Skip to main content

KH. Abdul Haris Jember | Pembelajaran Nahwu Shorof 36 | Pengamalan Mashdar

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum warohmatullohi wa barokatuh

Bismillah
Alhamdulillah


Washsholatu wassalamu ‘ala Rosulillah sayyidinaa Muhammadin wa’ala alihi wa shohbihi wa man wa laahu.

Robbisy rohlii shodri, wa yassirly amri, wahlul uqdatan min lisaani, yafqohuu qouli..



Amma ba’du


Pada kesempatan malam hari ini, kita akan melanjutkan kajian kita tentang ilmu nahwu, yang pada kesempatan malam hari ini, kita akan membahas tentang al asma al amilah amalal fi'li, khususnya pada mashdar. Perlu diulang kembali, bahwa secara umum, al asma al amilah amalal fi'li, isim2 yang berpengamalan sebagaimana fi'ilnya itu dibagi menjadi dua, 

  • Ada yang masuk dalam kategori isim sifat
  • Ada yang masuk dalam kategori mashdar

Kenapa ini perlu dibedakan, ini perlu dibedakan karena memang persyaratanya, bahwa isim sifat itu beramal sebagaimana fi'ilnya itu berbeda dengan mashdar yang beramal sebagaimana fi'ilnya. Kemarin sudah coba kita tegaskan bahwa yang dimaksud isim beramal sebagaimana fi'ilnya itu adalah pada dasarnya 

  • yang punya fa'il itu adalah fi'il, 
  • yang punya naibul fa'il itu adalah fi'il. 
  • yang punya maf'ul bih itu adalah fi'il


Ini ada isim punya fa'il, ada isim punya naibul fa'il, ada isim punya maf'ul bih. Padahal fa'il yang punya biasanya adalah fi'il. Naibul fa'il yang punya biasanya adalah fi'il. Yang punya maf'ul bih adalah fi'il. Ketika ada isim memiliki fa'il, isim memiliki naibul fa'il, isim memiliki maf'ulun bihi maka isim2 itu disebut sebagai al asma' al amilah amalal fi'li

الأسماء العملة عمل الفعل

Secara umum bisa ditegskan, bahwa ketika yang kita amalkan itu termasuk dalam kategori isim sifat, bisa terbuat dari

  • isim fa'il
  • musyabahatun bismil fa'il
  • isim maf'ul
  • isim mansub
Persyaratan isim2 ini untuk bisa beramal sebagaimana fi'ilnya, tercakup dalam satu bait nadzom

وولي استفهما او حرف ندا – أو نفيا أو جاصفة أو مسندا

wawaliyastifhaman au harfa nidaa
au nafyan au jashifatan au musnadaa

Sekarang kita masuk pada yang mashdar
Kalau seandainya sampeyan bertemu dengan mashdar, kalau seandainya sampeyan bertemu dengan mashdar, ngerti mashdar? mashdar itu adalah isim yang ada pada urutan ketiga dalam urutan tashrifan. Mashdar bisa beramal sebagaimana fi'ilnya, apabila memenuhi persyaratan. Apa persyaratanya?
Apabila posisinya memungkinkan untuk digantikan dengan posisi mashdar muawwal. Mashdar yang kita temui di dalam sebuah teks, memungkinkan untuk beramal sebagaimana fi'ilnya apabila posisinya memungkinkan untuk digantikan oleh mashdar muawwal. Contoh:

من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه
min husni islamil mar-i (ditentukan sebagai khobar muqoddam)
adalah sebagian dari indikator bagusnya islam seseorang, 
tarkuhu (mubtada)
maa (maf'ul bih)

maf'ul bih darimana ini? 
maa ini adalah maf'ul bih dari lafadz tarku, padahal tarku adalah mashdar, mashdar itu adalah isim. Mashdar ini memungkinkan beramal sebagaimana fi'ilnya karena apa? karena mashdar ini memungkinkan posisinya digantikan oleh posisi mashdar muawwal. Kalau seandainya diubah dengan mashdar muawwal menjadi..

