Skip to main content

KH. Abdul Haris Jember | Pembelajaran Nahwu Shorof 8 | Problematika Membaca Kitab Kuning | Tatbiq

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum warohmatullohi wa barokatuh

Bismillah
Alhamdulillah


Washsholatu wassalamu ‘ala Rosulillah sayyidinaa Muhammadin wa’ala alihi wa shohbihi wa man wa laahu.

Robbisy rohlii shodri, wa yassirly amri, wahlul uqdatan min lisaani, yafqohuu qouli..



Amma ba’du



Pada kesempatan siang hari ini setelah menyelesaikan sholat jum'at, kita mengadakan kajian rutin tentang problematika pembelajaran kitab kuning. Selalu saya ulang2 untuk kemudian ditegaskan, bahwa membaca kitab ini tidak hanya menjadi problem, tidak hanya menjadi permasalahan di kalangan lembaga pendidikan formal, tapi menjadi problem, menjadi permasalahan di kalangan lembaga pendidikan pesantren. Kajian rutin kita, salah satunya adalah memberikan masukan kepada mereka yang merasa kesulitan dalam melangkah, mengantarkan peserta didik, mengantarkan murid, mengantarkan santri, untuk sampai pada kemampuan membaca kitab yang memang sulit. Jadi membaca kitab itu tidak bisa disederhanakan hanya permasalahan nahwu shorof saja, karena kenyataanya memang tidak demikian. Seperti yang pernah kita singgung, karena ini sudah pertemuan keberapa ini? ke delapan, bahwa yang namanya unsur2 membaca kitab itu banyak. Oleh sebab itu peserta pembelajaran kita harus mengarah pada unsur2 pembelajaran, yang memang dipersyaratkan ketika kita mau mencapai kemampuan membaca kitab. Apa itu?

  • yang pertama adalah Unsur Qowaid
  • yang kedua adalah Unsur Mufrodat
  • yang ketiga adalah Unsur Tatbiq

Bagaimana cara belajar unsur qowaid dalam arti nahwu, sudah pernah kita bahas. Bagaimana model pembelajaran tentang shorof, sudah pernah kita jelaskan baik yang terkait tentang istilahi, maupun tentang lughowi. Pun demikian bagaimana tentang peran mufrodat sudah pernah kita tegaskan. Bahwa yang namanya mufrodat itu kenyataanya tak terbatas itu. Jadi kita terus bisa mengupdate, bisa mengupgrade, yang namanya kemampuan mufrodat kita itu. Mulai pertemuan kemarin, pertemuan tujuh, kita sudah mulai membahas tentang tatbiq (aplikasi/praktek). Jadi aplikasi itu asumsi dasarnya adalah peserta didik itu sudah hafal nahwu, sudah hafal shorof, sudah banyak? koleksi mufrodat. Karena kalau seandainya peserta didik kemudian nahwunya kurang kuat, shorofnya kurang kuat, mufrodatnya sedikit, misalnya, lalu kemudian kita ajak aplikasi, kita ajak tatbiq itu pasti mengalami kesulitan. Pasti banyak kendala. 

Kemarin juga sudah pernah kita tegaskan bahwa seseorang yang mau melakukan tatbiq, atau aplikasi disadari atau tidak apakah orang itu sudah mahir atau masih belajar, pasti melewati tahapan2 yang disadari atau tidak, itu pasti tahapan2 itu dilakukan. Apa itu, yang pertama itu adalah tahapan identifikasi, yang kedua itu adalah tahapan i'robisasi, dan yang ketiga itu adalah tahapan murodisasi. Jadi yang pertama itu harus melakukan identifikasi. Mengklasifikasikan yang kemarin sudah kita tegaskan apakah sebuah kalimat itu termasuk dalam kategori isim fi'il atau huruf. Tingkat akurasi kita dalam rangka melakukan identifikasi itu sangat dibutuhkan untuk kemudian naik tingkat kepada tingkatan i'robisasi. Jadi jangan sampai kita berharap banyak i'robnya, analisis i'rob dari murid2 kita itu bagus, apakah ini dibaca rofa' apakah ini dibaca nashob, apakah ini dibaca jar dan jazm, kalau identifikasinya masih belum kuat. Bahwa ini adalah isim, bahwa ini adalah fi'il, bahwa ini adalah huruf. Kok kemudian identifikasinya masih belum bagus, maka sangat mungkin, maka bisa dipastikan bahwa i'robisasi atau tahapan melakukan i'rob itu / menentukan i'rob itu pasti kesulitan. 

