Skip to main content

Kh. Abdul Haris | Metode Al Bidayah | Bab Munada (72)

 

Berikut ini adalah transkrip teks Kajian Kh. Abdul Haris metode al bidayah jember, yang kami sajikan dalam bentuk tulisan. Semoga bisa sedikit sekali membantu kalian semua untuk menangkap apa yang telah beliau sampaikan. 

Munada adalah bagian dari manshubatul asma' (isim2 yang dibaca nashob). Apa Munada itu? Munada adalah isim yang dibaca nashob yang jatuh setelah huruf nida. Yang mana sering dikatakan bahwa huruf nida ini mewakili ad'u yang dibuang (memanggil, siapa? saya). Jadi kalau seandainya kita contohkan

يا رسول الله

Kata2 yaa disini, sebenarnya merupakan pengganti dari ad'uu yang dibuang. Karena yaa ini adalah pengganti dari ad'uu yang dibuang, maka substansinya munada ini adalah maf'ulun bihi. Ini sekedar wacana, meskipun namanya bukan maf'ul bih. Tapi banyak analisis yang mengatakan bahwa yaa.. (wahai) itu sama dengan aku memanggil, kami memanggil, dan seterusnya. Sehingga ini kemudian ketika masuk dalam kategori manshubatul asma'. Ketika kemudian yaa itu ditakwilkan atau dikira2kan ad'uu yang dibuang, itu masuk akal juga. 


Jadi saya ulangi lagi, bahwa yang dimaksud dengan munada itu adalah isim yang dibaca nashob, yang jatuh setelah huruf nida. 

kita contohkan misalnya

يا رسول الله

Rosulalloh inilah yang kemudian sebagai munada. 
yaa itulah yang disebut sebagai harfun nida (huruf nida)

Huruf nida itu banyak, terkumpul dalam satu bait nadzom.

و ناد من تدعو بيا أو بأيا  -- أو همزة أو أي وإن شئت هيا

wa naadi man (dan memanggillah kamu terhadap orang)

Huruf nida itu banyak, akan tetapi dari yang banyak itu.. yang seringkali digunakan adalah huruf nidaa yaa يا

  • (أَيْ) dan (أَ) dipakai  untuk menyeru sesuatu yang dekat
  • (أَياَ), (هَياَ) dan (آ) guna  menyeru sesuatu yang jauh
  • (ياَ) untuk seluruh  munada, baik dekat, jauh atau sedang
  • (وَا) guna  ratapan, yaitu dipakai  untuk meratapi sesuatu yang dirasakan  sakit

أَيُّهَا Bagi  isim mudzakkar
أَيَّتُهَا Bagi  isim muannats


Aqsamul munada, munada itu banyak macamnya. Ada yang disebut sebagai

  • mufrod ma'rifah / mufrod 'alam
  • nakiroh maqsudah
  • nakiroh ghoiru maqsudah
  • mudhof
  • syabihun bil mudhof

Jadi pembagian munada itu ada 5. Selalu dalam buku saya saya tuliskan, hati2 menerjemahkan istilah mufrod. Mufrod ini muncul dalam bab apa? itu sangat berpengaruh pada penerjemahanya. Kalau seandainya kita sedang menerjemahkan mufrod dalam bab kata (kalimah) maka ini adalah lawan dari tatsniyah dan jamak. Kalau kita menerjemahkan murfod itu kaitanya dengan bab hal, khobar, na'at, maksudnya disini adalah lawan dari jumlah. Kalau kita berbicara mufrod itu dalam konteks ini (munada), dalam konteks laa allati li nafyil jinsi, maka istilah mufrod disini diterjemahkan bukan mudhof, dan juga bukan syabihun bil mudhof.

Saya ulangi lagi, hati2 menerjemahkan istilah mufrod. Mufrod banyak penerjemahanya. Istilah mufrod diterjemahkan beda, ketika babnya juga berbeda. Kalau seandainya kita menerjemahkan mufrod itu konteksnya adalah kalimah, maka itu lawan dari tatsniyah dan jamak, berarti ini tunggal. Tapi kemudian kita bertemu dengan istilah mufrod, muncul dalam bab hal, khobar, dan na'at maka mufrod disini adalah lawan dari jumlah.

misalnya

جاء رجل ماهر

ini namanya na'at mufrod. Lawanya bagaimana? misalnya

جاء رجل يقرأ القرآن

yaqro-u al qurana namanya na'at jumlah. Ada na'at mufrod, ada na'at jumlah.. kenapa na'at mufrod? karena na'at ini terbuat dari isim sifat, bukan terbuat dari jumlah.

