Skip to main content

Kh. Abdul Haris Jember | Catatan Kajian I'robil Quran 63 | Surat Al Baqoroh 55-56

 

Ini merupakan catatan yang kami ambil langsung dari broadcast video kajian Metode Al Bidayah, I'robul Quran ke 63. Catatan ini sebagai catatan pribadi, usaha untuk meringkas dan memetakan apa saja yang telah beliau sampaikan. Sekaligus catatan ini sebagai jalan untuk kami, mengulang-ulang materi yang beliau sampaikan, agar lebih menancap di ingatan kami. Semoga bisa sekaligus bermanfaat untuk kalian semua.




وإذ قلتم يا موسى لن نؤمن لك حتى نرى الله جهرة فأخذتكم الصاعقة وأنتم تنظرون
ثم بعثناكم من بعد موتكم لعلكم تشكرون


Terjemahan 
catatan: 
  • Bermula/Mubtada'
  • Adalah/Khobar
  • Akan/Maf'ul bih
  • Siapa?/Fa'il -'aqil
  • Apa?/ Fa'il - ghoiru 'aqil 
Penting bagi kalian untuk tahu terjemahanya, apalagi yang sudah diterjemahkan oleh pak Kyai, karena di dalam terjemahan beliau ada tanda2 yg merupakan posisi kata dalam ayat tersebut. Posisinya sebagai apakah kata itu dalam sebuah kalimat? apa mubtada' atau khobar atau maf'ul bihi dll. Dengan meniru cara beliau menerjemahkan, kita bisa sedikit demi sedikit memahami pola sebuah kalimat, dan sekaligus cara membacanya. 

wa idz (dan ingatlah kamu semuanya, akan ketika)
Perhatikan, ketika idz masuk, atau kita baca di dalam al quran, wa idz qola, wa idz wa'adna, wa idz qultum, itu adalah menjadi maf'ulun bihi, dari udzkur (dan ingatlah, siapa? kamu) akan ketika
qultum (mengatakan, siapa? kamu) / (berkata, siapa? kamu)
maqulu qoulin dari qultum
ya musaa (wahai musa)
lan nu-mina (tidak beriman siapa? kami)
laka (karena kamu)
Jadi ucapan, atau  teks, atau huruf itu yuhtaju bihi. 
Bisa dijadikan sebagai argumentasi. Amanna itu biasanya bi, tetapi ini pakai lam (pada kata laka)

hatta (sehingga)
naroo (melihat, siapa? kami)
Alloha (akan Alloh)
Jahrotan (dengan jelas)

faakhodat (maka menyambar)
kum (akan kamu semuanya)
fa'il dari akhodats yang di akhirkan. 
apa yang menyambar? 
shooiqotu (halilintar/petir)
wa antum (sedangkan, bermula kamu semuanya)
tandzuruuna (adalah melihat siapa? kamu semuanya)

Tsumma (maka kemudian)
ba'atsnaa (membangkitkan, siapa? kami)
kum (akan kamu semuanya)
min ba'di mautikum (dari setelah kematian kamu semuanya)
la'allakum (agar supaya kamu semuanya)
khobar dari la'alla 
tasykuruuna (adalah bersyukur siapa? kamu semuanya)



Alternatif bacaan yang banyak
Bahasa arab kok kemudian menjadi sulit, karena satu bacaan memungkinkan untuk dibaca dengan alternatif bacaan yang banyak. Satu tulisan dalam bahasa arab itu, memungkinkan untuk dibaca dengan alternatif bacaan yang banyak. Setelah bacaanya itu sama, maka bisa jadi statusnya berbeda. 

idz اذ (hamzah dzal ini dibaca idz, tapi memungkinkan idz ini dianggap sebagai...)
  • dzorfiyah ظرفية
  • fuja-iyah فجائية
  • ta'liliyah تعليلية

Itu kenapa, kok bahasa arab, tulisan arab, itu kok sulit ditundukkan, lebih disebabkan karena satu tulisan memungkinkan dibaca dengan alternatif bacaan yang banyak. 

mim nun (memungkinkan dibaca....)
  • min من
  • man من
  • manna من
Sama tulisanya, mim nun semua, tapi bacaanya bisa man, bisa min, bisa manna. Ketika memungkinkan diputuskan bacaanya adalah man, memungkinkan statusnya berbeda beda, itu kenapa kok kemudian tulisan arab itu menjadi sulit. 


