Skip to main content

Kh. Abdul Haris | Metode Al Bidayah | Nadzom2 pilihan | Teori Dasar Ilmu Nahwu dan Shorof (3)

 

Tulisan ini, kami cuplik dari video beliau yang ada di channel Al Bidayah, yang langsung diajarkan oleh Dr. Abdul Haris, dengan Metode Al Bidayah, dari Al Bidayah Jember, Jawa Timur. Kami mohon ijin untuk menurunkanya dalam bentuk tulisan, apa yang sudah beliau sampaikan, agar bisa menjadi catatan tersendiri bagi kami khususnya, dan mungkin bisa bermanfaat bagi temen2 sekalian. Amin


Selamat menikmati


Assalamu'laikum warohmatullohi wabarokatuh

Pada kesempatan ini, Saya kepingin menjelasakan tabel2 yang ada di dalam buku kami. Yaitu buku yaitu buku teori dasar Ilmu Nahwu dan Shorof (tingkat pemula). Karena memang kalau tidak mendapatkan pengalaman langsung dari Al Bidayah terasa sulit, apa maksud dari penulis, begitu.

Saya (jelaskan) yang pertama dari nadzom2 yang ada ini. Nadzom2 yang sudah diperbesar ini, memang ada petunjuk dibaca bersama dan dihafalkan. Ini di lembaga kami, setiap mau memulai pelajaran, yaitu sehabis maghrib, sehabis jama'ah, dan seterusnya. Ini memang dibaca bersama2. Kenapa kok kemudian harus dibaca bersama-sama? Lebih disebabkan karena, menurut kami, hal2 yang terkait dengan pembagian2 itu sulit kalau tidak dibantu dengan cara nadzom. 


Misalnya: 

Terkait dengan An Nawashib. An Nawashib itu apa saja? kalau seandainya dihafalkan dengan cara nadzom, ini cuman misalnya hanya 3 nadzom. Ini cuman 3baris ini. Dan ini menurut kami, cukup membantu anak (ketika kemudian hafal) disuruh menjelaskan kira2 amil nashob itu apa saja? Nah itu langsung bisa. 

 


Awamil Nawaashib

Awamil Nashob ( An Nawaashib) diambil dari Nadzom Imrithy 97, 98, 99

فانْصِبْ بِعَشْرٍ وَهِيَ أَنْ وَلَنْ وَكَيْ … كَذَا إِذَنْ إِنْ صُدِّرَتْ وَلاَمُ كَيْ 

Maka nashobkanlah  fi'il mudhore' dengan sepuluh ('amil)

yaitu (huruf) اَنْ (bahwa/untuk), dan لَنْ (tidak akan/tidak pernah), dan كَىْ (agar/supaya) 

Demikian pula اِذَنْ (jika demikian) bila ada di depan dan lamnya kay لِ ( / agar/supaya) 


وَلاَمْ جَحْدٍ وَكَذَا حَتَّى وَأَوْ … وَالْوَاوُ وَالْفَا فِي جَوَابٍ وَعَنَوْا

Lam juhud لِ ( agar/supaya, biasanya didahului huruf nafi), 

demikian pula حَتَّى (dengan makna كَيْ/agar atau اِلَى/sampai) 

dan اَوْ (dengan makna اِلَّا/kecuali atau اِلَى/sampai atau ta'lil) 

dan wawu (وَ dengan makna مَعَ/bersama), fa' jawab (..فَ/maka) 

yang telah dimaksudkan oleh ulama ahli nahwu


بِهِ جَوَاباً بَعْدَ نَفْيٍ أَوْ طَلَبْ … كَلاَ تَرُمْ عِلْماً وتَتْرُك التَّعَبْ 

Sebagai jawaban setelah nafi atau tholab Seperti لَا تَرُمْ عِلْمًا وَتَتْرُكَ التَّعَبْ 

(jangan engkau mengharapkan ilmu sedangkan engkau tak mau berlelah lelah)




