Berikut ini adalah transkrip teks Kajian Kh. Abdul Haris metode al bidayah jember, yang kami sajikan dalam bentuk tulisan. Semoga bisa sedikit sekali membantu kalian semua untuk menangkap apa yang telah beliau sampaikan.
Munada adalah bagian dari manshubatul asma' (isim2 yang dibaca nashob). Apa Munada itu? Munada adalah isim yang dibaca nashob yang jatuh setelah huruf nida. Yang mana sering dikatakan bahwa huruf nida ini mewakili ad'u yang dibuang (memanggil, siapa? saya). Jadi kalau seandainya kita contohkan
يا رسول الله
Kata2 yaa disini, sebenarnya merupakan pengganti dari ad'uu yang dibuang. Karena yaa ini adalah pengganti dari ad'uu yang dibuang, maka substansinya munada ini adalah maf'ulun bihi. Ini sekedar wacana, meskipun namanya bukan maf'ul bih. Tapi banyak analisis yang mengatakan bahwa yaa.. (wahai) itu sama dengan aku memanggil, kami memanggil, dan seterusnya. Sehingga ini kemudian ketika masuk dalam kategori manshubatul asma'. Ketika kemudian yaa itu ditakwilkan atau dikira2kan ad'uu yang dibuang, itu masuk akal juga.
Jadi saya ulangi lagi, bahwa yang dimaksud dengan munada itu adalah isim yang dibaca nashob, yang jatuh setelah huruf nida.
kita contohkan misalnya
يا رسول الله
Huruf nida itu banyak, terkumpul dalam satu bait nadzom.
و ناد من تدعو بيا أو بأيا -- أو همزة أو أي وإن شئت هيا
Huruf nida itu banyak, akan tetapi dari yang banyak itu.. yang seringkali digunakan adalah huruf nidaa yaa يا
- (أَيْ) dan (أَ) dipakai untuk menyeru sesuatu yang dekat
- (أَياَ), (هَياَ) dan (آ) guna menyeru sesuatu yang jauh
- (ياَ) untuk seluruh munada, baik dekat, jauh atau sedang
- (وَا) guna ratapan, yaitu dipakai untuk meratapi sesuatu yang dirasakan sakit
أَيُّهَا Bagi isim mudzakkar
أَيَّتُهَا Bagi isim muannats
Aqsamul munada, munada itu banyak macamnya. Ada yang disebut sebagai
- mufrod ma'rifah / mufrod 'alam
- nakiroh maqsudah
- nakiroh ghoiru maqsudah
- mudhof
- syabihun bil mudhof
Jadi pembagian munada itu ada 5. Selalu dalam buku saya saya tuliskan, hati2 menerjemahkan istilah mufrod. Mufrod ini muncul dalam bab apa? itu sangat berpengaruh pada penerjemahanya. Kalau seandainya kita sedang menerjemahkan mufrod dalam bab kata (kalimah) maka ini adalah lawan dari tatsniyah dan jamak. Kalau kita menerjemahkan murfod itu kaitanya dengan bab hal, khobar, na'at, maksudnya disini adalah lawan dari jumlah. Kalau kita berbicara mufrod itu dalam konteks ini (munada), dalam konteks laa allati li nafyil jinsi, maka istilah mufrod disini diterjemahkan bukan mudhof, dan juga bukan syabihun bil mudhof.
Saya ulangi lagi, hati2 menerjemahkan istilah mufrod. Mufrod banyak penerjemahanya. Istilah mufrod diterjemahkan beda, ketika babnya juga berbeda. Kalau seandainya kita menerjemahkan mufrod itu konteksnya adalah kalimah, maka itu lawan dari tatsniyah dan jamak, berarti ini tunggal. Tapi kemudian kita bertemu dengan istilah mufrod, muncul dalam bab hal, khobar, dan na'at maka mufrod disini adalah lawan dari jumlah.
misalnya
جاء رجل ماهر
ini namanya na'at mufrod. Lawanya bagaimana? misalnya
جاء رجل يقرأ القرآن
yaqro-u al qurana namanya na'at jumlah. Ada na'at mufrod, ada na'at jumlah.. kenapa na'at mufrod? karena na'at ini terbuat dari isim sifat, bukan terbuat dari jumlah.
Ada khobar mufrod, ada khobar jumlah misalnya
محمد قائم - khobar mufrod
محمد يكتب الدرس - khobar jumlah. Kata2 yaktubu ad darsa adalah khobar. Khobarnya terbuat dari yaktubu plus huwa yang ada di dalamnya. Plus ad darsa sebagai maf'ul bih. Gabungan yaktubu + huwa sebagai fa'il + ad darsa sebagai maf'ul bih itu namanya khobar jumlah.
