Skip to main content

Kh. Abdul Haris | Metode Al Bidayah | Isim 'Adad (44)

 

Materi2 ISIM SHIFAT itu menjadi sangat penting bagi kita untuk dikuasai, karena pada akhirnya akan berdampak serius pada pemahaman kita tentang na'at man'ut. Jadi harus dihafal, harus dikuasi dan seterusnya. Untuk selanjutnya kita akan membahas tentang 'adad. Ada adad ada ma'dud. Isim Adad. 


Isim Adad

  • Tartibi
  • Hisabi


Isim Adad
  • Mudhof
  • Murokkab
  • Uqud
  • Ma'thuf


Pembagian Isim 'adad -TARTIBI dan HISABI

Isim adad (bilangan) yang pertama yang penting untuk pembagianya ada yang disebut sebagai adad tartibi dan hisabi. 

Tartibi itu maksudnya tingkatan, 
yang pertama, yang kedua, yang ketiga.. dst. 


Isim Adad Tartibi




Kalau hisabi itu satu dua tiga empat dst. 

Isim Adad Hisabi



Dalam konteks kajian isim adad, pembagian tartibi dan hisabi sangat penting, karena ini akan berdampak serius dalam analisis teks. 

Kapan kita tentukan isim adad itu adalah tartibi? kalau seandainya dia mengikuti wazan fa'ilun. Kapan kita anggap isim adad itu TIDAK menunjukkan tingkatan? atau hisabi kalau tidak mengikuti wazan fa'ilun


jadi bisa dengan mudah kita terapkan, misalnya

خمس - karena tidak mengikuti wazan fa'ilun ini artinya lima. 

خامس - ini artinya yang kelima, karena mengikuti wazan fa'ilun



Pokoknya kalau mengikut wazan fa'ilun, itu menunjukkan tingkatan. Dampaknya apa? hisabi dan tartibi ini kok penting untuk ditegaskan? karena dalam tataran selanjutnya ada adad dan ma'dudnya (itu punya ketentuan yang berbeda). 


العدد

المعدود

'Adad (hitungan) 'Ma'dud (yang dihitung) 


Misalnya:

  • Lima Murid
  • Lima adalah 'Adad
  • Murid adalah yang dihitung

Dalam konteks isim adad tartitibi dan hisabi ini konsep adad ma'dudnya itu adalah penting untuk kemudian diperhatikan. Ketika adadnya itu adalah tartibi, itu antara adad dan ma'dudnya harus ada kesesuaian dari mudzakkar muannatsnya. 



Adad Tartibi

Ingat.. dalam konteks Tartibi dan hisabi, konsep mudzakkar dan muannats sangat penting untuk dijadikan sebagai materi prasyarat. Kalau seandainya 'adadnya adalah adad tartibi mengikuti wazan fa'ilun, antara mudzakkar dan mu'annatsnya itu harus sama.


الدرس الرابع
القائدة الرابعة

'adad
ma'dud


Kenapa kok harus sama mudzakkar muannatsnya? oh karena ini tartibi, kenapa kok disebut tartibi? karena ini mengikuti wazan fa'ilun. Ini artinya jadi ar roobi'u (yang ke empat). Kenapa kok diterjemahkan yang ke empat? karena ini ma'dudnya muannats maka 'adadnya adalah ar roobi'atun bukan roobi'un. Karena tartibi maka secara arti harus menunjukkan tingkatan, pelajaran yang ke empat, kaidah yang keempat. Ketika adadnya adalah tartibi, maka antara adad dan ma'dudnya, antara adad dan ma'dud itu harus sama. 



'Adad Hisabi
kalau adadnya adalah adad hisabi, maka harus BERTENTANGAN antara 'adad dan ma'dudnya, ini yang paling penting. 

الصلوات الخمس

صلوات - bentuk mufrodnya adalah sholatun

Ahsholawaatul Khomsu

الخمس - bukan khoomisun, kalau khomisun itu namanya tartibi. Al Khomsu disini tidak mengikuti wazan fa'ilun maka ini adalah adad hisabi. Kalau hisabi, kalau susunanya na'at man'ut atau idhofah, yang jelas antara adad dan ma'dudnya harus berlawanan dari segi mudzakkar muannatsnya. Dan yang harus dijadikan pegangan adalah bentuk mufrod dari ma'dudnya. Karena bentuk mufrod dari sholawaatun itu adalah sholatun, sholatun ini adalah berbentuk muanntas, karena ma'dudnya muannats, maka 'adadnya harus mudzakkar. 