من حسن إسلام المرء أن يتركَ ما لا يعنيه

Kalau dibaca dalam bahasa jawa
min husni islamil mar-i (iku tetep setengah saking baguse wong)
an yatruka (utawi yento ninggalaken, sopo? wong, huwa) 
maa dijadikan sebagai maf'ul bih, sama dengan kalimat di atas. 


Berarti dalam konteks tarkuhu maa laa ya'nihi, 

من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه

merupakan bentuk mashdar taroka yatruku, tarkan. Posisinya memungkinkan digantikan oleh posisi mashdar muawwal. Karena posisinya memungkinkan digantikan oleh posisi mashdar muawwal, maka dia memungkinkan untuk beramal sebagaimana fi'ilnya, akhirnya dia punya maf'ul bih. Saya contohkan lagi...

أعجبني فهم محمد الدرس

a'jaba (telah mengagumkan)
nii (kepada saya)
apa?
fahmu muhammadin (fail)
ad darsa (maf'ulun bihi)

maf'ul bih darimana ini? maf'ul bih dari lafadz fahmu. 
fahmu ini isim, yang punya maf'ul bih ini kan biasanya fi'il, kok ada yang namanya isim punya maf'ul bih? (padahal) yang punya maf'ul bih biasanya fi'il.  

Fahmu ini mashdar, tapi memungkinkan beramal sebagaimana fi'ilnya, sehingga punya maf'ul bih. Kok bisa punya maf'ul bih, kok bisa beramal sebagaimana fi'ilnya? karena posisi maf'ul bih memungkinkan digantikan oleh posisi mashdar muawwal. Seandainya diganti dengan mashdar muawwal akan berbunyi..

أعجبني أن يفهمَ محمد الدرس

a'jaba (telah mengagumkan)
nii (kepada saya)
apa?
an yafhama 
muhammadun (jadi fa'il)
ad darsa (jadi maf'ul bih)

Bedanya apa? فهم محمد fahmu muhammdin pakai mashdar shorih. Sedangkan  أن يفهمَ محمد
pakai mashdar muawwal. Mashdar shorih adalah mashdar yang jelas, kalau seandainya kita tashrif, pada urutan ketiga pada tashrifan fi'il. 


أعجبني فهم محمد الدرس

Apa yang mengagumkan terhadap saya?
fahmu muhammadin (pemahaman muhammad)
ad darsa (akan pelajaran)
kok dibaca ad darsa? iya jadi maf'ul bih. Maf'ul bih dari kata fahmu. Loh, fahmu kan isim ustadz? ini kan mashdar? kok kemudian punya maf'ul bih? iya... ini adalah mashdar yang sedang beramal sebagaimana fi'ilnya. Iya karena mashdar ini posisinya memungkinkan digantikan posisinya oleh mashdar muawwal. Yang kalau seandainya diganti, ini akan berbunyi, 

أعجبني أن يفهمَ محمد الدرس

Jadi beda banget, antara isim yang beramal sebagaimana fi'ilnya, yang termasuk dalam kategori isim sifat, dengan yang termasuk dalam kategori mashdar. Isim sifat, bisa beramal sebagaimana fi'ilnya ketika memenuhi persyaratan, 

وولي استفهما او حرف ندا – أو نفيا أو جاصفة أو مسندا

Itu adalah persyaratan isim yang beramal sebagaimana fi'ilnya berupa 

  • isim fa'il
  • musyabahatun bismil fa'il
  • isim maf'ul
  • isim mansub
Tapi ketika yang beramal sebagaimana fi'ilnya itu adalah berupa mashdar, isim yang ada pada urutan ketiga pada tashrifan fi'il. Akroma ditashrif....