Man, min nun yang kemudian dibaca man itu memungkinkan untuk kemudian dianggap sebagai....
  • istifhamiyah
  • syartiyah
  • maushuliyah

bisa diterjemahkan barang siapa, biasa diterjemahkan siapa....? man ustadzuka siapa ustadzmu? berarti isftifham. Itu kenapa? kok kemudian kita tidak boleh melakukan simplifikasi, penyederhanaan2. Sampeyan jangan memberikan angin surga kepada murid2 sampeyan, satu bulan setengah selesai, sebulan selesai, sekian bulan selesai, gak bisa hitungan bulan baca kitab itu. Gak ada cerita itu, hitungan bulan baca kitab, gak ada cerita itu. Kecuali orangnya sangat jenius, sudah. Sudah otaknya einstein mungkin. Gak ada yang mbrojol, ketika diberi informasi ceket kabeh. Lak lek kita kan diberi informasi 100 yang ceket 25. Bisa jadi yang ceket 10, yang 90 mbrojol. 


Lha kalau seperti itu sulit, kalau kemudian kita mengatakan cukup belajar, satu bulan setengah, cukup belajar 6bulan. Pasti pinter baca kitab. Ini masih dari aspek nahwunya, belum dari aspek mufrodatnya. belum dari aspek tathbiqnya. Oleh sebab itu diinformasikan saja, baca kitab itu sulit. Gitu.. teges begitu, oleh sebab itu ati2 semua alumni pondok terkenal, kategorinya ada dua, ada yang pinter dan ada yang tidak pinter, meskipun bertahun2 mondoknya, sama itu kategorinya itu. Ilmu itu tidak berpihak pada lembaga, meskipun dari pesantren mana sampeyan? kalau di pondok tidur tok. Gakpopo sampeyan mondok kene, turu wes rapopo, wes mesti, dengan tirakat sampeyan moleh langsung pinter. Mosok ada seperti itu, gak ada seperti itu. Iya.. kudu metenteng sampeyan, yaa.. begitu. Ilmu itu berpihak pada totalitas, ilmu itu berpihak pada totalitas, bukan berpihak pada lembaga. Sampeyan dimanapun, kalau total, jadi. Kalau tidak total, tidak jadi. 


Jadi kemudian bacaanya sudah idz, memungkinkan dianggap sebagai 
  • dzorfiyah ظرفية -  artinya ketika berarti
  • fuja-iyah فجائية - artinya tiba2 (ja-a muhammadun idz huwa ghoibun)
  • ta'liliyah تعليلية - artinya berarti karena (idzil kalamu dunahu lan yufhama)
ja-a muhammadun idz huwa ghoibun, ja-a telah datang, siapa? muhammad, idz tiba2 ghoibun (dia ilang). Berarti fujaiyah disitu, artinya tiba2. Bacaanya sudah dipastikan idz, tapi statusnya bisa memungkinkan
  • dzorfiyah ظرفية -  artinya ketika berarti
  • fuja-iyah فجائية - artinya tiba2 
  • ta'liliyah تعليلية  - artinya karena
kapan kita menganggap salah satu dari ketiganya? itu tergantung dari konteksnya. Karena demikian ketika sampeyan membaca kitab, maka sampeyan harus grayah2. Harus meraba2, kira2 konteksnya ini apa ini? kalimat ini. Kalimat sebelum dan sesudahnya menunjang idz ini menjadi ta'liliyah atau atau dianggep sebagai dzorfiyah atau dianggap sebagai fujaiyah. Dalam konteks wa idz qultum yaa musa, idz nya jelas dzorfiyah, dan ingatlah ketika, tidak mungkin diterjemahkan misalnya ingatlah tiba2. Diterjemahkan tiba2 gak mungkin. Wa idz qultum, karena, idz diterjemahkan karena tidak mungkin. Karena demikian sampeyan harus melakukan coba salah (trial and error). Dicoba dulu, wo gak enak, mundur. Alternatif kedua sekarang.. coba dulu mundur lagi. Begitu seterusnya. Begitu memang, cara mbaca kitab itu memang begitu. Sing paling penting adalah metenteng. 


