Skip to main content

Kajian Ushul Fiqh | Kh. Abdul Haris | Metode Al Bidayah | Part 118



Berikut ini adalah kajian Ushul Fiqh, pembacaan Kitab Ushul Fiqh ke 118 oleh Kh. Abdul Haris. Kalian bisa mengikuti kajian beliau di channel metode Al Bidayah. Kajian praktek membaca kitab seperti ini bisa memberikan kepada kita wawasan, bagaimana terjun langsung menganalisis teks yang ada pada kitab. Semoga bermanfaat bagi kalian semua. Selamat menikmati. 


وثانيها: انطباق آياته على ما يكشفه العلم من نظريات علمية:

القرآن أنزله الله على رسول ليكون حجة له ودستوراً للناس، ليس من مقاصده الأصلية أن يقرر نظريات علمية في خلق السموات والأرض وخلق الإنسان وحركات الكواكب وغيرها من الكائنات، ولكنه في مقام الاستدلال على وجود الله ووحدانيته وتذكير الناس بآلائه ونعمه، ونحو هذا من الأغراض، جاء بآيات تفهم منها سنن كونية ونواميس طبيعية كشف العلم الحديث في كل عصر براهينها، ودل على أن الآيات التي لفتت إليها من عند الله لأن الناس ما كان لهم بها من علم، وما وصلوا إلى حقائقها وإنما كان استدلالهم بظواهرها، فكلما كشف البحث العلمي سنة كونية وظهر أن آية في القرآن أشارت إلى هذه السنة قام برهان جديد على أن القرآن من عند الله، وإلى هذا الوجه من وجوه الإعجاز أرشد الله سبحانه بقوله في سورة فصلت: } قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِن كَانَ مِنْ عِندِ اللَّهِ ثُمَّ كَفَرْتُم بِهِ مَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ هُوَ فِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ * سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ { [فصلت: 53،52].



وثانيها: انطباق آياته على ما يكتشفه العلم من نظريات علمية

وثانيها
Wa tsaniihaa (dan bermula yang kedua dari nawahil i'jaz)
kode bermula untuk mubtada'
Lan utawi kang kaping pindo saking nahawil i'jaz
utawi (kode mubtada)

Dijadikan apa ustadz? mubtada. Kenapa kok dijadikan Mubtada?
Iya karena ini adalah isim ma'rifat, jatuh di awal jumlah. Karena termasuk dalam kategori al mudhof ilal ma'rifah. Pokoknya begitu, kalau seandainya kita yakin sebuah kalimat ada di awal kalimat, sebuat kata di awal kalimat itu adalah sebuah isim ma'rifat. Apakah itu karena
  • Isim Dhomir
  • Isim Isyaroh
  • Isim Maushul
  • Isim Alam
  • Ada Al nya
  • Al Mudhof ilal Ma'rifat
Pokoknya isim ma'rifah yang enam itu kok ada di awal kalimat, kok ada di awal jumlah. Itu dipastikan itu ditentukan sebagai mubtada. Begitu caranya. 


وثانيها
Lalu, kemudian ketika dibaca rofa, kok tidak didhommah? 
Kok gak? wa tsaniyu haa?
kok wa tsanii haa?
Dalam konteks ini, perlu ada penegasan berulang ulang. Bahwa tidak semua perubahan i'rob harus dibuktikan dengan adanya tanda i'rob. Ini penting diulang-ulang, tidak semua tanda i'rob harus dibuktikan dengan adanya tanda i'rob. Karena demikian konsep Anwaa-ul I'rob sangat penting untuk kemudian difahami. Anwa-ul i'rob itu kemudian sangat penting untuk kemudian dikuasai. Perubahan I'rob memungkinkan dan tanda i'robnya kemudian memungkinkan untuk dimunculkan, itulah i'rob yang berkatagori lafdzi. Tapi ada juga yang, dimana perubahan i'rob itu sebenarnya ada tanda i'robnya, akan tetapi tanda i'robnya, karena alasan2 tertentu, tidak memungkinkan untuk kemudian dimunculkan, itulah yang kemudian disebut sebagai perubahan i'rob yang disebut dengan taqdiri. 

