Skip to main content

Gus Baha di Banyuwangi 23Juni2021 | Betapa Mudahnya berbuat baik

Alhamdulillahirobbil 'alamin

Washolatu was salamu ala asyrofil mursalin

Sayyidina wa Maulanaa Muhammadin

wa'ala alihi wa shohbihi ajma'iin

amma ba'du


Yang saya hormati

Bupati Banyuwangi

Hj. Fiestiandani Azwar Anas

Bapak Wakil Bupati

H. Sugirah

Bapak Abu Azwar Anas

Semua Pegawai Pemkab 

Banyuwangi


Saya akan ngaji kira2 

Kurang lebih Seperempat jam.

Karena saya juga punya wadzifah disini


Saya akan ngaji tentang Betapa Mudahnya berbuat baik

dan betapa mudahnya bersosialisasi yang jadi kebutuhan masyarakat. Kemudian di saat yang sama, sebagai kebaikan menurut islam. 

Ini saya bacakan kitab yang sangat 

otoritatif yaitu kitab shohih muslim. 

Pegangan Ulama Ahli Sunnah Wal Jama'ah dan juga pegangan ulama seluruh dunia adalah

Al Kutubus Sittah Kitab yang enam, diantaranya adalah Al Bukhori Muslim.

Disini ketika Nabi ditanya tentang kebaikan, yaitu dari pertanyaan,

أيُّ الأعْمالِ أفْضَلُ 

Aiyul A'mali afdhol pertanyaan 'amal apa yang terbaik? diantaranya Nabi menyebut sekian... diantaranya Iman billah. Iman kepada Alloh Swt. Kemudian ini yang dilakukan semua pemimpin, oleh Bupati, oleh Wakil Bupati oleh seluruh pemimpin, baik struktural maupun kultural, maupun pemimpin kecil, yaitu di keluarga. Yaitu Nabi ngendikan...

diantara fungsi islam adalah memerdekakan budak, kemudian ada yang tanya lagi, fa in lam af'al. Lalu dari kebaikan yang butuh biaya itu saya tidak mampu melakukan yaa Rosulalloh. 


أما أحاديث الباب 

فعن أبي هريرة ، وأبي ذر

وعبد الله بن مسعود 

رضي الله عنهم 

قال : سئل رسول الله - صلى الله عليه وسلم - أي الأعمال أفضل ؟ 

قال : الإيمان بالله 

قيل : ثم ماذا ؟ قال : الجهاد في سبيل الله 

قيل : ثم ماذا ؟ قال : حج مبرور 

وفي رواية  إيمان بالله ورسوله  

وفي رواية ( الإيمان بالله ، والجهاد في سبيله 

وفي رواية ( الإيمان بالله ، والجهاد في سبيله . 

قلت : أي رقاب أفضل ؟ قال : أنفسها عند أهلها ، 

وأكثرها ثمنا . 

قلت : فإن لم أفعل قال : تعين صانعا ، أو تصنع لأخرق

قلت : أرأيت إن ضعفت عن بعض العمل ؟

 قال : تكف شرك عن الناس فإنها صدقة منك على نفسك 


وفي رواية الزهري تعين الصانع ، أو تصنع لأخرق 

وفي رواية ( أي العمل أفضل ؟ قال : الصلاة لوقتها 

قلت : ثم أي ؟ قال : بر الوالدين 

 قلت : ثم أي ؟ 

قال : الجهاد في سبيل 

الله ، فما تركت أستزيده إلا إرعاء عليه 

وفي رواية  

لو استزدته لزادني

وفي رواية  أي الأعمال أقرب إلى الجنة  

قال : الصلاة على مواقيتها

قلت : ماذا ؟ قال : بر الوالدين

قلت : وماذا ؟ قال : الجهاد في سبيل الله 

وفي رواية 

أفضل الأعمال الصلاة لوقتها ، وبر الوالدين 

هذه ألفاظ المتون


Kalau nyumbang masjid, saya gak mampu. Kalau berbuat bikin fasilitas umum, saya gak mampu. Terus ada sekian pertanyaan dari sahabat, kalau dari sekian kebaikan kami tidak mampu, termasuk disini disebutkan kemampuan berhaji, kemampuan zakat, kemampuan shodaqoh. Kalau semua itu kami tidak mampu ya rosulalloh. Kata Nabi,, tu'inu shooni'an au tashna'u liasyroqo. Ini di shohih Muslim di Bab Iman, dengan Judul

باب بيان كون الإيمان بالله تعالى أفضل الأعمال

baabu bayaani kaunil imaani billahi ta'aala afdholal a'mal. Kalau saya gak mampu melakukan itu yaa Rosulalloh? Melakukan kebaikan yang butuh biaya, kayak membangun masjid, membangun jalan, membangun fasilitas2 publik. Tu'inu shooni'an au tasyna'u liakhroq. 