Khomsu disini adalah adad hisabi, kenapa kok disebut adad hisabi? karena tidak mengikuti wazan fa'ilun. Bukan khoomisun, tapi khomsun. Karena adadnya adalah hisabi, maka harus beralawanan dari segi mudzakkar muannatsnya. Dan yang harus dijadikan pegangan adalah bentuk mufrod dari ma'dudnya. Apakah bentuk mufrodnya mudzakkar atau muannats? itulah yang kemudian dijadikan sebagai penegasan. Untuk dijadikan pegangan, apakah adadnya ini harus dimudzakkarkan atau harus di muannatskan. Ketika bentuk mufrod dari ma'dudnya itu adalah mudzakkar, maka adadnya harus muannats, begitu juga sebaliknya (mesti berbalikan). 


Ini penting untuk kemudian ditegaskan, 

الصلوات الخمس - bentuk mufrodnya adalah sholatun, ada ta' marbuthohnya, berarti disebut muanats. Maka adadnya adalah mudzakkar. 


المذاهب الاربعة - madzahib itu bentuk mufrodnya adalah madzhabun sama sekali tidak ada alamatut ta'nits. Maka adadnya adalah muannats. 
Madzhabun itu tidak ada tanda muannatsnya

  • tidak ada ta marbuthohnya,
  • tidak ada alif maqshurohnya
  • tidak ada alif mamdudahnya,


Jadi penting untuk dijelaskan, bahwa 'adad itu ada dua pembagian

  • yang pertama adalah tartibi dan hisabi,
  • dan yang kedua ada disebut 'adad mudhof, 'adad murokkab, 'adad 'uqud, 'adad ma'thuf. 

Pentingnya kajian tentang tartibi dan hisabi ini, apakah kita memberikan bentuknya itu adalah mudzakkar atau muannats, itu tergantung pada ma'dudnya. Kapan kita tahu 'adad itu tartibi (tingkatan). Kita bisa mengetahui kalau adadnya itu adalah tartibi kalau 'adadnya itu  diikutkan pada wazan fa'ilun. Kecuali al awwal, al awwal itu tidak. Al Awwal dan al uula tidak mengikut wazan fa'ilun. Tapi yang kedua yang ketiga yang keempat dan seterusnya, itu mengikut wazan fa'ilun. Jadi seandainya kalau kita tulis

الدرس الاول - sama2 mudzakkar. 
القاعدة الاولى -sama2 muannats. 

Kenapa ini kok disamakan? antara 'adad dan ma'dudnya? karena ini konteksnya adalah tartibi. Kok tahu kalau ini tartibi? ya adadnya ini mengikuti konsep fa'ilun. Karena 'adadnya mengikut wazan fa'ilun maka harus ada kesesuaian antara mudzakkar dan muannatsnya. 


TAPi ketika adadnya adalah hisabi, justru antara adad dan ma'dudnya, itu harus bertentangan dari segi muannats mudzakkarnya, dan yang harus dijadikan pegangan adalah bentuk MUFROD dari ma'dudnya. 

Berdasarkan kaidah. 

ثلاثةً بالتاء قل للعشره ... في عد ما آحاده مذكره

Tsalatsatun pada lafadz tsalatsah

bit ta-i dengan menggunakan ta. 

Qul katakanlah 
lil 'asyroh sampai bilangan sepuluh. 

fi 'addimaa ahaduhu mudzakaroh (dalam menghitung sesuatu). 

Dalam rangka menghitung ma'dud yang bentuk mufrodnya adalah mudzakkar. Inilah alasan kenapa penulisanya seperti di bawah ini. 


الصلوات الخمس 

المذاهب الاربعة


adadnya diberi ta' marbuthoh atau tidak diberi ta' marbuthoh, pertimbanganya adalah bentuk mufrod dari ma'dudnya. Ketika bentuk mufrodnya adalah muannats, maka 'adadnya adalah mudzakkar. Ketika bentuk mufrodnya adalah mudzakkar, maka 'adadnya adalah muannats. 


الصلوات الخمس 

bentuk mufrodnya adalah muannats الصلاة maka adadnya harus mudzakkar. 

Bagaimana nalar berfikirnya? khomsu adalah adad hisabi. Kenapa kok adad hisabi? karena tidak diikutkan pada wazan fa'ilun, BUKAN khomisun, tapi khomsun. 