Oleh sebab itu temen2 yang mahasiswa, yang harus diperhatikan. Sejarah hidup panjenengan akan berubah total, kalau dipastikan panjenengan bisa baca kitab. Itu pasti begitu, sejarah hidup panjenengan itu akan berubah begitu. Sampeyan memungkinkan untuk menjadi ilmuan yang serius, kalau bisa baca kitab. Kalau gak bisa, sudahlah.. gak usah s2 sampeyan. Biaya S2 belikan kambing, eman2 sampeyan, sudah cukup s1 saja, kalau tidak bisa baca kitab (dalam konteks kajian keagamaan). Tapi kalau seandainya bisa baca kitab, apapun kudu sampeyan lakukan. Sampeyan sambil kerja atau apa macem2. Saya sudah bisa baca kitab ini ustadz, saya kepingin terus, terus sampai doktor kalau bisa, itu begitu. Insyaalloh kalau seandainya sampeyan itu serius, insyaalloh akan ada jalan. Sudah banyak itu, orang sampai doktor dia itu jadi takmir masjid, dia itu tidurnya di mushola dia itu macem2 sambil kerja, sudah banyak. Jadi orang jangan cengeng, jadi orang jangan manja jadi orang. Memang harus berjuang,  jangan menyerah, minta uang pada orang tuanya gak dikasih langsung berhenti, ya sudah selesai. Ya jadi gak jelas sampeyan, jadi tenaga kasar. S1 gak ada gunanya sekarang, S2 sudah mulai tidak dipakai sekarang, sudah S3 ini, sudah merambah S3 sudah mulai ada yang nganggur. Itu kena kaidah, kullu syai-in idza katsuro, rokhusho. Setiap sesuatu apabila banyak pasti murah. 



Perhatikan,
Qultum

قلتم

Sekarang pembahasanya pada qultum. Qultum sebelumnya kalau sebelum dimasuki dhomir rofa' mutaharrik itu  adalah qola. 

قال + تم 

qola ini adalah ajwaf kategorinya اجوف 
kalau seandainya kita sedang mentashrif fiil ajwaf, dan ditashrif lughowi, seperti yang sering kita tegaskan hati2 ketika bertemu dengan dhomir rofa' mutaharrik

ضمر رفع متحرك

Dhomir rofa' mutaharrik itu apa saja? Cirinya, dhomir rofa' mutaharrik itu mensukun (menjazmkan) lam fiil dari fiil madhi. 

Macam2 dhomir rofa' mutaharrik



Apa hati2nya? hati2nya adalah pada harokat fa fi'ilnya yang awalnya difathah,  َقَال  ketika ketemu dengan dhomir rofa' mutaharrik itu menjadi di dhommah, bisa jadi di kasroh. Kapan kita pastikan ini

  • sedang akan di dhommah?
  • sedang akan di kasroh?

Kita pastikan itu, kalau kita sudah tahu bentuk fiil mudhori nya. Apakah fiil mudhori nya mengikuti 
  • wazan yaf'ulu - maka di dhommah 
  • atau selain yaf'ulu (yaf'ilu/ yaf'alu) - maka di kasroh
Itu terterapkan disini, kenapa kok kemudian? wa idz qultum? 

وإذ قلتم


Kok tidak wa idz qiltum? 
Kalau seandainya wa idz qiltum, qiltum bacaanya, ya memungkinkan, tapi tashrif fiilnya jadi gini
qola - yaqilu - qoilulatan

قال - يقيل - فيلا- قيلولة

Artinya tidak sebentar pada waktu siang, itu kalau dibaca qiltum artinya tidur sebentar, bukan berkata. 

kalau yaqulu (fiil mudhorinya) mengikuti wazan yaf'ulu - maka harus di dhommah fa fiilnya.

