Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum warohmatullohi wa barokatuh
Bismillah
Alhamdulillah
Washsholatu wassalamu ‘ala Rosulillah sayyidinaa Muhammadin wa’ala alihi wa shohbihi wa man wa laahu.
Robbisy rohlii shodri, wa yassirly amri, wahlul uqdatan min lisaani, yafqohuu qouli..
Amma ba’du
Pada kesempatan malam hari ini, kita akan melanjutkan kajian kita tentang ilmu nahwu, yang pada kesempatan malam hari ini, kita akan membahas tentang al asma al amilah amalal fi'li, khususnya pada mashdar. Perlu diulang kembali, bahwa secara umum, al asma al amilah amalal fi'li, isim2 yang berpengamalan sebagaimana fi'ilnya itu dibagi menjadi dua,
- Ada yang masuk dalam kategori isim sifat
- Ada yang masuk dalam kategori mashdar
Kenapa ini perlu dibedakan, ini perlu dibedakan karena memang persyaratanya, bahwa isim sifat itu beramal sebagaimana fi'ilnya itu berbeda dengan mashdar yang beramal sebagaimana fi'ilnya. Kemarin sudah coba kita tegaskan bahwa yang dimaksud isim beramal sebagaimana fi'ilnya itu adalah pada dasarnya
- yang punya fa'il itu adalah fi'il,
- yang punya naibul fa'il itu adalah fi'il.
- yang punya maf'ul bih itu adalah fi'il
Ini ada isim punya fa'il, ada isim punya naibul fa'il, ada isim punya maf'ul bih. Padahal fa'il yang punya biasanya adalah fi'il. Naibul fa'il yang punya biasanya adalah fi'il. Yang punya maf'ul bih adalah fi'il. Ketika ada isim memiliki fa'il, isim memiliki naibul fa'il, isim memiliki maf'ulun bihi maka isim2 itu disebut sebagai al asma' al amilah amalal fi'li
الأسماء العملة عمل الفعل
Secara umum bisa ditegskan, bahwa ketika yang kita amalkan itu termasuk dalam kategori isim sifat, bisa terbuat dari
- isim fa'il
- musyabahatun bismil fa'il
- isim maf'ul
- isim mansub
Kalau dibaca dalam bahasa jawa
min husni islamil mar-i (iku tetep setengah saking baguse wong)
an yatruka (utawi yento ninggalaken, sopo? wong, huwa)
maa dijadikan sebagai maf'ul bih, sama dengan kalimat di atas.
Berarti dalam konteks tarkuhu maa laa ya'nihi,
من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه
أعجبني أن يفهمَ محمد الدرس
أعجبني فهم محمد الدرس
أعجبني أن يفهمَ محمد الدرس
Jadi beda banget, antara isim yang beramal sebagaimana fi'ilnya, yang termasuk dalam kategori isim sifat, dengan yang termasuk dalam kategori mashdar. Isim sifat, bisa beramal sebagaimana fi'ilnya ketika memenuhi persyaratan,
وولي استفهما او حرف ندا – أو نفيا أو جاصفة أو مسندا
Itu adalah persyaratan isim yang beramal sebagaimana fi'ilnya berupa
- isim fa'il
- musyabahatun bismil fa'il
- isim maf'ul
- isim mansub
sopo?
Al mar-u (uwong) - jadi fa'il ini
Mashdar yang menjadi maf'ul mutlaq, masak bisa beramal sebagaimana fi'ilnya? Tidak bisa... kenapa? karena mashdar yang menjadi maf'ul muthlaq. posisinya tidak memungkinkan digantikan oleh mashdar muawwal.
Mashdar yang menjadi maf'ul li ajlih, kan butuh mashdar pisan? hayo.... iya kan? Coba saya tanya sekarang, apa yang dimaksud dengan maf'ul mutlaq itu? isim yang dibaca nashob, yang terbentuk dari mashdar fi'ilnya. Isim yang dibaca nashob, yang terbentuk dari mashdar qolbi. Mashdar semuanya, tapi mashdar yang berkedudukan sebagai maf'ul mutlak, mashdar yang berkedudukan sebgai maf'ul li ajlih, tidak memungkinkan untuk bisa beramal sebagaimana fi'ilnya. Kenapa? karena posisinya tidak mungkin digantikan oleh posisi mashdar muawwal. Jadi kata kuncinya untuk kemudian kita paham tentang konsep al asma al amilah amalal fi'li, yang mashdar adalah harus ngerti apakah mashdar ini posisinya memungkinkan untuk digantikan oleh posisi mashdar muawwal atau tidak? Kalau mungkin, memungkinkan beramal sebagaimana fi'ilnya.
nii (kepada saya)
Apa?
أعجبني أن يفهمَ محمد الدرس
nii (kepada saya)
apa?
An Yafhama ( yen to memahami)
Muhammadun (muhammad)
Ad Darsa (ing pelajaran)
Akroma - yukrimu - ikroman...