  • جاء مسى  - musa disitu jadi fail (subyek)
  • رايت مسى  - musa disitu jadi maf'ul bihi (obyek)
  • مررت بمسى -  musa disitu jadi majrur (di jarkan dengan huruf ب)

Tapi tetep saja, pada waktu rofa' dilafadzkan dengan musa, pada waktu nashob dilafadzkan dengan musa, pada waktu jar dilafadzkan dengan musa. Sama sekali, seakan2 tidak ada perubahan. Pada saat yang kita i'robi itu adalah isim manqush isim maqsur, al mudhof ilal yail mutakallim, secara umum i'robnya disitu adalah sifatnya taqdiri. Ada sebenarnya, perubahan itu ada tanda i'robnya ada sebenarnya, akan tetapi karena alasan tertentu, menjadi tidak memungkinkan untuk dimunculkan. Alasanya bisa jadi karena ta'atsur (tidak mungkin), tsiqol (berat). Ini sering kita ulang2.


Pembuangan Ya Lazimah
وثانيها
Apalagi ustadz? yang dijadikan pelajaran dalam konteks wa tsaniihaa? Isim manqush itu, ya lazimahnya memungkinkan untuk dibuang, memungkinkan untuk kemudian ditetapkan. Kapan kemudian dibuang? apabila 
  • tertulis tanpa AL
  • tidak dimudhofkan
  • tidak berkedudukan nashob
Maka ya lazimahnya itu harus dibuang. 

ثان
الثاني
ثانيها
ثانيا

قاض -tanpa AL tidak dimudhofkan dan tidak berkedudukan nashob
القاضي 
قاضي القضاة
قاضيا

Tanwin Iwadh
Itu semacam itu. Jadi penting untuk kemudian ditegaskan. Pada saat tertulis tanpa AL dan tidak dimudhofkan, serta tidak berkedudukan nashob, maka ya lazimahnya itu dibuang. Padahal dia itu merupakan lam fi'il. Bukti pembuangan itu, dibuktikan dengan adanya tanwin, tanwin itulah yang kemudian disebut sebagai tanwin iwadh (tanwin pengganti).



Khobarnya sekarang (adalah)
adalah itu khobar (kode khobar)

انطباق آياته
inthibaqu ayatihi (kesesuaian beberapa ayat al quran)
kesesuaian piro2 ayate al quran

انطباق
Inthibaaqu, itu tidak memungkinkan kecuali dianggap sebagai mashdar. Jadi apa disitu? kok kemudian dibaca rofa? jadi khobar. Kenapa kok jadi khobar? karena mutimmul faidah. Yang kedua dari nawahil i'jaz adalah 





على ما يكشفه العلم
'ala maa (atas sesuatu)
ing ngatase barang

yaksyifu (yang mengungkap)
kang mengungkap

hu (akan maa)
ing maa

fa'il dari yaksyifu al 'ilmu (ilmu)
opo? al 'ilmu (ilmu)


Isim Maushul
انطباق آياته على ما يكتشفه العلم من نظريات علمية
Ma yang ada disini disebut dengan maa maushul, karena demikian tidak memungkinkan kecuali ditulis dengan tambahan
  • shillatul maushul
  • dan 'aid
Apa shilatul maushul itu ustadz? shilatul maushul itu adalah jumlah baik ismiyah maupun fi'liyah yang jatuh setelah isim maushul.
 
Apa 'aa-idnya itu ustadz? 
'aa-id itu dhomir baik bariz maupun mustatir yang terdapat pada silatul maushul, yang kembalinya pada isim maushul. 