Ada khobar mufrod, ada khobar jumlah misalnya

محمد قائم - khobar mufrod

محمد يكتب الدرس - khobar jumlah. Kata2 yaktubu ad darsa adalah khobar. Khobarnya terbuat dari yaktubu plus huwa yang ada di dalamnya. Plus ad darsa sebagai maf'ul bih. Gabungan yaktubu + huwa sebagai fa'il + ad darsa sebagai maf'ul bih itu namanya khobar jumlah.

Ada khobar mufrod, ada khobar jumlah. Istilah mufrod dalam bab khobar itu lawan dari jumlah. Sekarang kita lanjutkan, bab hal.

جاء محمد راكبا

ini hal yang mufrod. Mufrod karena terdiri dari isim sifat.

جاء محمد يركب السيارة - yarkabu assayaarota itu adalah jumlah, berarti disini adalah hal jumlah.

Itu terjemahan konteks mufrod dalam hal khobar dan na'at.


Dalam konteks yang sedang kita bahas sekarang, mufrod diterjemahkan beda. Yang dimaksud dengan mufrod disitu adalah bukan merupakan mudhof, dan bukan merupakan syabihun bil mudhof.


Contoh munada mufrod

يا مجمد

lawanya, misalnya...

يا رسول الله

atau syabihun bil mudhof

يا طالبا علما

Jadi kenapa kok disebut dengan munada mufrod? karena bukan merupakan munada mudhof dan syabihun bil mudhof. Hati2 menerjemahkan istilah mufrod. 

Pembagian munada, ada yang disebut sebagai 

  • mufrod ma'rifah / mufrod 'alam
  • nakiroh maqsudah
  • nakiroh ghoiru maqsudah
  • mudhof
  • syabihun bil mudhof
Contohnya bagaimana? misalnya.
  • يا مجمد - mufrod ma'rifah
  • يا رجل - mufrod nakiroh maqsudah dengan tidak ditanwin. 
  • يا رجلا - mufrod nakiroh ghoiru maqsudah
  • dengan tanwin
  • يا رسول الله - mudhof
  • يا طالبا علما - shabihun bil mudhof


Kalau seandainya kita lihat dari contoh2 munada ini, maka bisa kita simpulkan bahwa

mufrod ma'rifah dan mufrod nakiroh maqsudah itu hukumnya mabniyyun 'ala maa yurfa'u bihi. Sedangkan yang mufrod nakiroh ghoiru maqsudah, mudhof, dan syabihun bil mudhof itu semua mu'rob. Perhatikan...

mabniyyun 'ala maa yurfa'u bihi (dimabnikan sesuai dengan tanda rofa'nya). Karena kebetulan ini adalah isim mufrod, isim mufrod tanda rofa'nya adalah dengan menggunakan dhommah, maka disini dimabnikan ala dhommi. Ya rojulu itu termasuk dalam kategori isim mufrod, tanda rofa nya itu dengan menggunakan dhommah, karena demikian mabniyyun alad dhommi.


يا ايها الكافرون

ini dianggap mabniyyun, mabni disini. Kenapa kok al kafiruuna pakai wawu disini? ya karena disini munadanya adalah mufrod ma'rifah. Maka dia berhukum mabniyyun ala maa yurfa'u bihi, karena al kafiruna adalah jamak mudzakkar salim. Jamak mudzakkar salim itu ditandai pada waktu rofa'nya dengan menggunakan wawu, maka disini mabniyyun alal wawi. Mabniyyun ala maa yurfa'u bihi, di mabnikan sesuai dengan tanda rofa'nya.

Sedangkan selanjutnya,

nakiroh ghoiru maqsudah, mudhof, dan syabihun bil mudhof, itu semuanya adalah mu'rob.