Oh iya.. ikromu ini adalah isim, tapi beramal sebagaimana fi'ilnya, sebagaimana yang kita sebut sebagai al asma' al 'amilah amalal fi'li. Tapi yang berkategori mashdar. Kok bisa beramal sebagaimana fi'ilnya? Yah.. ini beramal sebagaimana fi'ilnya karena posisi ikrom, yang merupakan mashdar shorih ini, mashdar beneran ini, memungkinkan untuk digantikan posisinya dengan mashdar muawwal. Yang kalau seandainya diganti posisinya, tidak pakai mashdar shorih, (pakai mashdar muawwal) itu menjadi...
sopo?
memulyakan?
ustadzahu (ing ustadze uwong)
wajibun (wajib)
Fahmu sebagai mudhof
muhammadin itu sebagai mudhofun ilaihi
a'jabani fahmu muhammdin ad darsa, muhammadin disini sebagai mudhofun ilaihi, tapi fil lafdzi, secara lafadz. Oleh sebab itu ini dibaca kasroh/dibaca jar. Tapi sebenarnya muhammadin ini fil ma'na, secara makna secara pengertian, dia berposisi sebagai fail. Bukti bahwa muhammadin secara makna, secara pengertian sebagai fail adalah ketika sudah ditakwil, dengan pakai mashdar muawwal.
أعجبني أن يفهمَ محمد الدرس
A'jaba (telah mengagumkan)
nii (kepada saya)
apa?
An yafhama( yen to memahami)
sopo?
muhammadun ( Muhammad)
pakai lafadz muhammadun, ini posisinya sama persis dengan lafadz muhammadin di fahmu muhammadin di...
أعجبني فهم محمد الدرس
karena di fahmu muhammadin disini sebagai mudhofun ilaih. Oleh sebab itu muhammadin disini, disebut sebagai mudhof ilaih fil lafdzi, tapi fil ma'na dia adalah menjadi fail. Bukti bahwa secara makna dia menjadi fail ketika sudah ditakwil menjadi mashdar muawwal, kelihatan bahwa muhammadun itu memang dibaca rofa', sebagai fa'il dari yafhamu. Ya... syaa ingatkan, dalam konteks i'malul mashdar, pengamalan mashdar itu, sampeyan akan bertemu dengan konsep mudhofun ilaih fil lafdzi, tapi fa'il fil ma'na.
إكرام المرء أستاذه واجب
al mar-i disini menjadi mudhofun ilaihi dari ikromu, oleh sebab itu dibaca kasroh disini, dibaca jar, menjadi mudhofun ilaihi ini, tapi fil lafdzi. Secara makna, dia itu akan menjadi fa'il. Bukti bahwa al mar-i ini adalah menjadi fa'il itu kelihatan kalau misalnya dia itu ditakwil menjadi mashdar muawwal.
أن يكرم المرء أستاذه واجب
al mar-u dibaca rofa'.
An yukrima (utawi yen to mulyaaken)
sopo?
al mar-u (al mar-u jadi fa'il disini)
Yang mana ketika dia pakai mashdar shorih, dia pakai mudhof ilaih, oleh sebab itu dibaca? Jar. Ya saya ingatkan, bahwa ketika kita membahas tentang i'malul mashdar, Ada dua point yang menurut saya penting,
yang pertama Point Persyaratan. Kapan mashdar itu bisa beramal sebagaimana fi'ilnya? Apakah semua mashdar bisa beramal sebagaimana fi'ilnya? Oh ternyata tidak. Mashdar baru bisa beramal sebagaimana fi'ilnya apabila posisinya memungkinkan digantikan oleh posisi mashdar muawwal berarti (kan begitu). Mashdar yang menjadi maf'ul mutlak, tidak memungkinkan untuk beramal sebagaimana fi'ilnya, karena posisinya tidak mungkin diganti oleh posisi mashdar muawwal. Mashdar yang menjadi maf'ul li ajlih ya berarti tidak bisa dong, untuk bisa beramal sebagaimana fi'ilnya. Kenapa? karena posisi maf'ul li ajlih itu tidak bisa pakai mashdar muawwal. Ya.. sudah itu, sudah cukup, itu persyaratanya. Mashdar bisa beramal sebagaimana fi'ilnya apabila posisinya memungkinkan digantikan oleh mashdar muawwal.
Point kedua
Ketika kita sudah masuk dalam konsep i'malul mashdar, maka sampeyan akan ketemu dengan konsep mudhof ilaih fil lafdzi, tapi fa'il fil makna. Kata2 a'jabani fahmu muhammadin ad darsa, kata2 muhammadin disitu, secara lafadz ya harus dibaca jar, karena menjadi mudhof ilaih. Oleh sebab itu dibaca fahmu muhammadin. Tapi secara makna dia menjadi fail, buktinya muhammadin ini menjadi fa'il ketika sudah di mashdar muawwalkan. Ketika di mashdar muawwalkan akan berbunyi,
A'jabani an yafhama muhammadun, jadi fail disitu. fahmu ketika diubah menjadi mashdar muawwal an yafhama, itu secara nyata, secara kasat mata, dia posisinya menjadi fail. Jadi begtitu, tidak semua tapi, mashdar itu bisa posisinya diganti mashdar muawwal itu tidak semua. Jadi penting untuk diperhatikan, saya pikir itu sudah cukup, nanti kalau seandainya kurang pafam ya bisa dilanjutkan (belajarnya).
Itu saja yang bisa saya sampaikan, semoga ada manfaatnya.
Comments
Post a Comment