Bagaimana prakteknya disini ustadz? Kita menentukan isim maushul apakah maushulnya termasuk dalam kategori maushul khosh, atau musytarok. Pasti setelah itu ada kelengkapan, tidak mungkin tidak. Yang berupa jumlah, yang kemudian kita sebut sebagai shilatul maushul, yang di dalam jumlah itu pasti pada akhirnya dhomir baik bariz maupun mustatir yang kembalinya kepada isim maushul. Yang kemudian kita sebut sebagai a'id.  


Mendahulukan Maf'ul Bihi

يكشفه العلم

Yaksyifu sebagai fi'il, hu nya sebagai maf'ulun bihi, Al 'ilmu sebagai fa'ilnya. Kenapa disini maf'ul bihnya kok kemudian didahulukan ustadz? Secara umum begitu, kalau maf'ul bih nya berupa isim dhomir, sedangkan fa'ilnya berupa isim dzohir, maka hukumnya mendahulukan maf'ul bihi dan mengakhirkan fa'ilnya itu hukumnya wajib

Saya ulangi lagi, kalau seandainya maf'ul bih nya berupa isim dhomir, sementara failny berupa isim dzohir, maka mendahulukan maf'ul bihi dan mengakhirkan fa'il itu hukumnya wajib. Mana aplikasinya ustadz? 


Kode Akan ~ Maf'uh bihi

على ما يكتشفه
'Alaa maa (ing ngatase barang, atas sesuatu)
yakhsyifu (yang mengungkap)
hu (akan maa)
Akan itu adalah kode, saya mendapatkan seperti ini, cara pembacaan bahasa indonesia ini, itu dari Pondok saya. Itu langsung diasuh oleh Kh. Mahfudz, Rois Syuriyah wilayah Jawa Timur. Itu pakai Akan, ada yang kepada silahkan lah, pokoknya kalau saya membaca akan, itu adalah maf'ul bihi. Itu sama dengan bahasa jawa Ing.

Apa yang mengungkap? (kode apa? itu adalah fa'il) apa? al 'ilmu

yaksyifuhul 'ilmu itu adalah jumlah, jumlahnya adalah fi'liyah, jatuh setelah maa yang merupakan isim maushul. Inilah yang kemudian kita sebut sebagai? shilatul maushul. Mesti adanya itu, seperti yang saya katakan Isim maushul itu sebenarnya tidak makrifat2 amat. Isim maushul itu, kalau seandainya tidak ada bantuan yang berupa shilatul maushul, dan a'id, itu sama sekali tidak bisa difahami. 

Min Bayan
'ala maa (atas sesuatu...)
sesuatu saja...gak ada penjelasan apa shilatul maushulnya dan a'idnya? Itu menjadi tidak jelas. Kadang2, ketika sudah didatangkan shilatul maushul dan a'id, masih belum jelas, jadi perlu didatangkan min bayan. Contohnya adalah seperti ini

من نظريات علمية
min nadzoriyatin (dari beberapa teori)
saking piro2 teori
'ilmiyatin (yang bersifat ilmiah)
kang bersifat ilmiyah

Bagaimana kalau menerjemahkan? kalau seandainya disitu ada min bayan, yang jatuh sebelumnya itu masuk dalam kategori maa maushul? Seperti yang sudah pernah saya jelaskan, min bayan itu posisinya menggantikan isim maushul, maa itu tidak usah diterjemahkan dengan sesuatu, langsung digantikan nadzoriyatin 'ilmiyatin. 

Perhatikan
yang kedua dari nawahil i'jaz adalah kesesuaian ayat2 al quran, dengan? (langsung masuk, min bayan nya) teori2 ilmiyah yang diungkap oleh ilmu pengetahuan. 