Apa bedanya nakiroh maqsudah dan nakiroh ghoiru maqsudah? Nakiroh maqsudah itu adalah nakiroh tapi dituju, oleh sebab itu dalam sebagian referensi, istilah nakiroh maqsudah itu sudah masuk dalam kategori isim ma'rifat. Kita memanggil orang.. tapi maksudah (orang itu) sudah jelas, sudah tertentu. Jadi sifat dasarnya itu mirip dengan ma'rifah. Karena demikian, maka secara hukum ya sama dengan ma'rifah yaitu mabniyyun ala maa yurfa'u bihi.

Bentuknya nakiroh, karena tidak ada al nya, tidak dimudhofkan dan seterusnya itu, tapi maqsudah, yaitu nakiroh tetapi sudah ditentukan. Ada yang nakiroh ghoiru maqsudah, Nakiroh yang tidak ditentukan, bagaimana gambaranya itu? kalau seandainya misalnya ada seseorang yang minta tolong. Kemudian dia misalnya ngomong sembarangan, apakah disitu ada orang laki2 atau tidak ada orang laki2, yaa rojulan... itu gambaran dari nakiroh ghoiru maqsudah. Dan tidak ditentukan pada orang2 tertentu. Ya gambaranya itu misalnya, ada orang yang minta tolong, tolongg.... tolongg.... itu misalnya, dia seenaknya ngomong sudah, tidak tertentu pada orang tertentu. Kalau yang maqsudah itu tertentu pada orang tertentu. Kalau yang ghoiru maqsudah itu tidak ditujukan pada orang tertentu. Perbedaan antara nakiroh maqsudah dan nakiroh ghoiru maqsudah itu seperti itu. Konsekuensi dan dampak i'robnya, itu juga beda. Kalau ini yang nakiroh maqsudah kategori yang sama dengan mufrod ma'rifah, yaitu mabniyyun ala maa yurfa'u bihi. Kalau yang nakiroh ghoiru maqsudah, mudhof, dan syabihun bil mudhof, termasuk dalam kategori mu'rob.

Itulah perbedaan antara nakiroh maqsudah dan nakiroh ghoiru maqsudah. Sekarang saya akan menjelaskan tentang wacana mabni dan mu'rob. Kenapa dua yang pertama yaitu

  • يا مجمد - mufrod ma'rifah
  • يا رجل - mufrod nakiroh maqsudah dengan tidak ditanwin.
disebut sebagai mabni? Muhammad, yaa Muhammadu disitu disebut sebagai mabniiyyun ala maa yurfa'u bihi, lebih disebabkan karena disitu ada keanehan. Muhammadu disitu disebut sebagai mabniyyun ala maa yurfa'u bihi lebih disebabkan karena disitu ada keanehan. Keanehanya adalah, Muhammadun tidak ditanwin.  Oleh orang arab tidak ditanwin disitu. Padahal sebuah kalimat, untuk kemudian tidak ditanwin, itu harus ada alasan. Sebuah kalimat itu tidak ditanwin itu ada alasanya. Sebuah kalimah (kata) isim tidak ditanwin itu ada alasanya
yang pertama karena dia itu memang ada al nya
atau dia dimudhofkan. 
atau dia termasuk isim ghoiru munshorif

Contoh Munada Muhammadu
يا مجمد
itu tidak ditanwin, padahal dia bukan isim ghoiru munshorif. Karena demikian kalau tidak dalam konteks munada, dia ditanwin, seperti
جاء محمد

Kok aneh? lafadz muhammadu misalnya jadi munada ini. Kenapa? dia
  • gak ada AL nya
  • dia dimudhofkan
  • dia juga statusnya juga bukan isim ghoiru munshorif

Keanehan itulah yang kemudian dicoba dicari solusinya oleh para ulama. Caranya bagaimana? dengan istilah mabniyyun ala maa yurfa'u bihi. Karena dalam tataran selanjutnya, bisa dipastikan diantara yang tidak ditanwin disini, itu adalah karena mabni. Jadi pada akhirnya karena disini berhukum mabni, karena ada keanehan tadi. Jadi wacana mabni mu'rob ini lebih pada (menurut saya) kenapa disini kok tidak ditanwin? yang tidak ada alasan. Alasan tidak mentanwin sebuah isim karena

  • gak ada AL nya
  • dia dimudhofkan
  • dia juga statusnya juga bukan isim ghoiru munshorif
karena dia dimudhofkan, karena dia berupa isim ghoiru munshorif. Muhammadun itu tidak ada al nya, tidak dimudhofkan, juga bukan merupakan isim ghoiru munshorif. Terbukti misalnya ketika tidak dalam konteks munada

ٌجاء محمد
جاء رجلٌ
muhammadun ditanwin ini. Rojulun juga begitu, ditanwin juga. Tapi ketika yaa rojulu tidak ditanwin disini. Jadi alasan mabni, lebih disebabkan karena disini ada yang aneh, yang kemudian tidak mampu untuk dijelaskan secara kaidah normal.

