Skip to main content

Kh. Abdul Haris Jember | Catatan Kajian I'robil Quran 1 | Bismillahirrohmanirrohim


Ini merupakan catatan yang kami ambil langsung dari broadcast video kajian Metode Al Bidayah, I'robul Quran ke 1. Catatan ini sebagai catatan pribadi, usaha untuk mencatat dan memetakan apa saja yang telah beliau sampaikan. Sekaligus catatan ini sebagai jalan untuk kami, mengulang-ulang materi yang beliau sampaikan, agar lebih menancap di ingatan kami. Semoga bisa sekaligus bermanfaat untuk kalian semua.

 

Membaca kitab itu Sulit?
Istiqomah, karena kata kunci dari belajar, apalagi belajar kitab saya tegaskan harus terus menerus, bagi para pemula. Kitab itu adalah sesuatu yang berat, saya sama sekali tidak setuju apabila ada orang yang melakukan simplifikasi, seakan2 kitab itu adalah mudah, seakan akan apa ya. Sangat mudah dikuasai, sekian bulan dan seterusnya. Itu belum ada cerita, gak ada sejarah itu. Kita butuh waktu 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun, bahkan seperti yang sudah kita jelaskan, kita sudah studi komparatif di pondok2 yang hebat2, yang terkenal itu, kurikulum nya itu dipatok antara 9-12 tahun. Itu yang rasional, itu yang masuk akal. Sementara yang angin surga - angin surga, gitu bulan, 6 bulan, ada yang ngomong jam, macem2. Kita sulit untuk mencerna, kok bisa seperti itu, apakah karena sangat jenius, dan seterusnya, kita gak faham itu. Tapi saya tegaskan berdasarkan pengalam kita, bahwa membaca kita itu sulit, oleh sebab itu tingkat konsistensi kita, tingkat istiqomah kita, itu sangat menentukan. 

Kita memulai, i'robul quran, dulu pernah, tapi dulu mungkin tayanganya kurang bagus, peralatan shootingnya masih belum bagus, sekarang kita bagus, insyaalloh, alhamdulillah. Dan kita akan memulai dari awal lagi. Jadi memulai dari bismillahirrohmanirrohim. Nanti kita analisis. 

Seandainya kita menganalisis teks arab, tahapan2 berfikirnya itu harus jelas. Pertama harus memulai tahapan berfikir tentang kalimah (kata). Jadi temen2 yang masih belum faham tentang kata, apakah ini isim fi'il huruf, sulit untuk memberikan hukum i'rob, kira2 ini akan dibaca rofa' nashob jar atau jazm. Jadi ini dituntaskan terlebih dahulu, pemahaman kita, penguasaan kita tentang kata. Kalimah itu dalam bahasa arabnya itu adalah kata. Kalau kalimat dalam bahasa indonesia yang terdiri dari subyek predikat obyek dan keterangan, itu dalam bahasa arabnya disebut sebagai jumlah. Jadi beda, ada perbedaan istilah antara bahasa arab dengan bahasa Indonesia. 

Karena demikian kalimah menggunakan ha, kalau biasanya dalam buku saya yang baru ini, itu saya beri catatan kaki, kalimah dengan dicetak miring, pakai ha. Itu berarti pakai bahasa arab itu, itu artinya kata. Tapi kalimat dengan tidak dicetak miring, itu mengarah pada pengertian jumlah, yang terdiri dari subyek predikat obyek keterangan. Jadi yang harus kita tuntaskan ketika kita akan menganalisis teks arab dalam arti al quran, akan menganalisis teks arab dalam arti al hadits, atau kitab2 itu kalimah (kata) harus dituntaskan terlebih dahulu. Jangan kita mau menganalisis teks arab, sementara tentang kata belum selesai. Apakah ini isim, ini fiil, ini huruf, dengan  berbagai pembagian yang ada. Itu harus dituntaskan terlebih dahulu, itu cara berfikirnya sistematis. Kenapa kita kok ada kesulitan dalam konteks ini, kita ada kesulitan dalam konteks dari aspek kaidahnya lebih disebabkan kita lemah dalam konteks kalimah. 