وإذ قلتم - Wa idz qultum

wa idz (dan ingatlah, akan ketika)
qultum (berkata, siapa? kamu)


Kenapa demikian? (diulangi lagi)
karena kalau kita preteli (kita bongkar satu2)
Dhomir rofa' mutaharriknya, maka qultum berasal dari qola + tum

قال + تم 

Ketika mengikuti wazan yaf'ulu fiil mudhori'nya dari fiil ajwaf yang bertemu fiil mutaharrik, maka fa fiilnya harus di dhommah. Inilah alasan kenapa kok harus dibaca wa idz qultum, bukan wa idz qiltum. Wa idz qultum dan ingatlah ketika berkata siapa? kamu semuanya. 

قال 
itu adalah fiil yang ma'lum. Pokoknya ketika bertemu dengan fiil, itu pertanyaanya pasti. 

  • tanyakan madhi mudhori amarnya
  • setelah kita mengetahui madhi mudhori amarnya, otomatis kita bisa menyimpulkan apakah fiil yang kita hadapi, sedang mabni atau sedang mu'rob. Kita bisa simpulkan itu. 
  • Kemudian selanjutnya? tanyakan apakah ini ma'lum atau majhul. 
  • yang selanjutnya adalah apakah ini lazim atau muta'addi? 

وإذ قلتم 
Dari sisi ma'lum majhulnya, qola itu adalah ma'lum. karena ma'lum maka butuh fa'il. Mana failnya? Failnya tum. 
 
قلتم

قال + تم 

(failnya) قال + تم 

tum itu adalah termasuk dhomiru rof'in mutaharrikin, statusnya fail, kenapa kok fail? karena isim yang jatuhnya setelah fiil ma'lum Begitu.



Ketika bertemu dengan qola maka harus ada penyikapan khusus. Karena qola itu, pasti nanti maf'ul bihnya berupa jumlah. Yang itu kita sebut sebagai maqulu qoulin. 

Jadi setelah qola itu, yang jatuh setelahnya adalah jumlah. Jumlah inilah yang kemudian kita sebut sebagai maqulu qoulin. Maqulu qoulin ini sama dengan maf'ulun bihi, tapi istilah ini muncul ketika fiilnya berupa qola. 



Nida - Munada
Wa idz qultum ( dan ingatlah akan ketika berkata siapa? kamu)
Apa isi pembicaraanya? apa isi perkataanya? (nah isi perkataanya inilah yang disebut dengan maqulu qoulin) Yaa musaa wahai musa


 يا موسى



Ini kita berbicara tentang huruf nida يا. Ini munada, munada termasuk dalam kategori manshubatul asma'. Bagian dari isim2 yang harus dibaca nashob. Berarti yang jatuh setelah yaa itu adalah munada, karena munada itu adalah nashob. Begitu....




Beda Alif Lazimah dan Alif Maqshuroh
Kenapa kok tidak musaayaa? kenapa kok tidak musaa dan seterusnya itu? Kenapa ini kok tidak ditampakkan? lebih disebabkan karena musa termasuk dalam kaegori isim maqshur. 

موْسَى

ِApa isim maqshur itu? isim yang diakhiri alif lazimah. Sering saya katakan, meskipun sama2 taqdiri, sama2 muqoddaron. istilah antara 
  • alif maqshuroh - menjadikan isim itu berhukum muanats
  • alif lazimah - tidak

itu beda. Sama muqoddaron nya.. karena sama2 alifnya. Kalau alif maqshuroh itu biasanya ada padanan mudzakarnya. 

الحسنى
ini namanya adalah alif maqshuroh. Bukan Alif lazimah, kenapa? karena ini menunjukkan perempuan. Ada padanan mudzakarnya ustadz? ada...

