Skip to main content

Kajian Muhimmat Bab لو | KH. Abdul Haris | Jember | Metode Al Bidayah

 



Berikut ini merupakan kajian muhimmat fin nahwi (hal2 yang penting di dalam ilmu nahwu) oleh Kh. Abdul Haris, Jember. Semoga ini bisa menjadi catatan tersendiri buat kalian semua yang sangat menikmati sajian yang bagus dari video2 beliau tentang ilmu nahwu yang bisa kita temui di chanel beliau Metode Al Bidayah. Catatan ini sengaja kami buat agar menjadi salah satu refferensi buat kalian semua, dan sekaligus menjadi jalan kami untuk lebih menghafalnya, karena dengan mencatatnya sebuah ilmu terasa lebih lekat. Selamat menikmati.



السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله 
الحمد لله 

وصلاة وسلام على رسول الله
سيدنا محمد و على اله و صحبه ومن واله

 رب اشرح لي صدري
ويسر لي أمري
واحلل عقدة من لساني
يفقهوا قولي



أما بعد



Pada malam hari ini, kita akan menjelaskan, al muhimmat fin nahwi. Salah satu yang menjadikan membaca kitab terkadang sulit untuk ditundukkan, adalah terkadang satu tulisan memiliki multipredikat. Dalam kesempatan ini saya akan menjelaskan tentang  لو
Lau dan in ini adalah lafadz yang memiliki banyak predikat yang kalau itu tidak kita sadari, maka akan berdampak pada kesalahan kita dalam rangka melakukan analisis. Untuk lau misalnya

  • lau syartiyah (diawal kalimat)
  • lau ghoyah
Tentunya ketika disebut sebagai lau syartiyah ini berbeda dengan ketika disebut sebagai lau ghoyah. Kapan lau tersebut disebut sebagai lau syartiyah dan kapan disebut sebagai lau ghoyah, itu bisa dijelaskan sebagai berikut. 

Lau itu bisa dipastikan sebagai lau syartiyah, apabila letaknya ada di awal kalimat. Karena dia sebagai syarat maka membutuhkan fiil syarat dan jawab syarat. Secara arti lau syartiyah itu artinya jika/apabila/seandainya.  

لو كان الشفعي حيا لافت ذالك
Seandainya imam Asy Syafii masih hidup, tentu akan berfatma demikian. 
lau disitu adalah lau syartiyah, karena lau syartiyah maka kelengkapan sebagai syarat, yaitu
  • fiil syarat كان
  • jawab syarat لافت ذالك
ini merupakan suatu keharusan. Seperti itu. 


Ada juga lau disebut sebagai lau ghoyah, secara arti juga beda, kalau lau syartiyah ini adalah seandainya, maka arti dari lau ghoyah ini adalah meskipun. 

قل الحق و لو كان مرا
lau disini diartikan meskipun. Karena nggoyah tentunya tidak memerlukan fiil syarat dan jawab syarat. Ciri lau tersebut adalah lau ghoyah adalah letaknya yang di tengah2 kalimat, bukan di awal kalimat. Kalau lau syartiyah itu selalu di awal kalimat. Dan kemudian, dipastikan ada tambahan wawunya. Jadi kalau kita ketemu dengan lau, dan itu ditengah2 kalimat, dan itu ada wawunya, maka dimungkinkan lau disitu adalah lau ghoyah.  Dan ketika lau ghoyah, secara terjemahan, dia berarti meskipun. 
Qul = katakanlah
Al Haqqo = kebenaran
walau kaana = meskipun (yang namanya kebenaran itu)
murron = itu adalah terasa pahit

Salah satu sebab yang menjadikan bahasa arab itu terasa sulit, yaitu satu kata, memungkinkan satu kata memiliki multi predikat yang banyak. Contoh kasusnya adalah lau. Lau itu bisa dianggap sebagai syartiyah, juga bisa dianggap sebagai nggoyah. 

Kapan dianggap sebagai syartiyah? Apabila jatuh diawal kalimat, dan dia dilengkapi oleh kelengkapan syarat, yaitu berupa fiil syarat dan jawab syarat. Secara arti, dia beda disebut sebagai syartiyah, dan disebut sebagai ghoyah. 

lau kaana (lamun ono)
siapa? 
Asy Syafi'iyu (imam asy syafi'i) - isimnya kana
adalah hayyan (hidup) - khobar
la afta dzalik ( maka akan berfatwa, siapa? imam asy syafi'i, seperti itu. )




Comments