I'rob
Setelah kita faham tentang kalimah, tingkat akurasinya sudah hampir 100%, ini isim ini fiil ini huruf, bahkan lebih ke dalam lagi, shighot faham. Jenis katanya juga faham juga, ini fiil madhi, ini fiil mudhore', ini fiil amar, ini isim fail, ini mashdar ustadz, ini isim maf'ul, itu faham bener, maka kita bisa naik tingkat berfikir tentang i'rob.  Kita naik tingkat berbicara tentang i'rob, sudah berbicara tentang hukum, harokat huruf akhirnya itu apa? apakah kemudian harus dibaca rofa' apakah kemudian harus dibaca nashob, apakah kemudian harus dibaca jar, apakah harus dibaca jazm, itu sudah memungkinkan.
 
Tapi kalau kita masih belum lulus tentang kata (kalimah) maka kita akan sulit, dan pasti akan kesulitan murid2 kita, kira2 harokat akhir dari sebuah kalimat itu, harokat akhir dari sebuah kata itu? apakah berhukum
  • rofa
  • nashob
  • jar
  • jazm
 
Itu akan kesulitan, ketika tentang yang pertama mengenal kata ini sudah bermasalah. Ketika pemahaman tentang kata dan i'rob sudah selesai, maka pemahaman berikutnya tentang jumlah. Jumlah yang saya maksud disini adalah jumlah yang lahaa mahalun minal i'rob (jumlah yang memiliki kedudukan i'rob) dan yang laa mahala laha minal i'rob (jumlah yang tidak memiliki kedudukan i'rob). Bukan misalnya pembagian jumlah menjadi ismiyah dan fi'liyah. Sebenarnya yang saya ungkapkan ini sudah saya tulis di dalam buku2 saya.


Jadi pertama kali, kita tentukan dulu, ini kalimah apa?
Isim
fiil
huruf

Sehingga kalau itu kita aplikasikan di dalam bismillahirrohmanirrohim
 
بسم الله الرحمن الرحيم


Secara bertahap, memang tidak bisa, kalau memang kita masih belum bisa misalnya, memenggal masing2 kata ini, dalam kategori apa?
  • bi termasuk apa? (isim fiil atau huruf)
  • ismi termasuk apa? (isim fiil atau huruf)
  • Alloh termasuk apa? (isim fiil atau huruf)
  • Ar Rohman termasuk apa? (isim fiil atau huruf)
  • Ar Rohim termasuk apa? (isim fiil atau huruf)
 
Kalau itu tidak mampu kita lakukan, jangan berbicara tentang i'rob
kenapa ini kok dibaca 
  • rofa'
  • nashob
  • jar
  • jazm

Huruf Jar
ب
Jadi kita mulai, misalnya tentang bi di dalam bismillahirrohmanirrohim. Bi di dalam bismillahirrohmanirrohim itu namanya huruf. Huruf pun itu banyak, jangan kemudian dibayangkan, saya kepingin kita pemula agar banyak wawasanya. Tidak hanya kalau mendengar huruf itu langsung pada huruf jar. Pembahasan tentang huruf itu agak lengkap disini (di buku Kh. Abdul haris), sehingga kita memang butuh refferensi, sebagai jembatan untuk kemudian misalnya agar kita bisa mengkaji kitab2 yang asli tentang huruf. 

Ada yang disebut dengan huruf jar,  memang ada. Ada juga yang disebut sebagai huruf nashob, ada yang disebut misalnya sebagai huruf nafiy, ada yang disebut sebagai huruf jazm misalnya. Huruf itu banyak sekali, huruf macem2. Jadi jangan hanya dibayangkan yang namanya huruf itu terbatas hanya pada huruf jar. 

Dalam konteks bismillahirrohmanirrohim, bi yang ada di situ masuk dalam kategori harful jarri. Kita sekarang masuk pada huruf jar, itu seperti itu, sulitnya disini. Huruf jar yang ini penting untuk ditegaskan, karena sebetulnya kita ini sudah cukup lama. Episode nahwu shorof dasar itu sudah ke episode 64/65. Sehingga memungkinkan untuk kita melakukan improvisasi. Bahwa huruf jar itu banyak, tidak hanya satu macam. Huruf jar itu secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga,

  • Huruf jar ashli - الاصلى
  • Huruf jar zaid (tambahan) , keberadaanya tidak terlalu signifikan di dalam sebuah kalimat - الزائد
  • Huruf jar syabihun bi zahid (diserupakan dengan zahid) berarti ini huruf di antaranya, disatu sisi dia memiliki karakter ashli, dari sisi yang lain dia memiliki karakter yang zaid.  - شبيه بالزائد


bi adalah huruf jar, huruf jar itu bukan satu macam, huruf jar itu kemudian memungkinkan untuk dibagi menjadi tiga. Buku saya yang lain tidak disebutkan, kalau di dalam buku induk, itu disebutkan. Yang ashli, yang zaid, yang syabihun biz zaid.