Tu'inu nulungi siro
shoni'an ing wong sing ahli shun'ah
ahli kreatif, kalau orang sekarang itu bilang dia pekerja. Dia pekerja rumahan, atau apa saja
au tashna'u li'asyroh 
atau kamu membantu orang yang gak punya pekerjaan

Terus sahabat masih tanya, aroaita in dhoiftu 'an ba'dhil 'amal?
Kalau semua kebaikan aktif saya tidak mampu melakukan ya Rosulalloh, kebaikan menolong orang lain, kebaikan yang bersifat aktif Jawabnya nabi dan ini pegangan saya, pegangan kita semua. Panduan dari Rosulillah Saw.  Nabi ngendikan, Taquffu syarroka 'anin naas, fa innahaa shodaqotum minka 'ala nafsik iya saya ulangi lagi, 
Taquffu syarroka 'anin naas, fa innahaa shodaqotum minka 'ala nafsik

Kamu dalam berislam cukup, menjaga kejelekan kamu tidak punya imbas kepada orang lain
Nah ini penting dalam islam, kalau tidak bisa berbuat baik, potensi keburukan kita jangan sampai menimpa orang lain. Keburukan itu bisa kejahatan kriminal, atau kejahatan yang merugikan orang lain atau kejahatan yang tidak sampai kriminal tapi mengganggu orang lain.  Misalnya contoh gampangnya, saya sumpek2 sendiri (kerepe dewe) terus ingin jalan2. Main di teman yang di jam kerja. Ini sumpek2nya saya sendiri ingin hiburan, terus dolan ke teman yang saat itu mungkin ngaji, atau kerja atau harus memenuhi kewajiban mencari nafkah. Gara2 nemuin saya, dia dikomplen sama majikanya, atau gara2 nemuin saya, terus akhirnya dia tidak ngaji sama santrinya atau gara2 nemuin saya dia terganggu aktifitasnya, itu juga tidak boleh. Karena berarti, keburukan kita punya akibat kepada orang lain. Jadi dalam islam itu kalau kita tidak bisa berbuat baik, potensi keburukan kita ini jangan sampai menimpa orang lain. Sehingga disini islam itu menyarankan uzlah, uzlah itu nyepi. 

Jadi misalnya kita itu baru penat, baru bawaanya emosi, baru gak suka kumpul orang, itu sebaiknya ya jangan  jalan2, karena diantara kebaikan islam itu, tabassum (senyum). Atau tholqotul wajhin (ceria). Tapi karena ita mungkin jatuh kredit, jatuh hutang, atau punya masalah keluarga, sehingga bawaan kita emosi nah sebaiknya dalam keadaan seperti ini kita uzlah, menutup diri. Sehingga kata Rosululloh Saw, di dalam zaman akhir di antara kebaikan itu, kamu meninggalkan manusia (aktifitasnya), wa tada'u naas min syari kamu meninggalkan manusia supaya tidak kena keburukan kamu. Jadi ada momen, jadi ada saat kalau kita ketemu orang itu ingin sengak, ingin ngomong yang gak enak, atau kita baru penat, itu sebaiknya uzlah saja. Mengurung sendiri di kamar, atau isolasi sendiri. Karena bawaanya emosian. Nah ini yang jarang dipraktekkan, kalau sekarang malah banyak yang saat susah bawaanya ingin nammam, ingin memvonis orang lain, atau ngadili orang lain. Padahal pesenya nabi, kalau semua kebaikan aktif tidak bisa kamu lakukan,  taquffu syarroka anin naasi, fa innahaa shodaqotum minka 'alan nafsik. Sehingga keburukan kita, saya ulang lagi keburukan kita yang ingin emosi, ingin apa itu tidak punya akibat ke orang lain. 