Awaamil Jawaazim

Amil2 yang menjazmkan Fi'il Mudhore'

diambil dari Nadzom Imrithy 100, 101, 102

 وَجَزْمُهُ بِلَمْ وَلَمَّا قَدْ وَجَبْ … وَلاَ وَلاَمٍ دَلَّتَا عَلَى الطَّلَبْ

Jazemnya fi'il mudhore' dengan لَمْ (tidak) لَمَّا (belum) hukumnya wajib 

لَا (jangan) dan lam (..لِ / hendaklah) yang keduanya menunjukkan pada tholab



 كَذَاكَ إِنْ ومَا وَمَنْ وَإِذَ مَا … أَيٌّ مَتَى أَيَّانَ أَيْنَ مَهْمَا 

Demikian pula اِنْ (jika) مَا (sesuatu, ma syarthiyah) مَنْ (barang siapa. man syarthiyyah) اِذْ مَا (karena sesuatu yang) # أَيُّ (apa saja) مَتَى (kapanpun) أَيَّانَ (kapan saja) اَيْنَ (di mana/ke mana) مَهْمَا (apa saja)



 وَحَيْثُمَا وَكَيْفَمَا وَأَنَّى … كَإِنْ يَقُمْ زَيْدٌ وَعَمْرٌ قمْنَا 

حَيْثُمَا (kemana pun/di mana pun) كَيْفَمَا (bagaimana pun) اَنَّى (di mana pun) # Seperti اِنْ يَقُمْ زَيْدٌ وَعَمْرٌ قُمْنَا (jika Zaid dan Umar berdiri, maka kami berdiri)




Kaana wa Akhwatuhaa

Akhowatu Kana -diambil dari Nadzom Imrithy 134, 135, 136


كَذَاكَ أَضْحى ظَلَّ بَاتَ أَمْسى ... وَهَكَذَ أَصْبَحَ صَارَ لَيْسَا 

Demikian itu juga اَضْحَى (waktu dluha) ظَلَّ (waktu siang) بَاتَ (waktu malam)

 اَمْسَى (waktu sore) Demikian ini أَصْبَحَ (waktu pagi) صَارَ (menjadi) لَيْسَ (tidak/bukan)


فَتِىءَ وَانْفَكَّ وَزَالَ مَعْ بَرِحْ ... أَرْبَعُهَا مِنْ بَعْدِ نَفْيٍ تَتَّضِحْ 

فَتِئَ (henti-hentinya) اِنْفَكَّ (henti-hentinya) زَالَ (henti-hentinya) بَرِحَ (henti-hentinya)  

Keempatnya itu jatuh setelah huruf nafi sudah menjadi jelas


 كَذَاكَ دَامَ بَعْدَ مَا الظَّرْفِيَّهْ ... وَهْيَ الَّتِي تَكُونُ مَصْدِرِيَّهْ

Demikian pula دَامَ (selama) jatuh setelah ma dhorfiyyah 

Yaitu ma yang menjadi masdariyyah (sebagai alat menakwilkan fiil sesudahnya dengan masdar)



Saudara2nya kanaa itu kan banyak, itu semua adalah teman2nya kana (saudara2nya) kana. Karena itu banyak sekali, kalau tidak dihafalkan dalam bentuk nadzom, memungkinkan ada yang tersisa. Tapi kalau dihafalkan menjadi nadzom, itu menjadi tidak tersisa (tak ada yang terlewat). Ketika tiga nadzom ini dihafalkan, sapu bersih sudah. Temen2nya kana semuanya kena. 



Inna wa Akhwatuhaa

Akhwat Inna, diambil dari Nadzom Imrithy 140


َّوَمِثْلُ إنَّ أنَّ لَيْتَ فِي العَمَلْ -- وَهَكَذَا كَأَنَّ لَكِنَّ لَعَل

Seumpama lafadz inna yaitu اَنَّ (sesungguhnya/bahwa) لَيْتَ (andai) di dalam pengamalannya 

Demikian pula كَأَنَّ (seperti bahwa) لَكِنَّ (tetapi) لَعَلَّ (agar/supaya/semoga)


Ini adalah contoh2 ketika nadzom itu hafal, ini sudah kena sapu bersih. 

إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيءٍ قَدِيرٌ

أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله

لَيْتَ الشَّباَّ يَعُودُ يَوماً

كَأَنَّكَ نَاءِلٌ مَرَامَكَ

هُوَ عَالِمٌ لَكِنَّهُ غَيرُعَامِلٍ

لَعَلَّ عَلِيٌّ مَرِيضٌ




DZONNA WA AKHWATUHAA

Akhowat Dzonna diambil dari Nadzom Imrithy 145, 146

ُكَخِلْتُهُ حَسِبْتُهُ زَعَمْتُهُ    رَأَيْتُهُ وَجَدْتُهُ عَلِمْتُه

Seperti خِلْتُهُ (aku mengira dia) حَسِبْتُهُ (aku menyangka dia) زَعَمْتُهُ (aku menyangka dia) 

رَاَيْتُهُ (aku melihatnya) عَلِمْتُهُ (aku mengetahuinya) وَجَدْتُهُ (aku mendapatinya)


جَعَلْتُهُ اتَّخَذْتُهُ وَ كُلِّ مَا    مِنْ هَذِهِ صَرَفْته فَلْيُعْلَمَا

جَعَلْـتُهُ (aku menjadikannya) اِتَّخَذْتُهُ (aku menjadikannya) dan setiap lafadz 

Dari lafadz-lafadz ini yang telah kamu tashrifkan, maka hendaklah diketahui


Ini saya sedang kepingin menjelaskan bahwa dzonna dan akhwatuha itu banyak. Dzonna yang masuk pada mubtada khobar yang memiliki pengamalan tanshibul mubtada wal khobaro anlaa annahumaa maf'ulaani laha. Jadi itu mau saya, jadi ini dihafalkan setiap hari. Ini dihafalkan setiap hari, pada akhirnya, coba sebutkan amil2 nashob. Coba sebutkan amil2 jazm, coba sebutkan teman2nya kaana. Coba sebutkan temen2nya ini. Coba sebutkan temen2nya dzonna, itu akhirnya semuanya bisa. Gitu lho. Karena? nadzomnya sudah hafal. 



HURUF ATHOF

Macam2 Huruf Athof

diambil dari Nadzom Imrithy 158


بِالْوَاوِ وَالْفَاءِ أَوْ وَأَمْ وَثُمَّ -- حَتَّى وَبَلْ وَلَا وَلَكِنْ إمَّا 

Dengan wawu (dan), dan fa' (lalu), اَوْ (atau), dan اَمْ (atau) dan ثُمَّ (kemudian) 

 حَتَّــى (sehingga/sampai) dan بَلْ (namun/bahkan) dan لَا (tidak/bukan) dan لَكِنْ (tetapi) dan اِمَّا (adakalanya). Ini adalah nadzom, huruf athof tidak hanya wawu, banyak. Huruf athof itu banyak sekali, ada wawu ada fa ada am ada bal ada lakin... dst.



TAUKID

Macam2 Taukid diambil dari Nadzom Imrithy 163

ُوَلَفْظُهُ مَشْهُوْرٌ فِيْهِ أَرْبَعُ -- نَفْسٌ وَعَيْنٌ  ثُمَّ كُلٌّ اجْمَع

Lafadnya muakkid yang dikenal ada empat 
Yaitu نَفْسٌ (diri sendiri) عَيْنٌ (keadaan), kemudian كُلٌّ (setiap) اَجْمَعُ (semua)

wa lafdzuhu, ini saya kepingin menjelaskan tentang, ketika kita berbicara tentang taukid, Taukid itu misalnya menggunakan maknawi, dengan menggunakan alfadzun maklumatun. Coba sebutkan, apa saja lafadz2 yang dipersiapkan untuk taukid maknawi? 

نَفْسٌ – عَيْنٌ – كِلَا – كِلْتَا – كُلٌّ – جَمِيْعٌ – عَامَةٌ

 




BADAL

Macam2 Pembagian Badal diambil dari Nadzom Imrithy 170

كُلٌّ وَبَعْدٌ وَاشْتِمَلٌ وَغَلَطْ -- كَذَاكَ إضْرَابٌ فَبِالْخَمْسِ انْضَبَطْ

Yaitu Badal Kullun (semua), Badal Ba'dun (sebagian), Badal Isytimal (mencakup), Badan Gholath (kekeliruan) Demikian juga Badal Idhrob (mencakup), maka badal dikategorikan menjadi 5 macam. Ini sedang menjelaskan tentang badal, badal itu ada banyak. 