الاحسن


Kalau seandainya alif lazimah tidak ada padananya. Begitu itu harus dipikir oleh sampeyan. Untuk memberikan kemudahan kepada murid2 panjenengan ketika panjenengan ngajar. Sampeyan tidak boleh berhenti membaca, tidak boleh berhenti befikir, tidak boleh berhenti menganalisis. Lek sampeyan berhenti, akan ada banyak kesulitan. Murid sampeyan itu tidak akan bisa melakukan percepatan. Sampeyan untuk menyimpulkan secara mandiri, tidak dibantu oleh ustadz, apa perbedaan alif maqshuroh dan alif lazimah? itu akan lama (mengetahuinya). Yakin saya, lama itu. Itu apa bedanya antara alif maqshuroh dan alif lazimah? Oleh sebab itu penting bagi sampeyan untuk tidak berhenti menganalisis kalau jadi ustadz.




وإذ قلتم - Wa idz qultum

wa idz (dan ingatlah, akan ketika)
qultum (berkata, siapa? kamu)

maqulu qoulin dari qola... yaa musaa... wahai musa,

 يا موسى

Munada dimabnikan dengan tada rofa' karena dua keadaan.
  • Nama orang tunggal/ terdiri dari satu kata (mufrod) - علم مفرد
  • Nakiroh yang tertuju pada orang tertentu (نكرة مقصودة)
Karena musaa disitu adalah mabniyun ala maa yurfa'u bihi, karena disitu adalah mufrod ma'rifah. Itu tidak memungkinkan ditampakkan harokat dhommah. Kenapa?? karena diakhiri oleh alif, ya musayu itu tidak memungkinkan. Ketika dibaca ya musayu, berarti akhirnya bukan alif, tapi ya. Tapi disitu adalah alif, karena alif maka tidak bisa menerima harokat. 

لن نؤمن لك

Lan adalah lan itu nafi' tapi istiqbal (masa akan datang). artinya tidak akan. Jadi sudah diprediksi, kedepanya itu tidak mungkin. 

لن

  • nafi
  • istiqbal

beda dengan lam, lam itu justru 
  • disamping nafi,
  • qolb yang menjadikan berbentuk madhi
Kalau lam itu masa lalu, kalau lan itu akan datang juga di nafi kan. Ketika lam, ada kemungkinan yang akan datang itu iya (kejadian) 

faa in lam taf'alu -- madhi berarti
wa lan taf'alu --- dan tidak akan

فإن لم تفعلوا ولن تفعلوا فاتقوا النار التي وقودها الناس والحجارة أعدت للكافرين
Surat Al Baqoroh 24

Sampeyan itu masa yang lalu, tidak mungkin membuat al quran. Juga masa yang akan datang tidak mungkin membuat yang semisal al quran juga. 



لن نؤمن لك

Seperti yang saya katakan, shighot (jenis kata) dalam al quran, itu yuhtaju bihi. Kenapa kok pakai huruf jar lam, itu yuhtaju bihi. Kalau di dalam kitab itu gak bisa diseriusi itu, tapi kalau di dalam al quran, itu sangat diseriusi. Itu menjadi permasalahan serius, 

انما الصدقاة للفقراء

terakhir ada

و فى الرقاب

itu diseriusi, kalau dalam konteks Al Quran. Itu menjadi permasalahan serius, yang pada akhirnya, produk hukumnya bisa jadi berbeda. Lebih disebabkan disitu ada perbedaan shighot (misalnya ada yang pakai li, ada yang pakai fii). Sudah kalau pakai li berarti tamlik. Li itu adalah li milki. Setelah zakat itu diberikan kepada fakir miskin, ya silahkan. Mau dibelikan apa, mau dibelikan beras atau mau dibelikan hape terserah yang bersangkutan, karena sudah menjadi milik. 

Tapi kalau wa firriqob, pakai fii.. itu tidak boleh seorang budak diberi zakat, itu kemudian digunakan yang lain, wal ghorimiina itu diathofkan kepada wa fir riqob. Orang yang punya utang, itu ternyata dibelikan yang lain, tidak digunakan untuk peruntukanya? apa? statusnya dia itu adalah orang yang punya utang, berarti harus digunakan untuk bayar hutang. Itu gara2 huruf jar, itu dalam al quran berlaku seperti itu. Diskusinya menjadi serius, begitu itu. Penggunaan huruf jar (misalnya). 