Kaidah normalnya, sebuah kalimat isim tidak ditanwin ya harus karena
  • ada AL nya.
  • dimudhofkan
  • berupa isim ghoiru munshorif
Rojulu dan Muhammadu tidak ada al nya, tidak dimudhofkan, juga bukan isim ghoiru munshorif, tapi realitasnya tidak ditanwin. Inilah yang kemudian memunculkan wacana mabni. Mabniyyun ala maa yurfa'u bihi, dimabnikan sesuai dengan tanda rofa'nya. Karena demikian, lafadz yang tidak aneh di bawah ini maka berhukum mu'rob.

  • يا رجلا - mufrod nakiroh ghoiru maqsudah
  • dengan tanwin
  • يا رسول الله - mudhof
  • يا طالبا علما - shabihun bil mudhof

Rojulan disini adalah ditanwin, ya rosululalloh disini tidak ditanwin lebih disebabkan karena disini tidak dimudhofkan. Yaa tholiban ilma, di tholiban ada tanwin, tidak aneh. Karena demikian tidak perlu ada yang dijelaskan dalam konteks ghoiru maqsudah, munada mudhof, dan munada syabihun bil mudhof. Menurut logika kaidah normal, ini sudah  clear, sudah sudah tidak ada penjelasan. 

Tapi kalau dua ini harus ada penjelasan. 
  • يا مجمد - mufrod ma'rifah
  • يا رجل - mufrod nakiroh maqsudah dengan tidak ditanwin.
Ketika dalam konteks menjadi munada, dia kok tidak ditanwin? padahal tidak ada AL nya, padahal tidak dimudhofkan. Padahal bukan merupakan isim ghoiru munshorif. Inilah alasan, kenapa kok kemudian dari pembagian munada itu, diwujudkan menjadi dua hukum. Ada yang mabni, ada yang mu'rob. Mabni apa? mabni yang mana? yang pertama...

  • يا مجمد - mufrod ma'rifah
  • يا رجل - mufrod nakiroh maqsudah dengan tidak ditanwin.
Kenapa kok kemudian mabni? karena disitu terjadi keanehan. Kenapa kok dianggap keanehan? karena Muhammadu tidak ditanwin, karena rojulu tidak ditanwin. Padahal, ini harusnya ditanwin. Kenapa?? karena isim normal itu kalau mau seandainya tidak ditanwin itu harus kalau ada AL nya. Harus karena dimudhofkan. Harus karena isim ghoiru munshorif. 

  • يا مجمد - mufrod ma'rifah
  • يا رجل - mufrod nakiroh maqsudah dengan tidak ditanwin.
Di dalam contoh di atas, gak ada AL, dan tidak dimudhofkan dan bukan isim ghoiru munshorif, tapi kok realitasnya tidak ditanwin? ini menjadi penting untuk kemudian direnungkan. Kenapa?? kok kemudian ada pembagian ini? karena ini basisnya rasional. Jadi ulama nahwu itu berusaha untuk konsisten, harus mencoba untuk menjelaskan kenapa? kok kemudian muhammdu ini kok tidak ditanwin? 

  • يا مجمد - mufrod ma'rifah
  • يا رجل - mufrod nakiroh maqsudah dengan tidak ditanwin.
Itu alasan terakhirnya adalah mabniyyun ala maa yurfa'u bihi. Jadi kemudian itu yang penting untuk ditegaskan. Jadi tentang pembagian munada itu ada istilah mabni, ada istilah mu'rob. Kenapa kok kemudian muncul istilah mabni, dan istilah mu'rob ini? lebih disebabkan karena para ulama kepingin menjelaskan, ada hal yang aneh dalam dua yang pertama ini yaitu:
  • يا مجمد - mufrod ma'rifah
  • يا رجل - mufrod nakiroh maqsudah dengan tidak ditanwin.
Anehnya dimana? disini kok tidak ditanwin? padahal tidak ada AL nya, padahal bukan isim ghoiru munshorif, padahal tidak dimudhofkan. Dalam konteks selanjutnya...