Disini kearifanya Rosulillah Saw, Beliau masyhur ngendikan Laa yaqdhil qodhi wa huwa ghodbaan. Jangan sampai seorang hakim bikin keputusan ketika emosi, karena bawaanya orang emosi itu pasti tidak terkontrol intelektualnya. Tidak terkontrol nuraninya. Tidak terkontrol semua sifat baiknya. Itu kalau punya keputusan bahaya sekali. Sehingga Nabi dari awal ngendikan Laa yaqdhil qodhi wa huwa ghodbaan. Orang yang sedang emosi tinggi, jangan bikin keputusan penting. Kemudian oleh ulama diteruskan, juga jangan bikin keputusan penting orang yang sangat lapar. Atau yang sangat kenyang atau yang sangat ngantuk, atau yang super sibuk. Jadi hal2 yang potensi buruk, dalam mengambil keputusan itu harus ditinggalkan. Sehingga misalnya bupati atau wakil bupati, kalau sedang tidak nyaman dengan suasana apa, tidak boleh rapat kemudian memutuskan keputusan penting, begitu juga kyai, dan semuanya. Lah ini yang supaya otoritatif, kenapa saya bawa kitab itu logikanya jelas, kita sebagai da'i, sebagai ustadz, atau sebagai mubaligh, atau sebagai siapa saja. Yang ingin kita wariskan ke umat adalah dawuh2nya Nabi

Dan kalau kita ngaji tidak pakai kitab, itu sebenarnya umat kita jejali dengan fikiran kita, jangan2 fikiran kita ide kita ini tidak mewarisi? fikiran islam (tapi fikiran kita, atau emosi kita). Tapi kalau kita baca kitab, artinya umat ini berhak mendapat apa yang diteladankan, dan disabdakan oleh Rosulillah Saw. Tapi kalau kita, itu pasti inginya itu kita. misalnya kita bupati banyuwangi, pasti kita akan cerita banyuwangi dengan asyik. tapi bagi daerah lain, apa urgensinya? bagi saya?  Begitu juga kalau kita kyai, mungkin kita akan cerita fadhoilnya kyai. Tapi bagi orang lain yang keutamaanya jadi pekerja, jadi satpam, jadi guru, jadi pegawai negeri yang aktif, sehingga subjektifitas kita ini akan tinggi. 

Tapi kalau kita sebagai kyai baca hadits, maka umat ini mendapatkan panduan dari Rosulillah Saw.  Nah dari sekian panduan itu, jika anda tidak bisa berbuat aktif, maka kebaikan yang harus anda buat adalah potensi kebaikan kamu, jangan menimpa orang lain. Makanya saya sering bilang, saya ini kyai yang jarang sekali main ke alumni. Karena tadi, kadang alumni itu sudah mau kerja di tempat kerjanya, atau mau janjian nganter anaknya sekolah, gara2 ada saya, mungkin semua itu dibatalkan. Sehingga silaturrohim, juga harus dimanage, supaya tidak ngganggu haknya orang yang shilaturrohimi. Jangan sampai shilaturrohim, jam sembilan, saatnya orang kerja kemudian dia dapat peringatan dari pabriknya, gara2 sering didolani kyainya, itu kan jadi ribet. Atau kyai, karena sering didolani jadi gak  ngaji, amen metuk i tamu terus. Apapun itu seharusnya orang itu berfikir, perilakunya itu tidak berakibat, laa dhorooro wa laa dhiroor. Jangan (merusak dirinya) dan jangan mengganggu orang lain. 
taquffu syarroka anin naasi, fa innahaa shodaqotum minka 'alan nafsik

Sifat buruk kamu, itu harus dijaga supaya tidak menimpa orang lain. Dan itu berarti menjadi shodaqoh kamu, atau 'amal kamu, pada diri kamu sendiri. Jadi ini penting dimaklumatkan pada semua kita, bahwa saat kita tidak bisa berbuat baik aktif, misalnya gak bisa shodaqoh, gak bisa menolong orang, setidaknya keburukan kita, tidak menimpa orang lain. Nah termasuk keburukan yang terselubung adalah kita punya fikiran yang menurut kita ini hebat, tapi bagi orang lain mungkin bahaya. Misalnya kita punya fikiran jadi orang kaya raya yang dermawan. Itu artinya kan, fikiran baik karena ingin jadi dermawan. Tapi akhirnya mbayangkan orang lain itu miskin semua, butuh derma kamu. mana mau orang lain kamu bayangkan miskin, butuh derma kamu, lain juga mbayangkan dirinya kaya gak butuh derma kamu. Itu namanya kebaikan yang subjektif. Kamu ingin jadi kyai yang ngajari orang banyak, oke itu baik. Tapi kan kamu mbayangkan orang lain gak bisa ngaji, terus kamu saja yang bisa ngaji? sehingga kamu saja yang ngajarin? Ya sudahlah, kebaikan itu gak usah muluk2 seperti itu. Jadi apa yang ditakdirkan kita, jadi Bupati, ya jadi bupati yang baik, menolong2 pekerja2 yang baik. Saya kemarin diceritanin sama mas Anas, aktivitas pemda banyuwangi yang menolong banyak orang. Masyarakat juga saling menolong, dan seterusnya, dan seterusnya. Jadi ini jelas, maksud saya supaya pemimpin itu melakukan kebaikan berdasar, panduan dari Rosulilloh Saw. 