Huruf jar Ashli
Disebut huruf jar yang ashli, ketika dia memiliki muta'allaq. Ini memang pembahasan yang sulit. Yang kedua, dia memiliki pengaruh dalam arti, atau dia memiliki arti (lahu ma'nan). Kemudian yang ketiga, lahu atsarun fil i'rob.

Menjadi penting menurut saya, (oh gak papa...) apalagi ini dishooting, bisa diulang2 kalau seandainya bisa di download. Jadi bi yang terdapat pada bismillahirrohmanirrohim, termasuk dalam kategori huruf jar, saya ingatkan kepada para pemula. Ya nanti bisa merujuk kepada kitab2 ashli. Saya ingatkan kalau huruf jar itu kategorinya banyak. Ada yang disebut sebagai huruf jar ashli, ada yang disebut sebagai huruf jar zaid, ada yang disebut sebagai huruf jar syabihun biz zaid. 


Muta'allaq
Karena demikian saya tegaskan bahwa, kajian tentang huruf jar, itu adalah kajian yang cukup rumit. Kajian yang cukup sulit, yang pertama ya sekilas info saja. Apa muta'alaq itu ustadz? muta'allaq itu adalah sesuatu yang menjadikan kita faham terhadap huruf jar itu. Kaitan huruf jar itu dengan apa? 

Saya contohkan misalnya, tentang muta'allaq ini. Kalau seandainya saya mengatakan 'alal kursiyi, orang tidak akan faham tentang 'alal kursiyi ini, di atas kursi, tidak akan faham. Di atas kursi ini pasti ada perbuatan, yang terkait dengan di atas kursi. Di atas kursi bisa jadi

  • duduk
  • berdiri
  • ngantuk

bisa jadi misalnya yang lain (tentang) pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang. Kata2 tidur, kata2 berdiri, kata2 duduk, kata2 misalnya bermain di atas kursi, karena misalnya anak kecil. Yang menjadikan kita faham kaitan di atas kursi, karena seseorang tidak mungkin langsung ngomong di atas kursi. Di atas kursi itu ada pekerjaan yang dilakukan. Kata2 duduk, kata2 berdiri, kata2 tidur, di atas kursi, yang menjadikan kita faham kaitan di atas kursi, itulah yang kemudian disebut sebagai muta'allaqKata2 misalnya duduk di atas kursi, tidur di atas kursi, karena di atas kursi tidak hanya duduk saja, memungkinkan duduk, memungkinkan berdiri, memungkinkan yang lain. Sesuatu yang pada akhirnya menjadikan kita faham terhadap jar majrur alal kursiyi itulah yang disebut sebagai muta'allaq. 

Karena kemudian ketika kita baca bismillahirrohmanirrohim, mesti para ulama memberikan tafsiran, 

  • Bada'tu (fiil madhi) 
  • atau abtadiu (fiil mudhore). 

Saya memulai pekerjaan ini, bi bismillahirrohmanirrohim. Asalnya begitu... Dengan menyebut nama Alloh. 

Jadi bi di situ, kalau seandainya ditanyakan mana muta'allaqnya? kata2 bada'tu, abtadiu. Yang penting saya tegaskan bahwa, hati2 terhadap huruf jar. Huruf jar termasuk kajian yang cukup sulit, apalagi kalau seandainya kita ngomong ma'ani hurufil jarri (makna2 huruf jar). Itu agak berat itu, ma'ani hurufil jarri itu berat. 