Pun juga demikian, menentukan murodnya apa itu? itu pasti kesulitan. Sehingga mari kita susun, mari kita program, kegiatan kita kalau kita itu misalkan kepingin membaca kitab, unsur yang tiga itu harus kita kuatkan. Tahapan2 berfikir tentang kalimat, tentang i'rob, tentang jumlah, itu juga secara rasional harus kita ikuti. Karena kalau seandainya tidak, inilah yang kemudian menjadi dampak, inilah yang menjadi sebab, kenapa pembelajaran bahasa arab, itu dianggap sebagai monster yang menakutkan. Jadi kalau misalkan kita contohkan yang sederhana misalnya, 

يخرج هذا المزكى من المسجد

seperti yang sering kita tegaskan, teks yang akan kita hadapi itu tidak berharokat. Jadi karena tidak berharokat satu tulisan itu memungkinkan untuk dibaca dengan berbagai cara. Akan tetapi tahapanya tetep melakukan identifikasi terlebih dahulu. 

Pertama kali melakukan identifikasi, apakah ini isim fi'il atau huruf? Misalnya sekarang, kira2 yakhruju ini isim fi'il atau huruf ini? 

Selanjutnya kalau sudah kita pastikan bahwa kalimat itu adalah fi'il, maka pertanyaanya adalah

  • Madhi/ mudhore' /amr? 
  • Mabni / Mu'rob
  • Ma'lum / Majhul
  • Lazim/ Muta'addi

Bertemu dengan fi'il dimanapun, apakah di tengah di awal ataupun di akhir, itu pertanyaan minimal yang harus dilalui untuk mengidentifikasi lebih lanjut tentang fi'il itu adalah empat pertanyaan di atas. Diakui atau tidak, tahapanya pasti itu. Apakah kita sudah pinter atau masih belajar, tahapan yang pokok, yang tidak bisa tidak harus dilewati oleh seseorang yang belajar membaca kitab itu, ketika bertemu dengan kalimah fi'il, pasti empat pertanyaan di atas. 

يخرج هذا المزكى من المسجد

Sekarang misalnya, kata2nya adalah yakhruju misalnya
ini kira2 isim fi'il atau huruf? Fi'il

Karena fi'il maka pertanyaan selanjutnya, kira2 disini fi'il madhi mudhore' atau amr? 
Fi'il Mudhore? Kenapa kok kemudian disebut sebagai fi'il mudhore? karena ada huruf mudhoro'ahnya. Yakhruju.. huruf mudhoro'ahnya ya. 

Pemahaman kita tentang fi'il itu madhi mudhore' atau amr, itu pada akhirnya akan membuka / sebagai pintu masuk untuk analisis lanjutan, kira2 ini mabni atau mu'rob? kenapa mabni mu'robnya sebuah fi'il itu perlu diketahui? ini masalah kita mengharokati huruf akhirnya. Ini kesanya sungguh luar biasa, kalau seandainya sampeyan biasa mewaqofkan, mensukun misalnya, tidak memberi harokat huruf yang terakhir, itu kalau sampeyan masuk di pesantren itu sudah tidak dibenarkan itu. berarti sampeyan dianggap tidak bisa. Memang harus kita akui, orang yang mewaqofkan itu faham, akan tetapi kesanya itu kurang bagus. Sehingga sampeyan harus memberikan harokat huruf yang terakhir, apakah itu fi'il atau isim, itu harus. 

Kira2 yakhruju yang termasuk fi'il mudhore' ini termasuk dalam kategori mabni atau mu'rob ini? termasuk yang mu'rob. Seperti yang kemarin kita tegaskan, ketika kita bertemu dengan kalimah isim mutlak, disini harus diberi i'rob, apakah isim itu termasuk dalam kategori mabni atau mu'rob, ISIM itu harus punya hukum i'rob. Apakah dia itu dibaca rofa' nashob atau jar. Ini kalau ISIM. 

Kalau fi'il masih harus ditanyakan, ini masuk dalam kategori mabni atau mu'rob? kalau seandainya masuk dalam kategori mu'rob, baru disini ditanyakan kira2 disini masuk dalam kategori rofa' nashob atau jazm. 

Kalau saja yang kita temui itu adalah kalimah huruf? maka dia pasti tidak memiliki hukum i'rob, tidak dibaca rofa' tidak dibaca nashob, tidak dibaca jar, dan tidak dibaca jazm. 