Ulama tafsir itu mempermasalahkan, amana yukminu itu pakai bi, amantu billahi, tapi disini sekarang kok laka? 
Saya tidak akan beriman, karena pengaruh ucapan sampeyan itu. Sampeyan bisa jadi mbujuk... nah begitu. Sehingga saya melihat Alloh secara langsung. Ketika saya beriman bukan karena ucapan kamu itu. Terjemahanya sya tidak akan beriman kepada kamu, berimanya nanti kepada Alloh. Bani isroil pada saat itu diajak oleh nabi musa. 

Saya kepingin menegaskan, dalam konteks bahasa, dalam konteks al quran itu serius. Pemilihan kata kenapa kok pakai lam, kenapa kok pakai ba, kenapa kok pakai ... dan seterusnya, itu yuhtaju bihi. Itu bisa dijadikan sebagai hujjah, itu bisa dijadikan argumentasi. Kenapa kok pakai lam? tidak pakai bi? karena demikian? apa?? kembali kepada al quran, kembali kepada hadits itu tidak mudah. Kita mau kembali kepada Al Quran, kembali kepada Al Hadits, tapi pakai?? terjemahan. Yo rusak kalau begitu, gak bisa. Oleh sebab itu sampeyan harus kuat (di bahasa) karena pada akhirnya akan ada regenerasi. Dalam konteks menjadi seorang muslim itu haruss... meskipun tidak dalam konteks jadi A jadi B dan seterusnya, bisa membaca kitab, bisa memahami Al Quran, bisa memahami Al Hadits, itu akan menunjukkan kualitas keberagamaan kita. 

Kita itu, kualitas keberagamaanya naik tingkat, masuk dalam kategori ulama. Meskipun gak jadi apa2. Itu yang ditawarkan ulama begitu, saya tidak akan beriman kaena pengaruhmu, ucapan panjenengan itu. ( kata lam pada huruf jar di atas). Bukan lan nukmina bika, tapi lan nukmina laka. Makanya sampeyan itu berfikir nahwu itu penting. Saya sejak awal membaca ini, kenapa yo? amana itu sejak awal bi, pokok e amana itu mesti pakai bi. muta'addinya pakai huruf jar bi, kemudian la. Kenapa ini kok la?? akhirnya terkonfirmasi ada ulama tafsir yang menganggap ini bermasalah, sehingga menjelaskan tentang itu. 

انما قال لن نؤمن لك, لا بك

لان المعنى لاجل قولك


karena makna yang kepingin dikehendaki adalah, liannal makna, lan nukmina li ajli qoulika. Karena makna yang kepingin dikehendaki adalah saya tidak akan beriman karena pengaruh ucapan sampeyan itu. Terkonfirmasi, seandainya sampeyan bisa konsisten menganilis teks2 semacam itu. Amana biasanya bi ini, kok la ini? Tidak semua tafsir menganggap itu penting. Kadang2 begitu kan kita, husnudzon kita, ternyata apa yang kita anggap sulit, dianggap tidak sulit oleh para mufassir. Sehingga tidak perlu dijelaskan (akhirnya) kita cari kitab yang lain, yang mungkin sepemahaman dengan kita, yang menyatakan ini bermasalah ini. Akhirnya ketemu kata seperti ini. 



انما قال لن نؤمن لك, لا بك

لان المعنى لاجل قولك


Nalar berfikir kita, itu terkonfirmasi, dianggap oleh salah satu mufassir, itu dianggap benar pemikiran kita itu, iya ini bermasalah memang. Kenapa kok kemudian laka? kok tidak bika? Itu namanya terkonfirmasi. 


حتى نرى الله جهرة

Hatta itu ada yang masuk pada
  • fiil
  • isim (memungkinkan dianggap sebagai huruf athof, memungkinkan dianggap sebagai huruf jar)
Kalau masuknya kepada fiil itu dipastikan huruf jar, karena itu ketika masuk kepada fiil dan dibaca nashob, itu sebenarnya bukan dibaca nashob dengan hatta, tapi dibaca nashob dengan an, yang sekaligus merupakan huruf mashdariyah. 