Itu cara menerjemahkanya, kecenderunganya kalau seandainya kita menerjemahkan maf'ul muqoddam, kecenderunganya di majhulkan, meskipun susunanya tidak majhul. Saya ulangi lagi, kecenderunganya dalam konteks bahasa Indonesia, penerjemahan maf'ul muqoddam itu diungkapkan dengan menggunakan majhul, dipasihkan. Ayo diterjemahkan...

yang kedua dari nawahil i'jaz adalah kesesuaian ayat2 al quran, dengan? (langsung masuk, min bayan nya) teori2 ilmiyah yang diungkap oleh ilmu pengetahuan


Terjemahan huruf jar itu harus fleksible

jangan diterjemahkan dengan
kesesuaian ayat2 al quran dengan sesuatu yang ilmu mengungkapnya (angel... sulit) terjemahanya sulit kalau seandainya yaksyifu mau dikonsistenkan dengan ma'lum misalnya. Yaksyifu artinya mengungkap. Kenapa kok kemudian diterjemahkan diungkap? Kalau diterjemahkan mengungkap, itu justru sulit dalam konteks bahasa Indonesia. Saya ulangi lagi, Penerjemahan yang menggunakan maf'ul bihi muqoddam dan fa'il muakhkhor, kecenderunganya adalah di majhulkan. Kalau seandainya itu diterapkan di dalam konteks ini adalah yang kedua dari nawahil i'jaz adalah kesesuaian dari ayat2 Al Quran dengan kok dengan ustadz? 'ala? ya itu yang saya katakan. Penerjemahan yang namanya huruf jar harus fleksible. Terjemahan huruf jar itu harus fleksible. Tidak langsung 'ala, kalau kita menerjemahkan itu langsung mesti atas. Agak berat kalau seperti itu, kalau dalam konteks ini dalam konteks bahasa Indonesia, yang lebih komunikatif yang lebih memahamkan itu diterjemahkan dengan kata2 dengan. Coba...

انطباق آياته على ما يكتشفه العلم من نظريات علمية

Kesesuaian ayat2 Al Quran, (sesuai itu dengan)
dengan (langsung masuk)
teori2 ilmiah yang diungkap, oleh ilmu Pengetahuan. 
Enak terjemahan seperti itu, jangan pakai
Yang mengungkapnya, ilmu pengetahuan... kangelan kalau begitu. Jangan konsisten dalam konteks ini. Ini ma'lum ustadz, jangan diterjemahkan mengungkap, woh angel, lek ngono carane. 


القرآن أنزله الله على رسول ليكون حجة له ودستوراً للناس

Al Quranu (bermula Al Quran)
khobarnya khobar jumlah
adalah Anzala (menurunkan)
kok dibaca Anzala Ustadz? kok tidak dibaca anzalu? Perhatikan bahwa yang menjadi khobar itu bukan anzala, yang menjadi khobar itu adalah gabungan anzala (sebagai fi'il) hu (sebagai maf'ul bihi) Allohu (sebagai Fa'il). Gabungan Fi'il + Mb + F ini lah yang menjadi khobar dari Al Quranu. Bukan sekedar Anzala, kalau anzala itu fi'il madhi, kebetulan tidak bertemu dengan dhomir rofa' mutaharrik, dan wawu jamak. Setiap fiil madhi yang tidak bertemu dengan
Dhomir rofa' mutaharrik
dan wawu jamak
pasti mabniyun alal fathi (pakai fathah)
Inilah alasan kenapa disitu kok dibaca Anzala, bukan Anzal, bukan Anzaluu, 


hu (akan Al Quran)
Fa'il dari Anzala, siapa? Allohu (Gusti Alloh)

hu nya akan ustadz? iya
jadi apa? jadi maf'ul bihi. Kalau jadi maf'ul bihi jadi apa ustadz? Ya jelas manshubatul asma' ya di baca nashob. Kok dibaca hu ustadz? kok gak dibaca ha?
Ini wilayah yang sering saya tegaskan. Yang namanya harokat itu ada 2
  • Harokatul I'rob
  • Harokatul Bina'
Hu disitu adalah termasuk harokatul bina. Harokat bina' itu apa ustadz? harokat yang terdapat pada kalimah2 (kata2) yang mabni. Harokatul bina' itu dhommah tidak menunjukkan bahwa dia itu rofa', fathah tidak menunjukkan bahwa dia itu nashob, kasroh tidak menunjukkan bahwa dia itu jar. Itu namanya harokatul bina'. Harokatul bina' munculnya pada kalimah2 yang mabni. Baik isim maupun fi'il. 