Akroma yukrimu 
ikroman (mashdar) - pada urutan ketiga. 

kalau seandainya saya contohkan ikrom misalnya, 

إكرام المرء أستاذه واجب
Ikromul mar-i (utawi mulya-aken ne uwong)
Ustadzahu (ing ustadze al mar-u)
wajibun (iku wajib)

Ikrom disini, ini adalah mashdar berasal dari
akroma - yukrimu - ikroman

ustadzahu ini dibaca ustadza - maf'ul bih, maf'ul bih darimana ini? dari ikrom. Loh ustadz, ikrom ini kan mashdar, oiya, ini mashdar, bisa beramal sebagaimana fi'ilnya. Ikrom ini adalah mashdar yang bisa beramal sebagaimana fi'ilnya. Karena posisinya memungkinkan untuk digantikan dengan posisi mashdar muawwal. 
kalau diubah akan menjadi


أن يكرم المرء أستاذه واجب 
An ukrima (utawi yen to mulya aken)
sopo? 
Al mar-u (uwong) - jadi fa'il ini
Mulya aken? 
Ustadzahu (ing ustadze uwong) - jadi maf'ul bih
waa jibun (iku wajib)

Jadi saya ulangi lagi, mashdar memungkinkan kemudian untuk beramal sebagaimana fi'ilnya, apabila posisinya memungkinkan digantikan oleh mashdar muawwal. Yo kudu ngerti, lek gak ngerti yo sulit, oleh sebab itu, pembelajaran nahwu itu yang paling penting apal. Kalau seandainya sampeyan ditanya apa yang dimaksud dengan mashdar muawwal itu? Lafadz yang sebenarnya bukan mashdar, tapi dianggap sebagai mashdar.  Kenapa kok dianggap sebagai mashdar? karena dimasuki oleh huruf mashdariyah. Ketika posisi mashdar, mashdar shorif (mashdar jelas) mashdar itu ada dua, ini memang bener2 terletak pada urutan ketiga dalam tashrifan fi'il. Ada yang disebut sebagai mashdar muawwal, bukan mashdar akan tetapi dianggap sebagai mashdar. (rumusnya huruf mashdariyah + Jumlah).


Ketika posisi mashdar, memungkinkan digantikan oleh posisi mashdar muawwal, maka dia berhak beramal sebagaimana fi'ilnya. Itu yang paling penting, jadi akhirnya tidak semua mashdar, kalau mashdar itu tidak memungkinkan digantikan posisinya dengan mashdar muawwal, maka ya tidak bisa beramal sebagaimana fi'ilnya. 
Contoh:

Mashdar yang menjadi maf'ul mutlaq, masak bisa beramal sebagaimana fi'ilnya? Tidak bisa... kenapa? karena mashdar yang menjadi maf'ul muthlaq. posisinya tidak memungkinkan digantikan oleh mashdar muawwal. 

Mashdar yang menjadi maf'ul li ajlih, kan butuh mashdar pisan? hayo.... iya kan? Coba saya tanya sekarang, apa yang dimaksud dengan maf'ul mutlaq itu? isim yang dibaca nashob, yang terbentuk dari mashdar fi'ilnya. Isim yang dibaca nashob, yang terbentuk dari mashdar qolbi. Mashdar semuanya, tapi mashdar yang berkedudukan sebagai maf'ul mutlak, mashdar yang berkedudukan sebgai maf'ul li ajlih, tidak memungkinkan untuk bisa beramal sebagaimana fi'ilnya. Kenapa? karena posisinya tidak mungkin digantikan oleh posisi mashdar muawwal. Jadi kata kuncinya untuk kemudian kita paham tentang konsep al asma al amilah amalal fi'li, yang mashdar adalah harus ngerti apakah mashdar ini posisinya memungkinkan untuk digantikan oleh posisi mashdar muawwal atau tidak? Kalau mungkin, memungkinkan beramal sebagaimana fi'ilnya. 

أعجبني فهم محمد الدرس
أعجبني أن يفهمَ محمد الدرس

Karena fahmu disini kalau ditashrif dalam tashrifan fi'il ada pada urutan yang ketiga. Tapi dia punya maf'ul  bih, berarti fahmu disini beramal sebagaimana  fi'ilnya. Karena biasanya yang dianggap maf'ul bih adalah fi'il. Ada Isim tapi punya maf'ul bih, maka isim ini dianggap beramal sebagaimana fi'ilnya. Kenapa kok kemudian mashdar ini bisa beramal sebagaimana fi'ilnya? karena posisinya memungkinkan untuk digantikan oleh mashdar muawwal. Kalau seandainya a'jaba fahmu muhammadin ad darsa, 
A'jaba (telah mengaggumkan) 
nii (kepada saya)
Apa?
Fahmu Muhammadin, pemahaman Muhammad, 
Ad darsa (terhadap pelajaran)