Sampeyan, kalau masih kecil, kan ini masih smp2, pinter sampeyan. Saya yakinnya itu, apa yang dikatakan imam imrithy itu, pokoknya besuk itu kalau punya anak itu, harus nahwu dulu, kalau kepingin kajian keagamaan. Harus nahwu dulu, sampeyan akan berkesempatan untuk menjadi ahli, kalau nahwu dulu. Sudah, harus nahwu dulu. Sampeyan sekolahkan iain, nahwunya belepotan, Sudah gak bisa jadi ahli, kecuali? jurusan matematika, jurusan fisika, gak butuh nahwu itu. Tapi kalau jurusanya itu ilmu al quran dan tafsir, hadits dan macem2, gimana mau baca al quran. Akhirnya al hamdu itu, kenapa al hamdu itu diterjemahkan segala puji?


Fungsi AL

Oiya ya.. alhamdu kok diterjemahkan segala puji? darimana segalanya? lho kok nambah2i? bid'ah berarti.. Kok diterjemahkan segala? mana ada kata segala? 

Lek sampeyan ngerti nahwu, loh.. al itu banyak ustadz. Ada yang kemudian disebut sebagai
Al Jinsiyah 
  • yang memungkinkan itighroqiyah, 
  • yang memungkinkan memiliki fungsi li bayanil haqiqoh. 

wa  khuliqol insanu dho'ifa
Seluruh manusia itu diciptakan lemah? kenyataanya begitu. Ada manusia dilahirkan dalam keadaan kuat begitu? langsung kuat? Kecuali di film, kalau di dunia nyata? dho'ifa semua. Berarti al nya disitu, jinsiyah, memiliki fungsi? istighroqiyah. 
Buktinya? kalau seandainya diberi dengan lafadz kullun itu memungkinkan, 

 وخلق الإنسان ضعيفا
Surat An Nisa 28

ketika al itu memungkinkan diganti dengan kullun, maka al itu disebut sebagai al jinsiyah, memiliki fungsi istighroqiyah. Itu bisa kalau dibuat analisis berfikir. 


Bagaimana kalau misalnya?

الرجال قوامون على النساء
Surat An Nisa 34

Pokoknya setiap laki2 itu harus menjadi pemimpin, harus menjadi soko guru. Harus bertanggung jawab alan nisa. Semua laki2, iya itu hakikat laki2 sebenarnya pada itu. Tapi ada laki2 yang tidak seperti itu. Hayoo....ada laki2 yang justru minta setoran pada istri, ia rokok an, main hape. Setiap bulan, mana.. uangnya? ada gak? seperti itu? banyak. Kalau seandainya al yang pada ar rijalu itu diterjemahkan dengan bayanil haqiqoh. Haqiqat kelaki lakian itu bukan pada fisik. Hakikat kelaki2 an itu bukan pada fisik, tetapi pada fungsi, dia adalah qowamuna alan nisa. Kan begitu akhirnya, terjemahanya. Sampeyan laki2 tapi perempuan sampeyan itu. 

Yo karena sampeyan tidak qowamun. Itu bisa berkonsekuensi terjemahan seperti itu, kalau seandainya al nya diterjemahkan al jinsiyah li bayanil haqiqoh. Itu gara2 al lho... tergantung sampeyan menerjemahkan itu, al yang jinsiyah yang istighroqiyah atau yang bayanil haqiqoh. Itu menjadi sangat penting bagi sampeyan untuk sangat serius. 

Dan kita, secara serius memfasilitasi sampeyan untuk menjadi ahli, oleh sebab itu seng temenan. Kegiatan2 semacam ini, ini nahwu, kemudian kegiatan2 sorogan macem2, meskipun sekarang masih libur ya, sekarang santai2 sing penting sampeyan jangan terlalu lama di rumah kan begitu.  