Dimana anjuran yang dianjurkan oleh beliau adalah aktifitas kita sebagai manusia adalah tu'iinu shoni'an, au tashna'u li asyroq. 


Ya Saya ulangi lagi, Saya ulang teks haditsnya secara lengkap. Supaya dapat berkahnya Rosulillah Saw. 

Ada beberapa pertanyaan dari beberapa shohabat, Ya Rosulalloh. Jika saya tidak bisa berbuat baik yang berbiaya, atau tidak bisa berbuat baik yang aktif. Apa yang harus saya lakukan? terus Nabi ngendikan

Tu'inu shooni'an au tasyna'u liakhroq. 

Kamu membantu orang yang bekerja, atau orang2 yang kreatif, atau pekerja apa saja kamu bantu, dan mbantu orang yang tidak punya pekerjaan. Terus ditanya lagi, qultu yaa rosulalloh.  Aroaita an dho'iftu 'an ba'dhil 'amal. Bagaiamana kalau itupun saya gak bisa yaa rosulalloh. Terus nabi ngendikan
taquffu syarroka anin naasi, fa innahaa shodaqotum minka 'alan nafsik

Yang penting keburukan kamu, tidak menimpa ke orang lain. Dan itu bagian dari shodaqoh kamu. Nah perlu saya ingatkan ke semua kita, makanya pentingnya membaca umat islam itu dengan ilmu ushul fiqh. Jika ada seseorang tidur, itu jangan sekali2 tidur yang meninggalkan tahajjud, meninggalkan sholat qiyamul lail. Meninggalkan wiridan di malam hari. Tapi juga bacalah di saat itu dia tidak dugem, tidak maksiat, tidak narkoba. Sehingga barokahnya ilmu itu ada respect terhadap umat islam yang tidur. Karena tidur itu juga ada fungsi meninggalkan sebagian maksiat, sekian kriminalitas. Jadi kalau kita mbendino (setiap hari) tidak mbaca dengan ilmu, maka melihat orang tidur itu (sudut pandangnya) meninggalkan tahajjud, meninggalkan wiridan, meninggalkan qiyamul lail. Sehingga bawaanya kita ini akan kurang respect. Tapi kalau kita membacanya dengan ilmu, orang yang tidur di malam hari, maksudnya yang sudah sholat isya', itu ada sekian potensi maksiat yang dia tinggalkan. Dia tidak ngrasani orang, tidak adu2 orang di medsos, dia tidak dugem, tidak  (pokoknya) ada sekian kebaikan saat tidur itu. 

Ini barokahnya ilmu, tanpa ilmu kita tidak bisa respek seperti ini. Karena bawaanya akan, oh ini malam2 gak tahajjud, gak wiridan, gak apa... Tapi kalau dengan ilmu, itu artinya kita membaca dengan tidur itu artinya orang tidak maksiat, tidak dugem, tidak ngrasanin orang, tidak ngata2in orang. Nah disini, shodaqollohul 'adzim, Alloh berfirman
wa min ayaatihi manamukum bil laili wan nahaar. Termasuk ayat Alloh itu orang tidur. Maksudnya tidur yang dimaknai positif tadi, bisa istirahat, bisa meninggalkan maksiat, dst. Nah disini hebatnya Rosulillah Saw. ketika beliau memandu kebaikan, diantara kebaikan itu apa? 

taquffu syarroka anin naasi, fa innahaa shodaqotum minka 'alan nafsik

Kamu, potensi buruk kamu, atau keburukan kamu, jangan sampai menimpa pada manusia, pada orang lain. Itu bagian dari sedekah kamu. 

Ya saya mohon maaf, Sama Bupati, sama Semua Pemda, sama Wakil Bupati, karena saya gak bisa lama2.  Saya punya wadzifah, tadi ini pun sudah, ngorting ngaji saya, karena saya harus ikut ngaji disini. Dan Mari sama2 berdoa Al Fatihah.


Comments