Skip to main content

Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi | Toleransi


 

Toleransi
Toleransi di dalam islam itu sebenarnya adalah tidak saling mengganggu, 

لكم دينكم ولي دين
lakum dinukum waliya din

 

Yaudah urusan agama anda, agama anda. Janganlah saya ditarik2 ikut merayakan agama anda. Itu batas toleransi di dalam islam itu begitu. Toleransi kemudian ikut di gereja, yang satu ngaji yang satu nyanyi2, bukan toleransi itu, itu adalah merusak aqidah. Nah toleransi itu bukan juga menghormati pak, coba lihat ayat quran itu, tidak menghormati agama nasrani dan yahudi. Quran menyalahkan itu, tidak menghormati. Saling memahami, lakum dinukum waliya din dan saling tidak mengganggu. Itu yang menurut saya perlu dipegang, bahwa apa yang dikerjakan oleh mereka ya biar mereka kerjakan. Mereka mau ke gereja hari ahad, itu tidak ada masalah. Mau merayakan Natal besar2 an gak ada masalah, silahkan, tapi jangan kemudian kita diajak untuk natalan. Berarti kita ikut ibadah mereka kan? Diajak kita pergi ke Pura, kemudian berpakaian... disitu terus kita diajak2 dengan doanya semua agama. Agama lain saya rasa dan saya yakin, agama lain tidak memerlukan kita melakukan perbuatan2 itu, untuk menunjukkan toleransi kita. tidak memerlukan itu.

 

Berlebihan menunjukkan toleran
Kita ini menurut saya berlebihan, ingin menunjukkan bahwa islam itu toleran, kita melakukan perbuatan2 yang sebetulnya anti terhadap toleransi itu. Nah ini peru definisi juga toleransi. Menghormati dalam hal ini adalah menghormati keyakinan, kalau menghormati agama lain sebagai individu, sebagai anggota masyarakat, oke itu hak, oke fine ya. Yang tidak harus menghormati itu, maksud saya kita tidak harus menghormati keyakinan agama lain. Kita membiarkan, kan lakum dinukum, ayatnya itu lakum dinukum, agama mu itu ya agamamu, saya respek kepada agamamu kan tidak. Saya salud dengan keyakinan anda, kan gak boleh, itu namanya (menghormati) itu. Saya sangat salut anda begitu taat anda ke gereja, dan saya hargai. Padahal di dalam islam itu dilarang semua, gak boleh. Kita sudah lepas saja, itu urusan anda, dengan agama anda. Makanya kita gak akan pernah merusak gereja, tidak saling mengganggu, kita gak akan pernah merusak natalan. Kita gak pernah mengganggu orang yang sudah beragama dengan agama mereka masing2. Itu artinya tidak menghormati kan? lain... lha kalau kita harus menghormati mereka, berarti itu sudah masalah teologis. Jadi menghormati secara teologis tidak betul, tetapi secara sosiologis, kita boleh. 

Pluralisme
Makanya bagi saya, kata pluralisme itu yang sekarang menjadi sangat bias ya, penggunaanya, saya langsung membagi saja, ada pluralisme sosiologis, atau pluralisme teologis? kalau pluralisme teologis berarti anda masuk pada penyamaan agama2, atau pembenaran agama2. Tapi kalau pluralisme sosiologis, berarti itu adalah sebuah situasi dimana anda hidup bersama dengan berbagai macam agama, dan anda disitu mengakui keberadaan mereka di masyarakat itu, dan anda toleran terhadap mereka, keberadaan mereka. Dan tidak mesti menghormati, gitu kan. Kalau secara sosiologis, kita menghormati, karena dia manusia, 

Barangsiapa beriman kepada Alloh dan Rosulnya, maka dia harus menghormati tamunya. Lah tamunya kalau non muslim? dihormati atau tidak? dihormati. 

Barangsiapa beriman kepada Alloh dan Rosulnya, jangan menyakiti tetangganya, kalau tetangganya non muslim? kalau dia menyakiti non muslim, dia berdosa, makanya Rosululloh kan pernah mengingatkan, janganlah menyakiti ahli dzimmah, kalau anda menyakiti ahli dzimmah sama dengan menyakiti saya. Coba bayangkan, itu secara sosiologis, bukan secara teologis. Secara sosiologis kita hormat, tapi secara keimananya, aqidahnya tidak bisa menghormati itu, karena ayat2 kita tidak menghormati. Gitu... itu perlu kita sadari itu.

Comments