  • يا رجلا - mufrod nakiroh ghoiru maqsudah
  • dengan tanwin
  • يا رسول الله - mudhof
  • يا طالبا علما - shabihun bil mudhof
sama sekali tidak ada keanehan. Sehingga dihukumi mu'rob. Itu tentang pembagianya semacam itu. 



Munada pakai AL
Selanjutnya sekarang, bagaimana kalau kita mencoba untuk, yang menjadi munada itu ada AL nya. 

Seperti lafadz AL KAFIRUUN
Kalau seandainya realitasnya kita menemukan, yang namanya munada nya itu ada AL nya.
 
نداء ما فيه ال

nidau maa fihi AL, kalau dalam bahasa kitab2. 
Kalau realitasnya misalnya disitu itu kok kemudian ada AL nya, maka yang namanya huruf nida ini, tidak bisa langsung masuk pada munada. Jadi gak boleh misalnya...

يا الرجل - ini tidak boleh

kenapa? karena ada AL nya. Bagaimana realitasnya kalau seandainya munada nya itu ada ALnya? kalau seandainya seperti itu, maka AL disini harus digabung dengan 
  • أي - ayyun mushlatun
  • ها - ha tanbih
Sehingga yang tepat adalah 
يا أيها الرجل

Jadi semacam itu, tolong diperhatikan. Kalau kemudian munada nya ada AL nya, maka tidak memungkinkan huruf nida itu langsung masuk, harus ada tambahan ayyun dan ha. Inilah kemudian tulisanya menjadi 

يا أيها الكافرون
Kenapa? kok diberi ayyuhaa, lebih disebabkan karena calon munadanya itu ada AL nya. Karena demikian huruf yaa ini tidak bisa langsung, harus ada tambahan ayyuhaa. 

  • أي - ayyun mushlatun
  • ها - ha tanbih

Ayyun mushlatun dan ha tanbih ini menyesuaikan, kalau seandainya munadanya itu adalah muannats itu ayyatun, kalau mudzakkar itu pakai ayyun. Inilah alasan, kenapa kok kemudian kalau kita lihat dalam konteks Al Quran, 


يا أيتها النفس المطمئنة
buktinya apa an nafsu itu muannats, itu sifatnya na'atnya itu pakai ta marbuthoh, muthmainnah. Karena demikian tidak memungkinkan untuk dituliskan langsung. 

يا النفس المطمئنة
harus ditambah dengan ayyun mushlatun dan ha tanbih, 
karena disini berhukum muannats, maka harus ditambahi ayyatun bukan ayyun. jadi...'

يا أيتها النفس المطمئنة

Khusus untuk lafadz Alloh, memungkinkan meskipun disini didahului oleh AL. Memungkinkan untuk kemudian dimasuki oleh huruf yaa. yaa Alloh. Itu kita kenal dalam konteks bahasa arab. Disini lafadz Alloh masuk yang mutstastna, pengecualian. dari munada2 yang ada AL nya. Khusus lafadz Alloh, ketika yaa nya ini dibuang, diganti dengan
Allohumma - mim yang ditasydid itu menggantikan huruf yaa (adatun nida)

Jadi kemudian penting untuk ditegaskan, yang pertama tentang definisi untuk munada itu sendiri, isim yang dibaca nashob, yang jatuh setelah huruf nida. Huruf nida itu banyak, nah huruf nida itu apa saja, saya tulis di buku besar kajian nahwu shorof metode al bidayah. Itu terkenal dengan nadzom, 


و ناد من تدعو بيا أو بأيا  -- أو همزة أو أي وإن شئت هيا

huruf nida itu banyak, tapi yang terkenal adalah يا . Munada ini tidak sering kita jumpai di dalam teks. Tapi kalau di dalam al quran, di dalam al hadits, itu banyak kita jumpai. Oleh sebab itu penting untuk kemudian diajarkan. 