 

Usaha berbanding lurus, dengan hasil
Tapi bukan berarti, berat itu tidak bisa ditundukkan. Berat itu memungkinkan untuk ditundukkan seperti yang sering saya tegaskan, kalau orang lain bisa, kenapa kita tidak bisa?? Usahanya lah yang kemudian berbeda. Orang lain usahanya luar biasa, kita biasa biasa, sehingga perolehanya itu akan biasa biasa, karena usahanya biasa. Usaha itu, berbanding lurus dengan hasil, kalau seandainya usahanya 100, memungkinkan hasilnya 100. Tapi dipastikan kalau usahanya 50, maka tidak mungkin hasilnya akan 100. Usaha berbanding lurus dengan hasil. Memungkinkan, kalau usahanya 100, memungkinkan hasilnya juga 100, bisa jadi misalnya 90. Tapi kalau usahanya 50, tidak mungkin usahanya lebih dari itu. 

بقدر الكد تكتسب المعالي –  فمن طلب العلا سهر الليالي
بقدر الكد تعطي ما تروم – فمن رام المني ليلا يقوم

Bi qodril kaddi sesuai dengan ukuran kepayahan, payaho sampeyan.. harus payah sampeyan. Tuktasabul ma'ali derajat tinggi bisa diperoleh. Jadi kalau seandainya sampeyan ngantuk saja, ya gak akan dapat. Usaha itu berbanding lurus dengan hasil. Kita harus tingkatkan ikhtiyar insaniyah kita, baru kita ngomong tentang takdir Alloh. Jangan sedikit2 ya kalau Alloh Menghendaki, iya kalau Alloh menghendaki. Tapi kan Alloh itu punya hukum alam. Gak belajar tapi kepingin pinter itu sama dengan orang yang kepengin punya anak, tapi gak pernah menikah. Gimana caranya? Yo kalau Alloh menghendaki, yo jangan begitu. Kepingin punya anak gak menikah, langsung ngomong Alloh. Alloh kan punya hukum alam, begitu cara berfikirnya.

Jadi kalau ditanya pada lafadz bismi itu dimana muta'allaqnya? muta'allaq dari bismillahirrohmanirrohim adalah bada'tu, adalah abtadi'u. Saya memulai, pekerjaan maksudnya, bismillahirrohmanirrohim, dengan menyebut asma Alloh, itu semacam itu. 


Huruf Jar Zaid
Kalau huruf jar zaid itu bagaimana? justru kalau zaid itu beda dengan ini. Lawanya..

  • Dia tidak memiliki muta'allaq
  • Dia juga tidak memiliki makna khusus (laisa lahu ma'nan). Gak punya semua ini, gak punya muta'allaq. 
  • Juga gak berpengaruh juga pada kedudukan i'rob. Laisa lahu atsarun. 

Jadi ketika huruf jar zaid itu tidak terlalu penting, meskipun penting ketika dikaitkan dengan Al Quran. Karena tidak ada yang sia2 di dalam Al Quran. Kalau seandainya kita contohkan, alaisallohu bi ahkamil hakimin,

أليس الله بأحكم الحاكمين 

Ahkam itu isim tafdhil, yang paling bijak, yang paling adil. Itu asalahnya adalah Alaisallohu Ahkamal Hakimin (khobar dari laisa). 


أليس الله أحكم الحاكمين 

Asalnya ini, didatangkanlah yang namanya bi. Bi ini adalah zaid, ada tidak adanya tidak berpengaruh kepada i'rob, untuk apa ini? hanya untuk taukid, benar2. Semacam itu. Dia tidak berpengaruh kepada i'rob, ini meskipun bagaimana tetep dianggap sebagai khobar laisa. Jadi kebalikan dari huruf jar asli itu adalah zaid. Zaid itu adalah tidak memiliki muta'allaq, dia juga tidak memiliki arti secara khusus, sehingga keberadaanya memungkinkan dibuang. Juga tidak berpengaruh kepada i'rob, tetep saja, ahkamal hakimin itu jadi khobar dari laisa.  


Jar Majrur Syabihum Biz Zaid
Kalau syabihum biz zaid itu bagaimana ustadz? Kalau syabihum biz zaid itu adalah 
  • dia tidak memiliki muta'allaq
  • dia tidak memiliki pengaruh dari sisi i'rob, 
  • tapi dia memiliki arti secara khuus. 