Apa harokatul i'rob itu ustadz? 
Diulang-ulang karena pemula ya, harokatul i'rob itu adalah harokat yang muncul yang terdapat kalimah2 yang mu'rob, baik isim maupun fi'il. Dhommah itu menunjukkan rofa', Fathah itu menunjukkan nashob, Kasroh itu menunjukkan jar.

Hu disini itu termasuk dalam kategori isim dhomir, isim dhomir itu termasuk dalam kategori kalimah yang mabni atau isim yang mabni. Karena demikian, harokat yang dimilikinya, adalah merupakan harokatul bina. Karena demikian dhommah yang ada disitu bukan menunjukkan atau tidak menunjukkan bahwa dia itu dibaca rofa'. 


على رسوله ليكون حجة له ودستوراً للناس
Ala rosulihi (atas rosulnya Alloh)
liyakuna (supaya ada, apa? Al Quran)
khobar dari yakunu sekarang, 
adalah hujjatan (hujjah)

hujjatan jadi khobar kaana, Kaana itu merupakan tarfa'ul isma wa tanshibul khobar. Menashobkan isim dan merofa'kan khobar, mana isimnya? yakunu disitu isimnya berupa
Dhomir mustatir
jawazan, taqdiruhu huwa
yang dikembalikan kepada Al Quranu


ليكون حجة له ودستوراً للناس
Liyakuna (supaya ada, apa? Al Quran)

Khobar dari yakuunu adalah 
hujjatan (argumentasi)
lahu (bagi rosul)
wa dusturon ( dan merupakan undang2)
lin naasi (bagi manusia)


القرآن أنزله الله على رسول ليكون حجة له ودستوراً للناس
Al Quranu (utawi Al Quran)
khobar sekarang, iku
Anzala ( wus nurunaken)
hu (ing Al Quran)
sinten?
Allohu ( Gusti Alloh)
'ala rosulihi (ing ngatase Rosule Gusti Alloh)
Liyakuna (supoyo ono, opo? Al Quran)
khobar saking yakunu 
iku hujjatan ( dadi argumentasi, hujjah)
Lahu (maring rosul)
wa dusturan (lan dadi undang2)
lin naasi (kaduwe menungso)


Mubtada - Khobar
Al Quranu dibaca rofa' disitu, lagi lagi (diulang2). Al Quranu itu isim yang ada Al nya, karena demikian, ini termasuk dalam kategori isim makrifat. Dibaca rofa' karena dia jadi mubtada. Setiap kita menemukan isim makrifat, pasti disitu mubtada. Mubtada harus dibaca rofa', itu begitu pasti. Al Quranu itu dibaca rofa dengan menggunakan dhommah, lebih disebabkan karena Al Quranu disitu adalah isim mufrod. Khobarnya mana?

Khobarnya adalah Anzalahullohu. Kenapa? kok ditentukan sebagai khobar? karena anzalahullohu itu adalah jumlah yang berfungsi sebagai mutimmul faidah. Kalau seandainya diberi adalah dalam bahasa Indonesia itu cocok. Kalau seandainya diberi kata2 iku dalam bahasa jawa itu cocok. Kalau seandainya diberi kata2 panekah dalam bahasa madura itu cocok. 