 


ISTISTNA

Macam2 Adat Istisna dan Mustatsna. diambil dari Nadzom Imrithy 210, 211,218, 219


وَلَفْظُ الْإسْتِثْنَى الَّذِي لَهُ حَوَى -- إلَّا وَغَيْرُ وَسِوًا سُوًى سَوَاء

Lafadz istisna' terkumpul 

 Adalah سُوًى, سِوًى, غَيْرُ, اِلَّا dan سَوًا


ِخَلَا عَدَا حَاشَا فَمَعْ إلَّا انْصِبِ -- مَا أخْرَجَتْ مِنْ ذِي تَمَامٍ مُوْجَب

حَاشَا, عَدَا, خَلَا, maka nashobkanlah dengan اِلَّا 

 Isim yang dikecualikan (mustasna) dari golongan kalam tam dan kalam mujab


وَ خَفْضُ مُسْتَثْنَى عَلَى الْإطْلَاقِ -- يَجُوْزُ بَعْدَ السَّبْعَةِ الْبَوَاقِى 

Jernya mustasna secara mutlak. Diperbolehkan setelah tujuh huruf istisna' (selain اِلَّا)


وَ النَّصْبُ أَيْضًا جَائِزٌ لِمَنْ يَّشَا -- بِمَا خَلاَ وَمَا عَدَا وَمَا حَشَا

Menashobkan juga diperbolehkan bagi orang yang menginginkan 

dengan lafadz مَا حَشَا, مَا عَدَا, مَا خَلَا



NIDA

Macam2 Adat Nida dan Munada

diambil dari Nadzom Majmu' Muhimmat Al mutun

diambil dari Nadzom Imrithy 227, 228

diambil dari Nadzom Alfiyah Ibnu Malik 582


َوَ نَادِ مَنْ تَدْعُوْ بِياَ أَوْ بِأَيَا  -- أَوْ هَمْزَةٍ أَوْ أَيْ وَإنْ شِئْتَ هَيا

Dan panggilah, siapa? siapa yang memanggil dengan lafadz ya, lafadz ayya, lafadz hamzah, atau lafadz ai atau waa kalau engkau mau pakai lafadz hayyaa.


ْخَمْسٌ تُنَادَى وَهِيَ مُفْرَدٌ عَلَمْ -- وَمُفْرَدٌ مُنَكَّرٌ قَصْدً يُؤَم

Isim munada itu ada lima, yaitu mufrod alam, Mufrod nakiroh maksudah


ُوَمُفْرَدٌ مُنَكَّرٌ سِوَاهُ -- كَذَا الْمُضَافُ وَالَّذِي ضَاهَاه

Mufrod nakiroh selain maksudah (mufrod nakiroh ghoiru maksudah)

Demikian pula mudhof dan munada serupa mudhof


Yang dipanggil itu siapa saja? 

َوَاجْعَلْ مُنَادَى صَحَّ إنْ يُضَفْ لِيَا -- كَعَبْدِ عَبْدِي عَبْدَ عَبْدَا عَبْدِيا




Bab 'ADAD

Tentang Bab Adad 3-10, yang wajib dikasih ta marbuthoh diambil dari Nadzom Alfiyah Ibnu Malik 726



ْثَلاَثَةٌ بِالتَّاءِ قُلْ لِلْعَشْرَة ْ-- فِي عَدِّمّاأَحَدُهُ مُذَكَرَة

Ucapkan angka Tsalatsatun (tiga) sampai ‘Asyarotun (sepuluh) dg menggunakan Ta’ didalam menghitung sesuatu yg mufrodnya Mudzakkar

Sebaliknya buanglah Ta’nya (pada mufrod ma’dud muannats). Jarkanlah! Lafazh Mumayyiz/Ma’dud yg jamak qillah pada kebanyakannya (daripada yg jamak katsrohnya). 