Jadi pada syabihum biz zaid ini karakternya cuma satu, lahu ma'nan. Karena dia memiliki makna, maka demikian dia tidak memungkinkan untuk dibuang. Kalau seandainya kemudian saya contohkan misalnya, 

رُبَّ كاسيةٍ في الدنيا عارية في الآخرةِ

Seakan2 ini dibaca jar, tapi ini dijadikan mubtada, sudah biasa. Banyak sekali orang, itu yang pada waktu di dunia berpakaian, tapi 'ariyatun (telanjang) besuk fil akhiroti (di akhirat) karena apa? karena 'amalnya kurang. Karena tidak memiliki amal yang baik. Seakan sekarang pakai jas, pakai full dress macem2 sepatu macem2. Rubba kasiyatin fid dunya (banyak sekali orang yang di dunia berpakaian hebat, luar biasa) besuk 'ariyatun fil akhiroh (telanjang di akhirat). Oleh sebab itu panjenengan kudu berfikir, sampeyan berfikir kudu. Kita gak ada yang tambah umur itu gak ada, makin hari, kita makin dekat dengan kuburan kita. Siapa yang merasa makin hari makin jauh dari kuburan? Kalau kontrak kita 63 tahun, sekarang umur berapa? terus terkurangi satu hari, terkurangi satu hari. Menuju kuburan kita. 


Oleh sebab itu penting, ini tentang rubba (banyak sekali) orang yang pada saat di dunia, itu berpakaian hebat, lengkap, luar biasa. Pakai baju kebesaran, besuk 'ariyatun fil akhiroh (tapi telanjang, besuk di akhirat). Tentang rubba itu tidak bisa dibuang, kasiyatin disitu tetep dianggap sebagai mubtada, akan tetapi dia tidak memiliki dampak i'rob sama sekali. Kasiyatin itu tetep dianggap sebagai mubtada, karena rubba itu punya arti khusus. Yaitu banyak sekali, banyak. Kalau rubba nya hilang, ya hilang, orang yang berpakaian gitu saja. Ini menceritakan banyak sekali orang yang pada saat di dunia itu berpakaian, akan tetapi besuk telanjang di akhirat. Oleh sebab itu hati2, jadi orang setiap hari harus semakin baik. Jadi orang makin hari makin baik, jangan makin gak karu karuan. Diupayakan, makin tambah ilmu harus makin baik, dan seterusnya. Itu tentang huruf jar. 
  • Ada huruf jar ashli, 
  • ada huruf jar zaid, 
  • ada huruf jar syabihun biz zaid.  

Apa yang menjadi standar? standarnya 3, ketika lengkap, namanya ashli. Ketika sama sekali tidak ada, itu namanya zaid, ketika ada salah satu (yaitu punya makna) yaitu syabihun biz zaid. 

Lahu muta'allaq (dia memiliki muta'allaq)
Lahu atsarun fil i'rob (dia memiliki pengaruh di dalam i'rob)
yang ketiga adalah Lahu Ma'nan (dia memiliki makna)

Kalau ketiga ini ada, maka dia disebut sebagai huruf jar yang ashli. Tapi kalau seandainya gak ada semua, itu namanya zaid, 

Alaisallohu bih ahkamil hakimin
wa maallohu bi ghofilin amma ta'malun. 
bi ghofilin itu ghofilun, di datangkan untuk taukid. 

Huruf jar syabihun biz zaid. Syabihun biz zaid itu diserupakan dengan zaid. Dia memiliki satu karakter, dia memiliki arti khusus, sehingga keberadaanya tidak memungkinkan untuk kemudian dibuang. Itu tentang huruf jar, bismillahirrohmanirrohim. 


Sekarang kita masuk pada 
bisIsmillahi
Ismun sebagai mudhof
Alloh sebagai mudhofun ilaihi
itu merupakan susunan idhofah. 

Saya tegaskan, kalau seandainya kita bertemu dengan susunan idhofah, kalau kemudian dimasuki amil, maka pengaruh amil terletak pada mudhofnya. Bi adalah huruf jar, huruf jar itu adalah fungsinya mengejarkan. Pengaruh jarnya itu yang terdampak adalah mudhof. Mudhof ilaihi selalu dalam kondisi jar. (30.57)


Comments