Kemudian (diulangi lagi) pembagian munada itu banyak... ada lima

  • يا مجمد - mufrod ma'rifah
  • يا رجل - mufrod nakiroh maqsudah dengan tidak ditanwin. 
  • يا رجلا - mufrod nakiroh ghoiru maqsudah
  • dengan tanwin
  • يا رسول الله - mudhof
  • يا طالبا علما - shabihun bil mudhof 


Hati2 menerjemahkan istilah mufrod, mufrod tidak selalu diterjemahkan lawan dari tatsniyah dan jamak. Mufrod memungkinkan diterjemahkan lawan dari jumlah. Mufrod juga memungkinkan diterjemahkan lawan dari Mudhof dan Syabihun bil Mudhof. Tergantung dengan kira2 kita berbicara dalam konteks apa? 

Kemudian selanjutnya, dari pembagian itu maka muncullah dua hukum, yaitu mabni dan mu'rob. Kenapa dua hukum itu kok mabni? lebih disebabkan karena disitu ada keanehan yang perlu dijelaskan oleh para ulama. Mabni lebih disebabkan karena menurut logika dasar, itu tidak memungkinkan seperti lafadz 
  • ya rojulu
  • ya muhammadu
itu tidak ditanwin. 

Karena demikian disitu jelas2 tidak ada AL nya, tidak dimudhofkan, dan bukan isim ghoiru munshorif. Alasan satu2nya sebuah kalimah (kata) isim tidak ditanwin lebih disebabkan adalah mabni, karena demikian dua pembagian yang pertama disebut sebagai mabniyyun ala maa yurfa'u bihi. Tiga pembagian yang kedua itu tidak ada keanehan, karena demikian disebut sebagai hukumnya mu'rob. 


Huruf nida, itu tidak memungkinkan langsung masuk kepada munada yang ada AL nya, harus ada tambahan. aiyyun mushlatun dan haa tanbih
Atau ditambah isim isyaroh 
yaa ar rojulu (tidak memungkinkan)
yaa hadzar rojulu (memungkinkan)
jadi ada dua, pakai aiyyun mushlatun dan haa tanbih, dan pakai isim isyaroh. 

Khusus lafadz Alloh itu memungkinkan untuk huruf nida langsung masuk ke lafadz Alloh. Dan yaa nida nya memungkinkan untuk diganti dengan mim yang ditasydid yang diletakkan di akhir lafadz Alloh. Yang akhirnya menjadi... Allohumma. 

Itu yang mungkin bisa saya sampaikan tentang munada ini, kurang lebihnya mohon maaf, 
wa billahittaufiq wal hidayah 
was salamu 'alaikum warohmatullohi wa barokatuh




و ناد من تدعو بيا أو بأيا  -- أو همزة أو أي وإن شئت هيا

Dan panggilah, siapa? siapa yang memanggil

dengan lafadz ya, lafadz ayya, lafadz hamzah, atau lafadz ai 

atau kalau engkau mau pakai lafadz hayyaa


خمس تنادى وهي مفرد علم -- ومفرد منكر قصد يؤم

Isim munada itu ada lima, yaitu mufrod 'alam 
Mufrod nakiroh maksudah

ومفرد منكر سواه -- كذا المضاف والذي ضاهاه


Mufrod nakiroh selain maqsudah (mufrod nakiroh ghoiru maqsudah
Demikian pula mudhof dan munada serupa mudhof

(bait di atas diambil dari bait nadzom Imrithy



dimudhofkan dengan ya mutakallim
Bagaimana munada itu?  ketika dimudhofkan dengan ya mutakallim

واجعل منادى صح إن يضف ليا -- كعبد عبدي عبد عبدا عبديا


bait di atas diambil dari bait nadzom Alfiyah Ibnu Malik
  • والأفصح والأكثر من هذه الأمثلة الأول وهو حذف الياء والاكتفاء بالكسرة نحو: {يَا عِبَادِ فَاتَّقُون} 1
  • ثم الثاني: وهو ثبوتها ساكنة نحو: {يَا عِبَادِي لا خَوْفٌ عَلَيْكُم} 2
  • 3 وأما المثال الثالث وهو حذف الألف والاجتزاء بالفتحة فأجازه الأخفش والمازني والفارسي كقوله من الوافر
  • 4ثم الرابع: وهو قلب الكسرة فتحة والياء ألفًا نحو: {يَا حَسْرَتَا
  • والخامس: وهو ثبوتها مفتوحة نحو: {يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا} 5
  • وهذا هو الأصل

Comments