Pengamalan ISIM SIFAT

Syarat2 Isim Sifat bisa beramal sebagaimana fi'ilnya, diambil dari nadzom Alfiyyah Ibnu Malik 429

وَوَلِيَ اسْتِفْهَامًا أَوْ حَرْفَ نِدَا -- أَوْ نَفْيًا أَوْ جَاصِفَةً أَوْ مُسْنَادَا



Pengamalan Mashdar

Syarat2 Mashdar dan Isim Mashdar beramal sebagaimana fi'ilnya. Diambil dari Nadzom Alfiyyah Ibnu Malik 424, 425

ْبِفِعْلِهِ الْمَصْدَرَ أَلْحِقْ فِي الْعَمَلْ -- مُضَافًا أَوْ مُجَرَّدًا أَوْ مَعَ أل

ْإِنْ كَانَ فِعْلٌ مَعَ أَنْ أَوْ مَا يَحُلْ -- مَحَلَّهُ وَلِاسْمِ مَصْدَرٍ عَمَل



Jawab Syarat pakai fa ف

ِإِسْمِيَّة طَلَبِيَّةٌ وَبِجَامِدِ -- وَبِمَا وَقَدْ وَبِلَنْ وَبِالتَّنْفِيْس



Hukum adat syarat ammaa

Ketentuan Adat Syarat Ammaa, diambil dari Nadzom Alfiyyah Ibnu Malik 712

أَمَّا كَمَهْمَا يَكُ مِنْ شَيْءٍ وَفَا -- لِتَلْوِ تِلْوِهَا وُجُوْباً أُلِفَا

Amma termasuk adat syarat yang selalu diiringi oleh fa. Itulah yang ditekankan pada bait nadzom di atas.  أما dimaknai dengan  مهما يكن من شيئ . Di dalam lafadz Amma tersimpan makna syarat, sehingga bisa dikatakan sebagai adatusy syarthi. Apa bukti amma sebagai adat syarat, karena dia mesti diiringi huruf fa, dan itu hukumnya wajib (wujuban).  Amma merupakan huruf tafshil dan ibtida'. Dinamakan huruf tafhsil, karena dia berfungsi menafshil, memisahkan antara jumlah yang mengikutinya dengan kalam yang ada sebelumnya.  Dan juga berfungsi mentafshil kalam. Dinamakan ibtida, karena idealnya amma itu ada (di awal) kalimat. 


لأنها تفصل الجملة التي تليها عن الكلام الذي قبلها 

وتفصل الكلام تفصيلا


Contoh di dalam Al Quran penggunaan Amma dan fa

فأما اليتيم فلا تقهر. وأما السائل فلا تنهر


Misal:

أكرمت زيدا  ,وأما عمرا فلم أكرمه

أما زيد فأكرمه ,وأما عمرو فأهنه

مهما يكن من شيء فأكرم زيدا


Lafadz idz dan haitsu 

Lafadz Idz dan Haitsu yang selalu diidhofahkan kepada jumlah (kalimat), diambil dari Nadzom Alfiyyah Ibnu Malik 399

ْوَأَلْزَمُوْا إِضَافَةً إِلَى الْجُمَلْ --  حَيْثُ وَإِذْ وَإِنْ يُنَوَّنْ يُحْتَمَل



I'rob Isim ma'rifat yang bertemu isim isyarat 

ْمُعَرَّفٌ بَعْدَ إشَارَةٍ بِأَلْ -- أُعْرِبَ نَعْتًا أَوْ بَيَانًا أَوْ بَدَل


Jadi penting untuk dijelaskan, bahwa yang namanya nadzom2 ini memang bertujuan untuk mempermudah ketika terkait dengan pembagian2 yang banyak. Hukum2 yang banyak, dan seterusnya itu. Ini kalau di kami, itu dibaca setiap hari. Pokoknya setiap mau memulai pelajaran, itu dibaca. Jadi kami itu kepingin mempermudah, ketika anak itu menyebutkan

  • nawashib itu apa saja?
  • jawazim itu apa saja?
  • huruf athof itu apa saja?
  • adatul istisna itu apa saja?
  • kemudian pembagian badal itu apa saja?
  • dst. 


Itu cukup dengan nadzom2 yang sering kita baca setiap hari.


Comments