtu (memberi nikmat, siapa? saya)
alaikum (atas kamu)

an 'amtuhaa 
misalkan begitu, pokoknya harus diperhatikan, yang namanya a'id itu harus ada. Kalau seandainya kedudukanya nashob, itu memungkinkan untuk dibuang. 

Udzkuru

اذكروا - wawu disitu adalah wawu jamak, posisinya sebagai fail

udzkuru itu adalah fiil amr, fiil amar itu pasti ma'lum, karena fiil amr itu mesti diproses dari dari fiil mudhore yang ma'lum. Udzkuru itu adalah merupakan fiil muta'addi, karena demikian dia butuh maf'ul bihi. Maf'ul bihinya mana? maf'ul bihinya adalah ni'matiyaa. 


Dimudhofkan kepada ya mutakallim

Nikmatiya itu adalah termasuk kategori isim yang dimudhofkan. Ketika yang dimudhofkan kepada ya mutakallim itu adalah shohihul akhir. Maka untuk ya memungkinkan 

  • dimabnikan alas sukun,  
  • atau alal fat-hi. 
boleh dua2nya. Jadi penting untuk kemudian diperhatikan. Kalau seandainya yang dimudhofkan 
  • berupa mu'tal akhir, - (isim manqush, isim maqshur)
  • berupa jamak mudzakar salim, 
  • berupa isim tatsniyah
Maka ya nya wajib, difathah. Ya nya tidak ada kemungkinan untuk kemudian disukun. Ya nya wajib difathah. Huruf sebelumnya wajib disukun. Inilah kemudian kok lafadz ini hudayaa ashoyaa, difathah.


هدايَ
عصايَ

Jadi yang menerapkan secara khusus al mudhof ilal yai mutakallim itu adalah nadzom alfiyah. Meskipun di beberapa nazom, tapi secara khusus dibahas di bab al mudhof ilal ya-i mutakallim.

Ketika yang dimudhofkan kepada ya mutakallim itu adalah berupa shohihul akhir, itu beda hukumnya, beda cara penyikapanya, dengan yang dimudhofkan dengan ya mutakallim adalah mu'talul akhir plus isim tatsniyah dan jama' mudzakar salim.

Yang jelas ketika ya nya kemudian berupa mu'tal akhir, itu wajib di fathah. Kalau seandainya shohihal akhir, itu bisa di fathah, bisa disukun. Bisa ni'matii, bisa ni'matiyaa. Kalau hudayaa tidak ada kemungkinan lain, kecuali dibaca hudayaa. Yaa nya disitu sebagai, ya mutakallim, Hudaayaa hidayahku. Itu harus difathah, tidak ada yang lain. 


وأني فضلتكم على العالمين
dan ingatlah siapa? kamu semuanya
anni (akan - menunjukkan maf'ul bihi) asalnya begitu. di athofkan kepada ni'mati disitu. \
wadzkuru anni fadhdoltukum

Wa anni (dan sesungguhnya aku)
khobar dari anna adalah
fadholtu (melebihkan siapa? saya)
kum ( akan kamu semuanya)
'alal alamin

Comments