Al Quranu
(utawi al quran)
(bermula Al Quran)

iku (nah... cocok)
adalah

anzala (wus nurunaken)
telah menurunkan

hu (ing al quran)
akan al quran

sinten?
siapa? 
Allohu ( Gusti Alloh)



Lam yang masuk pada fiil mudhore

ليكون حجة له ودستوراً للناس
Sekarang masuk pada liyakuna, perhatikan. Lam yang dibaca kasroh pada fi'il mudhore itu dibagi dua. Ini diulang2 ya. Lam yang dibaca kasroh masuknya pada fi'il mudhore itu dibagi dua, 

Ada yang berfungsi sebagai jazim - menjazmkan - menjadi amil jazm
Ada yang berfungsi sebagai nashib - menashobkan - menjadi amil nashob

Ketika lam yang ada pada fiil mudhore itu diatasnamakan amil jazm, maka namanya itu adalah lamul amri. 

لينفقْ - hendaknya, seseorang yang memiliki keluasan, kejembaran, itu berinfaq. Kenapa kok disukun? karena ada lamnya, lam yang dikasroh. Lam yang dikasroh, dalam fi'il mudhore, itu disebut dalam konteks itu menjazmkan, disebut sebagai lamul amri. 

Lam amar, yang menjazmkan fiil mudhore itu, yang dibaca kasroh. Itu memungkinkan tidak dibaca kasroh, ketika kapan? ketika ditambah oleh wawu dan fa. 


ditambah fa
فلْيقل خيرا 
asalnya adalah 

فلِيقل

atau ditambah wawu
ولْتكن منكم
asalnya adalah

ولِتكن منكم

awalnya dikasroh, setelah ditambah wawu dan fa akhirnya disukun. Itu namanya lam amar. 


Lam Nashib
Memungkinkan dianggap sebagai amil nashob, maka ketika amil nashob namanya ada dua. Memungkinkan untuk disebut sebagai lamu ta'lil atau lamu kay
Memungkinkan itu disebut sebagai lamul juhud

Kapan ustadz? lam yang dikasroh yang menashobkan itu disebut dengan lamu kay? 
kalau seandainya dia tidak didahului oleh kaana manfi
kapan disebut oleh lamul juhud, kalau di dahului oleh kana manfi (kaana yang dinafikan)

وما كان الله ليضيع ايمانكم
dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu

وكذلك جعلناكم أمة وسطا لتكونوا شهداء على الناس ويكون الرسول عليكم شهيدا وما جعلنا القبلة التي كنت عليها إلا لنعلم من يتبع الرسول ممن ينقلب على عقبيه وإن كانت لكبيرة إلا على الذين هدى الله وما كان الله ليضيع إيمانكم إن الله بالناس لرؤوف رحيم
Surat Al Baqoroh: 143

maka lam yang ada disitu tidak disebut sebagai lamu kay, tidak disebut sebagai lamu ta'lil. Akan tetapi disebut sebagai lamul juhud. Yang menashobkan, lam yang dikasroh itu ada dua nama. Ada yang diatasnamakan 
  • lamu kay/ ta'lil (alasan terhadap sesuatu)
  • lamu juhud (menyangkal)
Liyakuna kalau seandainya kita lihat seperti itu, Lam yang ada disini dianggap sebagai lamu ta'lil. Oleh karena demikian, berarti dia berarti alasan. Kenapa kok disebut sebagai lamu ta'lil, karena lebih disebabkan karena disitu memang tidak didahului oleh kana yang dinafikan. 


Huruf Jar La

ليكون حجة له ودستوراً للناس
Lahu disitu, adalah termasuk huruf jar lamnya itu. Loh huruf jar lam itu biasanya kan dibaca fathah ustadz? Dibaca fathah apabila dia tidak masuk pada isim dhohir. Dibaca selain fathah (dikasroh) itu kalau seandainya masuk pada isim dzomir. Kalau masuk pada isim dhomir itu difathah memang. 

lahu 
lahuma
lahum

lahaa
lahumaa
lahunna

laka 
lakumaa
lakum

laki
lakumaa
lakunna

lii
lanaa


tapi kalau lil ustadz, kasroh. Lil ustadzaini (untuk dua guru) pakai kasroh. Karena masuk pada isim dzohir. Tapi kalau majrurnya berupa isim dhomir, itu difathah. 






Comments