أعجبني أن يفهمَ محمد الدرس

A'jaba (telah mengagumkan)
nii (kepada saya)
apa?
An Yafhama ( yen to memahami)
siapa? 
Muhammadun (muhammad)
Ad Darsa (ing pelajaran)


إكرام المرء أستاذه واجب
Kok dibaca ustadzahu ini ustadz? kenapa? jadi maf'ul bih. Maf'ul bih darimana ini? dari kata2 ikrom. Loh ustadz.. bukanya ikrom itu merupakan bentuk mashdar dari? 
Akroma - yukrimu - ikroman...
iya memang, ikrom ini bentuk mashdar, berarti ini adalah isim, loh ustadz, ini isim kok punya maf'ul bih? Loh.. kan yang punya maf'ul bih itu adalah fi'il? 
Oh iya.. ikromu ini adalah isim, tapi beramal sebagaimana fi'ilnya, sebagaimana yang kita sebut sebagai al asma' al 'amilah amalal fi'li. Tapi yang berkategori mashdar. Kok bisa beramal sebagaimana fi'ilnya? Yah.. ini beramal sebagaimana fi'ilnya karena posisi ikrom, yang merupakan mashdar shorih ini,  mashdar beneran ini, memungkinkan untuk digantikan posisinya dengan mashdar muawwal. Yang kalau seandainya diganti posisinya, tidak pakai mashdar shorih, (pakai mashdar muawwal) itu menjadi...

أن يكرم المرء أستاذه واجب 
An yukrima (utawi yen to mulyaaken)
sopo?
al mar-u (uwong, awak2 ane)
memulyakan? 
ustadzahu (ing ustadze uwong)
iku
wajibun (wajib)

Kapan mashdar bisa beramal sebagaimana fi'ilnya? mashdar bisa beramal sebagaimana fi'ilnya apabila posisinya memungkinkan digantikan oleh posisi mashdar muawwal. Kalau tidak.. tidak bisa. Apa ada ustadz? mashdar tidak memungkinkan digantikan oleh posisi mashdar muawwal. Ya banyak...
di antara contohnya adalah maf'ul mutlak, tidak memungkinkan maf'ul mutlak itu posisinya digantikan oleh mashdar muawwal.  (misalnya lagi) Maf'ul li ajlih, posisi maf'ul li ajlih yang harus berbentuk mashdar itu, tidak mungkin posisinya digantikan oleh posisi mashdar muawwal. Sehingga mashdar yang menjadi maf'ul mutlak, mashdar yang menjadi maf'ul li ajlih tidak mungkin bisa beramal sebagaimana fi'ilnya, karena posisi itu tidak bisa diganti dengan posisi mashdar muawwal. Kemudian, dalam konsep i'malul mashdar, pengamalan mashdar, termasuk al asma' al amilah amalal fi'li, itu nanti sampeyan akan ketemu dengan konsep mudhof ilaih fil lafdzi, tapi fa'il fil ma'na. 

أعجبني فهم محمد الدرس
Kata2 fahmu muhammadin, itu susunan idhofah. 
Fahmu sebagai mudhof
muhammadin itu sebagai mudhofun ilaihi

Dalam konsep i'malul mashdar, pengamalan mashdar, mashdar diamalkan sebagaimana fi'ilnya, itu nanti sampeyan ketemu dengan konsep, tapi sebenarnya ini fa'il fil ma'na. 

Jadi (diulangi lagi)

أعجبني فهم محمد الدرس

a'jabani fahmu muhammdin ad darsa, muhammadin disini sebagai mudhofun ilaihi, tapi fil lafdzi, secara lafadz. Oleh sebab itu ini dibaca kasroh/dibaca jar. Tapi sebenarnya muhammadin ini fil ma'na, secara makna secara pengertian, dia berposisi sebagai fail. Bukti bahwa muhammadin secara makna, secara pengertian sebagai fail adalah ketika sudah ditakwil, dengan pakai mashdar muawwal. 