Hasil dari Identifikasi
Jadi hasil dari identifikasi kita, apakah disebut sebagai Fi'il ISIM Huruf, itu pada akhirnya bagaimana kita bersikap, kita harus menghukumi i'robnya, itu juga terjadi. Juga ada disitu. Kalau ISIM apakah isim ini termasuk ke dalam kategori yang mabni atau yang mu'rob, semua isim itu harus berhukum rofa' nashob atau jar. Itu salah satunya yang mana? Tapi kalau fi'il, pemikiran tentang rofa' nashob dan jazm, itu hanya kita berikan, hanya kita munculkan ketika fi'ilnya itu adalah mu'rob. Ketika mabni, itu tidak. Tapi kalau seandainya huruf? pasti hukum rofa' nashob, jar dan jazm itu tidak kita munculkan

Inilah pentingnya kesadaran2 yang tadi saya katakan itu menjadi penting. Bagaimana kita harus bersikap dan seterusnya. Karena termasuk dalam kategori yang mu'rob kata yakhruju ini, lebih disebabkan ini adalah fi'il mudhore' dan kenyaatanya tidak bertemu nun taukid dan nun niswah, maka hukumnya ini 
  • memungkinkan untuk dibaca rofa', 
  • memungkinkan untuk dibaca nashob, 
  • memungkinkan untuk dibaca jazm. 

Mu'rob pada fi'il 
Jadi pertanyaan mu'rob ini, kalau dalam fi'il, itu terbatas. TERBATAS hanya pada fi'il mudhore yang tidak bertemu dengan nun taukid dan nun niswah. Sehingga ketika misalnya fi'ilnya itu fi'il madhi, fi'ilnya itu fi'il amr, konsep tentang rofa' nashob jazm itu tidak akan muncul. 

Saya ulangi lagi, karena yakhruju disini termasuk dalam kategori fi'il mudhore'. Buktinya fi'il mudhore' karena disini didahului oleh huruf mudhoro-ah, memungkinkan untuk ditentukan fi'il yang mabni, memungkinkan untuk ditentukan fi'il yang mu'rob. Untuk yakhruju ini ditentukan sebagai fi'il mu'rob kenapa? karena disini tidak bertemu dengan nun taukid dan nun niswah. Karena mu'rob memungkinkan dibaca rofa' nashob dan memungkinkan juga dibaca jazm. Untuk kasus yakhruju ini dibaca rofa' karena lebih disebabkan 

لتجرده عن النواصب والجوازم


Karena ini kebetulan tidak dimasuki oleh 'amil nashob dan amil jazm, maka disini dibaca? rofa'. Tanda rofa'nya dengan menggunakan dhommah disini. Kenapa? sebabnya kok menggunakan dhommah? karena ini bukan termasuk dalam kategori al af'alul khomsah. Bukan termasuk kategori al af'alul khomsah. Rofa'nya fi'il mudhore' itu ada dua macam, ada yang menggunakan dhommah, ada yang menggunakan tsubutun nuun. Kapan menggunakan dhommah? apabila bukan af'alul khomsah. Kapan menggunakan tsubutun nuun? apabila termasuk al af'alul khomsah. Karena kenyataanya yakhruju ini bukan termasuk dalam al af'alul khomsah, fi'il mudhore' yang tidak bertemu dengan wawu jamak dan wawu tatsniyah dan ya muanasah mukhothobah (al af'alul khomsah), bukan itu, maka disini menggunakan dhommah. 

Jadi kenapa disini kok dibaca dhommah? lebih disebabkan ini adalah fi'il, fi'ilnya ini fi'il mudhore', termasuk kategori yang mu'rob yang tajarrud anin nawaashibi wal jawaazim. Kenapa kok menggunakan dhommah disini? karena bukan af'alul khomsah. Jadi bisa dirunut.. pokok e sampeyan, (ini kan sekedar contoh).  Kok kemudian sedang menganalisis teks, kok ketemu dengan kalimat fi'il, pertanyaan2 minimal yang harus kita jawab dalam rangka menganalisis kalimat fi'il ada empat. yaitu

apakah ini termasuk dalam kategori
  • madhi mudhore' atau amr
  • mabni atau mu'rob
  • ma'lum atau majhul
  • lazim atau muta'addi
 
Menjadi bermasalah kalau kita sedang beranalisis teks, konsep tentang madhi bermasalah, konsep tentang mudhore' bermasalah, amr bermasalah.  Apa yang dimaksud dengan fi'il mabni, apa yang dimaksud dengan fi'il mu'rob (bagaimana klasifikasinya) juga bermasalah..
Apa yang dimaksud dengan ma'lum, apa yang dimaksud dengan majhul, gak begitu faham. Lazim dan muta'addi juga gak ngerti standarnya. Inilah kemudian yang mau saya tegaskan ketika kita mau melakukan analisis teks, maka sebenarnya kemampuan itu sudah harus lengkap, sudah harus hafal. 