المذاهب الاربعة

bentuk mufrodnya adalah mudzakkar (madzhab). Al Arba'ah itu hisabi atau tartibi? kenapa kok disebut sebagai hisabi disini? karena tidak mengikuti wazan fa'ilun. BUKAN robi'atun tapi arba'atun. Karena ini disebut sebagai 'adad hisabi, maka antara 'adad dan ma'dudnya harus berlawanan dari sisi mudzakkar muannatsnya. Mana ma'dudnya? ma'dudnya adalah al madzaahib. Al madzaahib apa langsung dihukumi? tidak, dicari dulu bentuk mufrodnya. Al Madzaahib bentuk mufrodnya adalah madzhabun (bentuk mufrodnya). Ternyata madzhabun disini, tidak ada alamatut ta-nitsnya, tidak ada tanda2 muannatsnya, 

  • disini tidak ada ta' marbuthohnya, 
  • disini tidak ada alif maqshurohnya, 
  • disini tidak ada alif mamdudahnya, 

berarti madzhab ini berhukum mudzakkar, ini pointnya.  Bentuk mufrod dari madzahib itu adalah madzhab, berarti adalah mudzakkar. Karena mudzakkar, maka adadnya yang merupakan adad hisabi ini, harus muannats. Inilah alasan kenapa kok kemudian diberi ta-un marbuthothun. Ini penting, jadi isim adad menjadi tartibi dan hisabi, ini sangat penting, karena ini terkait dengan konsep mudzakkar muannats. Apakah adadnya disamakan dengan ma'dudnya, atau justru berlawanan dengan ma'dudnya, itu tergantung yang sedang kita hadapi apakah termasuk dalam kategori adad tartibi, atau adad hisabi. 

Kapan kita sebut sebagai adad tartibi? kalau mengikuti wazan fa'ilun. Kapan kita anggap sebagai adad hisabi? kalau seandainya tidak mengikuti wazan fa'ilun. Coba ini diperhatikan lagi, ini ada contohnya di dalam Al Quran. Ini ada contohnya di dalam Al Quran. 


Contoh di dalam Al Quran. 

وَٱلۡمُطَلَّقَـٰتُ یَتَرَبَّصۡنَ بِأَنفُسِهِنَّ ثَلَـٰثَةَ قُرُوۤءࣲۚ

Quru dalam bahasa arab, disebut sebagai lafadz yang musyatarok. Bisa diartikan sebagai haidh, bisa diartikan sebagai thuhrun.
kalau haidh berarti muannats, 
kalau thuhrun berarti mudzakkar. 

Pertimbangan 'adad inilah dalam konteks 'adad, itu berbeda pendapat. Kalangans syafi'iyah mengatakan bahwa tiga kali sucian. Kalangan Hanafiyah mengatakan tiga kali haid an. Kenapa kalangan syafi'iyah menggunakan pendapat tiga kali sucian? lebih disebabkan karena disitu menggunakan ta' marbuthoh. Perhatikan itu, ternyata masalah adad itu juga berdampak pada istinbath hukum, berdampak dalam mengambil hukum, menyimpulkan hukum dari nash. Karena disini tsalatsata bukan tsalatsa qur-in. Tsalatsa itu adadnya adalah hisabi, maka ketentuannya adalah kalau seandainya adadnya adalah hisabi, antara adad dan ma'dudnya harus berlawanan dari segi mudzakkar muannatsnya. Realitasnya disitu ada ta marbuthohnya. Maka ma'dudnya harus kita paksa dengan yang mudzakkar. 

Quru untuk dipaksa menjadi mudzakkar harus diterjemahkan suci Thuhrun. Inilah alasan kenapa kok kalangan syafi'iyah memiliki pandangan tsalatsata quru itu adalah tiga kali sucian. Pertimbanganya apa? adadnya adalah adad hisabi, ta ini adalah muannats. Berarti disini harus mudzakkar. Untuk menerjemahkan / untuk menganggap quru disini adalah mudzakkar, karena adadnya adalah muannats, maka ini harus diterjemahkan dengan thuhrun, dengan suci. Sehingga dalam kalangan syafi'i, tsalatsata quru-'in itu diterjemahkan dengan tsalatsata athhaarin. 

Kalangan hanafiyah kok lain? ya lain, karena pertimbanganya bukan bahasa, dalam konteks hanafiyah. Apa pertimbanganya? dikatakan... ini adalah Qowaid al ushuli at tasyri'i, pakai tasyri'i kalangan hanafiyah. Yang namanya 'iddah itu tujuanya adalah li ma'rifati baroatir rohim. Untuk mengetahui terbebasnya kandungan dari kehamilan, itu bisa diketahui dari haid, bukan dari suci. Innama syu'irat al 'iddatu, li ma'rifati baroatir rohim. Yang namanya 'iddah itu disyari'atkan untuk mengetahui terbebasnya rahim dari kehamilan, dan itu berarti haid. Orang itu kalau haid, berarti sudah tidak ada pembuahan. Intinya seperti itu. Point yang kepingin saya tegaskan, adalah ternyata masalah adad itu sangat penting sekali. Adanya ta' disini ternyata berdampak serius pada istinbath hukum. Ta' inilah diantaranya di kalangan syafi'iyah memiliki pandangan, nahwa quru yang merupakan lafadz yang musytarok, Lafadz yang musytarok itu maksudnya satu lafadz memiliki banyak arti. 