 


حتى نرى الله جهرة

Ada yang aneh? ada... mana?
ketika ditashrif istilahi

رأى - يرى
Hamzahnya ilang di fiil mudhore nya. 
adalah mahmuz yang naqish. Perhatikan 


Saya pernah mendengar orang ceramah itu, 
يرى
يرىا
يرون

yarouna, kan fathah harokat sakti, tidak bisa tunduk oleh wawu jama'
Oleh yang ceramah dibaca lam yaruuni. Sudah ketok, kualitasnya sudah ketok jadi newcomers tapi jadi penceramah. Lam yaruuni (tidak melihat saya)

Mereka mencintai saya, tapi mereka tidak melihat saya. Berkali kali membacanya lam  yaruuni, lam yaruuni, 
penceramah ini kelihatan newcomers, itu bisa ditertawakan sampeyan. Kalau seandainya kedengaran, di telinga itu gak nyaman. Mendengar orang yang sudah berani pegang mic, tapi bacanya lam yaruuni. Hati2 molakno ya... yang bener lam yarouni..

Inilah yang sering saya dapat dari dosen saya, yang namanya fathah itu harokat sakti, tidak bisa ditundukkan oleh wawu jama'. Biasanya wawu jama' itu gampang memaksa, untuk harokat yang ditempelinya itu dibaca dhommah. Tapi kalau yang ditempelinya adalah fathah, dalam konteks fiil naqish ini, maka akan tetep fathah. 






حتى نرى الله جهرة

Ta'adduban, untuk tatakrama kita, ketika yang dibaca nashob, sebagai maf'ul bihi adalah lafdzul jalalah, itu jangan dianggap sebagai maf''ulun bihi, ta'adduban ( sebagai tata krama kita)
Disebut manshubun alal jalalati, boleh
jadi tidak disebut sebagai maf'ulun bihi. Kenapa? karena maf'ul bihi itu adalah obyek, obyek itu adalah kalahan. Meskipun kenyataanya maf'ul bihi. 

Hal isim sifat

حتى نرى الله جهرة

maksudnya terang, alaniyatan. Namun diskusinya ada ketika seperti ini, ketika jahrotan dijadikan sebagai hal, itu akan bermasalah, kenapa? karena ini mashdar. Pokoknya.. nah ini pokoknya, sampeyan harus tahu itu, kalau maunya dijadikan hal, itu harus isim sifat. 

جاء محمد راكبا
جاء محمد ماسيا
pakai isim fail disitu. Untuk bisa disebut sebagai hal, itu harus isim sifat.  Kalau bukan isim sifat, artinya bermasalah, harus butuh takwil untuk dianggap sebagai hal. Ditakwil, dalam keadaan terang benderang. Ada kemudian terpaksa, memaksakan diri, gak enak untuk dijadikan hal. Ini harus dijadikan maf'ul mutlak, tapi haru...
حتى نرى الله رؤية  جهرة
ru-yata jahrotin, kan terbiasa mudhof ilaih menempati mudhof yang dibuang. Jadi menjadi maf'ul mutlak darisini, ini masuk akal menurut saya. Jadi konsisten dulu kita, untuk dijadikan sebagai hal, itu harus berupa isim sifat, kalau seandainya tidak isim sifat, itu harus muawwal, harus ditakwil. Yang enak apa? ya dijadikan maf'ul mutlak. Ketika dijadikan maf'ul mutlak, bagaimana takwilanya? Karena maf'ul mutlak itu memang harus sesuai dengan fiilnya. 

Hal yang berbentuk jumlah

 فأخذتكم الصاعقة وأنتم تنظرون
Ketika failnya berupa isim dhohir, dan maf'ul bih nya berupa isim dhomir, Maka mendahulukan maf'ul bihi dan mengakhirkan fail maka hukumnya wajib. 

 فأخذتكم الصاعقة وأنتم تنظرون
wawunya wawu haliyah.
wa antum tandzuruna,
sedangkan bermula kamu semuanya 
melihat, siapa? kamu semuanya. 

jadi wa antum tandzuruna itu adalah halul jumlah (hal yang berbentuk jumlah)
fii mahali nashbin, kedudukannya adalah nashob. 


Yah itu mungkin yang bisa saya sampaikan, semoga bermanfaat.  

Comments