Ada khobar mufrod, ada khobar jumlah. Istilah mufrod dalam bab khobar itu lawan dari jumlah. Sekarang kita lanjutkan, bab hal.
جاء محمد راكبا
ini hal yang mufrod. Mufrod karena terdiri dari isim sifat.
جاء محمد يركب السيارة - yarkabu assayaarota itu adalah jumlah, berarti disini adalah hal jumlah.
Itu terjemahan konteks mufrod dalam hal khobar dan na'at.
Dalam konteks yang sedang kita bahas sekarang, mufrod diterjemahkan beda. Yang dimaksud dengan mufrod disitu adalah bukan merupakan mudhof, dan bukan merupakan syabihun bil mudhof.
Contoh munada mufrod
يا مجمد
lawanya, misalnya...
يا رسول الله
atau syabihun bil mudhof
يا طالبا علما
Jadi kenapa kok disebut dengan munada mufrod? karena bukan merupakan munada mudhof dan syabihun bil mudhof. Hati2 menerjemahkan istilah mufrod.
Pembagian munada, ada yang disebut sebagai
- mufrod ma'rifah / mufrod 'alam
- nakiroh maqsudah
- nakiroh ghoiru maqsudah
- mudhof
- syabihun bil mudhof
- يا مجمد - mufrod ma'rifah
- يا رجل - mufrod nakiroh maqsudah dengan tidak ditanwin.
- يا رجلا - mufrod nakiroh ghoiru maqsudah
- dengan tanwin
- يا رسول الله - mudhof
- يا طالبا علما - shabihun bil mudhof
Kalau seandainya kita lihat dari contoh2 munada ini, maka bisa kita simpulkan bahwa
mufrod ma'rifah dan mufrod nakiroh maqsudah itu hukumnya mabniyyun 'ala maa yurfa'u bihi. Sedangkan yang mufrod nakiroh ghoiru maqsudah, mudhof, dan syabihun bil mudhof itu semua mu'rob. Perhatikan...
mabniyyun 'ala maa yurfa'u bihi (dimabnikan sesuai dengan tanda rofa'nya). Karena kebetulan ini adalah isim mufrod, isim mufrod tanda rofa'nya adalah dengan menggunakan dhommah, maka disini dimabnikan ala dhommi. Ya rojulu itu termasuk dalam kategori isim mufrod, tanda rofa nya itu dengan menggunakan dhommah, karena demikian mabniyyun alad dhommi.
يا ايها الكافرون
ini dianggap mabniyyun, mabni disini. Kenapa kok al kafiruuna pakai wawu disini? ya karena disini munadanya adalah mufrod ma'rifah. Maka dia berhukum mabniyyun ala maa yurfa'u bihi, karena al kafiruna adalah jamak mudzakkar salim. Jamak mudzakkar salim itu ditandai pada waktu rofa'nya dengan menggunakan wawu, maka disini mabniyyun alal wawi. Mabniyyun ala maa yurfa'u bihi, di mabnikan sesuai dengan tanda rofa'nya.
Sedangkan selanjutnya,
nakiroh ghoiru maqsudah, mudhof, dan syabihun bil mudhof, itu semuanya adalah mu'rob.
Apa bedanya nakiroh maqsudah dan nakiroh ghoiru maqsudah? Nakiroh maqsudah itu adalah nakiroh tapi dituju, oleh sebab itu dalam sebagian referensi, istilah nakiroh maqsudah itu sudah masuk dalam kategori isim ma'rifat. Kita memanggil orang.. tapi maksudah (orang itu) sudah jelas, sudah tertentu. Jadi sifat dasarnya itu mirip dengan ma'rifah. Karena demikian, maka secara hukum ya sama dengan ma'rifah yaitu mabniyyun ala maa yurfa'u bihi.