Yang terlintas dalam benak orang arab, ketika mendengarkan lafadz quru, itu adalah haidh dan thuhr. Bisa diterjemahkan haid, bisa diterjemahkan suci. Yang dipilih oleh kalangan syafi'iyah adalah suci, tiga kali sucian, bukan tiga kali haidh, kenapa? pertimbanganya adalah adadnya disini adad hisabi, tidak mengikuti wazan fa'ilun dan realitasnya pakai ta' marbuthoh. Berarti disini sejak awal sudah dianggap sebagai muannats, berarti ma'dudnya (quru') disini harus dipilih yang mudzakkar. Ketika dipilih dengan yang mudzakkar, maka quru diterjemahkan dengan suci, bukan haidh. Lalu kenapa hanafiyah kok menerjemahkan tiga kali haidh an? yang dijadikan sebagai pertimbangan adalah illatul hukmi. Yang dijadikan pegangan untuk mengetahui terbebasnya kehamilan, terbebasnya rahim dari kehamilan / pembuahan adalah haidh bukan suci. 

Jadi penting untuk dijelaskan, kenapa? pembagian isim adad dari tartibi dan hisabi itu SANGAT penting sekali. Kenapa? karena pada akhirnya akan berdampak, bahkan beresiko pada adanya istinbath hukum seperti ini. Jadi...


Saya ulangi lagi, untuk menegaskan ulang. Adad itu ada dua macam (salah satu pembagianya) ada yang disebut sebagai adad hisabi, ada yang disebut sebagai adad tartibi. Tartibi itu adalah tingkatan, kapan kita tahu kalau adad ini adalah tartibi? kalau seandainya mengikuti wazan fa'ilun. Hisabi itu tidak menunjukkan tingkatan, kapan kita tahu kalau itu adad hisabi? adalah ketika tidak mengikuti wazan fa'ilun







Tartibi
Al Awalu - ,mudzakkar
Al uula - muannats

Ats Tsanii
Ats Tsaniyah

Ats Tsalitsu
Ats Tsalitsatu

Ar Robi'u 
Ar Robi'atu




Hisabi

Wahidun - Wahidatun
Itsnaani - Itsnataani
Tsalatsun - Tsalatsatun
Arba'un - Arba'atun


Konsep ini sangat penting untuk kita perhatikan ketika kita menganalisis bab adad. Maka yang penting untuk diperhatikan adalah ini tartibi atau hisabi. Karena ini terkait dengan adad dan ma'dudnya harus berlawanan atau harus sama? Ketika adadnya adalah TARTIBI maka harus SAMA. Seperti yang tadi saya katakan. 

Ad Darsu Al Awalu - sama2 mudzakkar
Al Qoidatu Al Uuala - Sama2 muannats

Itu terjadi saat TARTIBI, menuntuk adanya muthobaqoh (kesesuaian) antara adad dan ma'dudnya. Kalau hisabi? 


Kalau hisabi justru tidak boleh adanya muthobaqoh. Justru pada akhirnya harus ada perlawanan dari segi mudzakkar dan muannatsnya. Ketika mudzakkar harus muannats, ketika muannats  harus mudzakkar. Dan yang harus dijadikan pegangan adalah bentuk MUFROD dari ma'dudnya. Berarti penting untuk kemudian ditegaskan. 



Kemudian adad ma'dud dalam konteks hisabi tadi, tidak harus bersusunan na'at man'ut, boleh Idhofah, boleh na'at man'ut. Ini saya contohkan. 


الصلوات الخمس - na'at man'ut
خمس صلوات -idhofah

Tapi yang jelas, baik yang dipilih antara na'at man'ut maupun idhofah, antara adad dan ma'dudnya kalau seandainya adadnya adalah hisabi, tetep berlawanan dari sisi mudzakkar muannatsnya, dan yang harus dijadikan pegangan adalah bentuk mufrod dari ma'dudnya. 

Bentuk mufrod dari sholawaatun adalah sholatun (ada ta- marbuthohnya) karena muannats, maka khomsu adalah mudzakkar (berlawanan).

 ثلاثة بالتاء قل للعشره ... في عد ما آحاده مذكره

Nadzom alfiyahnya adalah bait yang ke 726

Mungkin itu yang bisa saya sampaikan, ada kurang lebihnya mohon maaf. 


Wa billahit taufiq wal hidayah, wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh. 

Comments