أعجبني أن يفهمَ محمد الدرس

A'jaba (telah mengagumkan)
nii (kepada saya)
apa?
An yafhama( yen to memahami)
sopo? 
muhammadun ( Muhammad)

pakai lafadz muhammadun, ini posisinya sama persis dengan lafadz muhammadin di fahmu muhammadin di...

أعجبني فهم محمد الدرس

karena di fahmu muhammadin disini sebagai mudhofun ilaih. Oleh sebab itu muhammadin disini, disebut sebagai mudhof ilaih fil lafdzi, tapi fil ma'na dia adalah menjadi fail. Bukti bahwa secara makna dia menjadi fail ketika sudah ditakwil menjadi mashdar muawwal, kelihatan bahwa muhammadun itu memang dibaca rofa', sebagai fa'il dari yafhamu. Ya... syaa ingatkan, dalam konteks i'malul mashdar, pengamalan mashdar itu, sampeyan akan bertemu dengan konsep mudhofun ilaih fil lafdzi, tapi fa'il fil ma'na


إكرام المرء أستاذه واجب

al mar-i disini menjadi mudhofun ilaihi dari ikromu, oleh sebab itu dibaca kasroh disini, dibaca jar, menjadi mudhofun ilaihi ini, tapi fil lafdzi. Secara makna, dia itu akan menjadi fa'il. Bukti bahwa al mar-i ini adalah menjadi fa'il itu kelihatan kalau misalnya dia itu ditakwil menjadi mashdar muawwal. 

أن يكرم المرء أستاذه واجب 

al mar-u dibaca rofa'. 

An yukrima (utawi yen to mulyaaken)
sopo?
al mar-u (al mar-u jadi fa'il disini)

Yang mana ketika dia pakai mashdar shorih, dia pakai mudhof ilaih, oleh sebab itu dibaca? Jar.  Ya saya ingatkan, bahwa ketika kita membahas tentang i'malul mashdar, Ada dua point yang menurut saya penting,

yang pertama Point Persyaratan. Kapan mashdar itu bisa beramal sebagaimana fi'ilnya? Apakah semua mashdar bisa beramal sebagaimana fi'ilnya? Oh ternyata tidak. Mashdar baru bisa beramal sebagaimana fi'ilnya apabila posisinya memungkinkan digantikan oleh posisi mashdar muawwal berarti (kan begitu). Mashdar yang menjadi maf'ul mutlak, tidak memungkinkan untuk beramal sebagaimana fi'ilnya, karena posisinya tidak mungkin diganti oleh posisi mashdar muawwal. Mashdar yang menjadi maf'ul li ajlih ya berarti tidak bisa dong, untuk bisa beramal sebagaimana fi'ilnya. Kenapa? karena posisi maf'ul li ajlih itu tidak bisa pakai mashdar muawwal. Ya.. sudah itu, sudah cukup, itu persyaratanya. Mashdar bisa beramal sebagaimana fi'ilnya apabila posisinya memungkinkan digantikan oleh mashdar muawwal. 

Point kedua

Ketika kita sudah masuk dalam konsep i'malul mashdar, maka sampeyan akan ketemu dengan konsep mudhof ilaih fil lafdzi, tapi fa'il fil makna. Kata2 a'jabani fahmu muhammadin ad darsa, kata2 muhammadin disitu,  secara lafadz ya harus dibaca jar, karena menjadi mudhof ilaih. Oleh sebab itu dibaca fahmu muhammadin. Tapi secara makna dia menjadi fail, buktinya muhammadin ini menjadi fa'il ketika sudah di mashdar muawwalkan. Ketika di mashdar muawwalkan akan berbunyi, 

A'jabani an yafhama muhammadun, jadi fail disitu. fahmu ketika diubah menjadi mashdar muawwal an yafhama, itu secara nyata, secara kasat mata, dia posisinya menjadi fail. Jadi begtitu, tidak semua tapi, mashdar itu bisa posisinya diganti mashdar muawwal itu tidak semua. Jadi penting untuk diperhatikan, saya pikir itu sudah cukup, nanti kalau seandainya kurang pafam ya bisa dilanjutkan (belajarnya). 


Itu saja yang bisa saya sampaikan, semoga ada manfaatnya. 


Comments