Bentuknya nakiroh, karena tidak ada al nya, tidak dimudhofkan dan seterusnya itu, tapi maqsudah, yaitu nakiroh tetapi sudah ditentukan. Ada yang nakiroh ghoiru maqsudah, Nakiroh yang tidak ditentukan, bagaimana gambaranya itu? kalau seandainya misalnya ada seseorang yang minta tolong. Kemudian dia misalnya ngomong sembarangan, apakah disitu ada orang laki2 atau tidak ada orang laki2, yaa rojulan... itu gambaran dari nakiroh ghoiru maqsudah. Dan tidak ditentukan pada orang2 tertentu. Ya gambaranya itu misalnya, ada orang yang minta tolong, tolongg.... tolongg.... itu misalnya, dia seenaknya ngomong sudah, tidak tertentu pada orang tertentu. Kalau yang maqsudah itu tertentu pada orang tertentu. Kalau yang ghoiru maqsudah itu tidak ditujukan pada orang tertentu. Perbedaan antara nakiroh maqsudah dan nakiroh ghoiru maqsudah itu seperti itu. Konsekuensi dan dampak i'robnya, itu juga beda. Kalau ini yang nakiroh maqsudah kategori yang sama dengan mufrod ma'rifah, yaitu mabniyyun ala maa yurfa'u bihi. Kalau yang nakiroh ghoiru maqsudah, mudhof, dan syabihun bil mudhof, termasuk dalam kategori mu'rob.
Itulah perbedaan antara nakiroh maqsudah dan nakiroh ghoiru maqsudah. Sekarang saya akan menjelaskan tentang wacana mabni dan mu'rob. Kenapa dua yang pertama yaitu
- يا مجمد - mufrod ma'rifah
- يا رجل - mufrod nakiroh maqsudah dengan tidak ditanwin.
atau dia dimudhofkan.
يا مجمد
- gak ada AL nya
- dia dimudhofkan
- dia juga statusnya juga bukan isim ghoiru munshorif
- gak ada AL nya
- dia dimudhofkan
- dia juga statusnya juga bukan isim ghoiru munshorif
- ada AL nya.
- dimudhofkan
- berupa isim ghoiru munshorif
- يا رجلا - mufrod nakiroh ghoiru maqsudah
- dengan tanwin
- يا رسول الله - mudhof
- يا طالبا علما - shabihun bil mudhof
- يا مجمد - mufrod ma'rifah
- يا رجل - mufrod nakiroh maqsudah dengan tidak ditanwin.
- يا مجمد - mufrod ma'rifah
- يا رجل - mufrod nakiroh maqsudah dengan tidak ditanwin.
- يا مجمد - mufrod ma'rifah
- يا رجل - mufrod nakiroh maqsudah dengan tidak ditanwin.
- يا مجمد - mufrod ma'rifah
- يا رجل - mufrod nakiroh maqsudah dengan tidak ditanwin.
- يا مجمد - mufrod ma'rifah
- يا رجل - mufrod nakiroh maqsudah dengan tidak ditanwin.
- يا رجلا - mufrod nakiroh ghoiru maqsudah
- dengan tanwin
- يا رسول الله - mudhof
- يا طالبا علما - shabihun bil mudhof
- أي - ayyun mushlatun
- ها - ha tanbih
- أي - ayyun mushlatun
- ها - ha tanbih
- يا مجمد - mufrod ma'rifah
- يا رجل - mufrod nakiroh maqsudah dengan tidak ditanwin.
- يا رجلا - mufrod nakiroh ghoiru maqsudah
- dengan tanwin
- يا رسول الله - mudhof
- يا طالبا علما - shabihun bil mudhof
Kemudian selanjutnya, dari pembagian itu maka muncullah dua hukum, yaitu mabni dan mu'rob. Kenapa dua hukum itu kok mabni? lebih disebabkan karena disitu ada keanehan yang perlu dijelaskan oleh para ulama. Mabni lebih disebabkan karena menurut logika dasar, itu tidak memungkinkan seperti lafadz
- ya rojulu
- ya muhammadu
و ناد من تدعو بيا أو بأيا -- أو همزة أو أي وإن شئت هيا
Dan panggilah, siapa? siapa yang memanggil
dengan lafadz ya, lafadz ayya, lafadz hamzah, atau lafadz ai
atau kalau engkau mau pakai lafadz hayyaa
ومفرد منكر سواه -- كذا المضاف والذي ضاهاه
- والأفصح والأكثر من هذه الأمثلة الأول وهو حذف الياء والاكتفاء بالكسرة نحو: {يَا عِبَادِ فَاتَّقُون} 1
- ثم الثاني: وهو ثبوتها ساكنة نحو: {يَا عِبَادِي لا خَوْفٌ عَلَيْكُم} 2
- 3 وأما المثال الثالث وهو حذف الألف والاجتزاء بالفتحة فأجازه الأخفش والمازني والفارسي كقوله من الوافر
- 4ثم الرابع: وهو قلب الكسرة فتحة والياء ألفًا نحو: {يَا حَسْرَتَا}
- والخامس: وهو ثبوتها مفتوحة نحو: {يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا} 5
- وهذا هو الأصل
Comments
Post a Comment