Setelah kita tahu yakhruju itu kok kemudian dibaca dhommah, kok dhommah? kok tidak yakhruja, kok tidak yakhruj misalnya. Alasanya tadi itu adalah karena dia itu fi'il mudhore'. Yang tajarrud anin nawaashibi wal jawaazim. Dia mu'rob karena tidak bertemu dengan nun taukid dan nun niswah. Kemudian dia tajarrud anin nawaashibi wal jawaazim. Setelah kita tahu bahwa cara bacanya adalah berakhiran dhommah, pertanyaan selanjutnya untuk kepentingan analisis, kira2 ini termasuk dalam kategori ma'lum atau majhul? Apa ma'lum itu? ma'lum itu adalah fi'il yang memiliki arti? aktif. Kalau Majhul? kapan sebuah fi'il itu disebut sebagai aktif atau pasif? sebagaimana kemarin sempat kita tegaskan, itu adalah bagaimana cara melafadzkanya. 

Kata2 yakhruju ini memungkinkan untuk dibaca yukroju, memungkinkan. Apakah ditentukan sebagai ma'lum atau majhul? itu tergantung pada? bagaimana melafadzkanya. kecuali kalau seandainya kebetulan yang kita tentukan itu adalah fi'il bina nya ajwaf, fi'il binanya adalah mahmuz. Contoh:

Yang kadang2 dari segi tulisan, dari segi kitaabahnya itu ini sudah bisa ditebak sejak awal, kalau seandainya 

Contoh yang ajwaf. 

قيل - ini pasti bacaanya qiila majhul
قال - ini pasti bacaanya qoola ma'lum
itu pasti beda cara bacanya. Karena ajwaf. 

Contoh yang mahmuz
سئل - ini pasti bacaanya suila majhul
سأل - ini pasti bacaanya sa-ala ma'lum
tidak usah diucapkan pasti bacaanya demikian (sudah menunjukkan antara ma'lum atau majhul) , karena mahmuz. 

Tapi secara umum, ma'lum dan majhul itu tergantung bagaimana melafadzkanya. Apakah diikutkan pada kaidah

  • Dhumma awwaluhu wa kussiro maa qoblal akhir - Tsulatsi Mujarrod fi'il Madhi
  • Dhumma kullu mutaharrikin wa kussiro ma qoblal akhir - Mazid Fi'il Madhi

  • Dhumma awwaluhu wa futiha maa qoblal akhir - Fi'il Mudhore'
atau tidak. Kalau mengikuti kaidah diatas disebut sebagai majhul. Kalau tidak mengikuti kaidah itu disebut sebagai ma'lum. Kenapa klarifikasinya ma'lum dan majhul ini menjadi penting untuk kemudian ditegaskan? Ini pada akhirnya lebih disebabkan karena berdampak pada kalimat isim, status kalimat isim yang jatuh sesudahnya. 

يخرج هذا المزكى من المسجد

Disini hadza misalnya, Seperti yang sudah pernah saya katakan, ketika kita bertemu dengan kalimat isim, maka selanjutnya pasti kita itu harus memberi hukum, 
apakah ini dibaca rofa' nashob atau jar

Setelah kita pastikan bahwa yakhruju ini adalah fi'il ma'lum, karena kaidah bacanya tidak diikutkan pada kaidah majhul, itu berdampak pada kalimat isim yang jatuh sesudahnya, itu nanti disebut sebagai fa'il. Jadi kalau seandainya ditanya itu adalah hadza ini isim fi'il atau huruf? kira2 apa itu? 
ISIM
karena isim pertanyaan selanjutnya adalah apakah dibaca rofa' nashob atau jar? 
Kira2 hadza ini dibaca rofa' nashob atau jar? ROFA'
kenapa kok dibaca rofa'? karena tergolong MARFU'ATUL ASMA
Marfu'atul Asma yang mana itu? yang Fa'il
kenapa yang dipilih kok fa'il? 
Karena jatuh setelah fi'il yang mabni ma'lum. 

Nah inilah pentingnya kemudian ma'lum majhul ini harus diketahui. Jadi kalau ditanya lebih lanjut misalnya

hadza ini adalah ISIM
karena isim memungkinkan dibaca rofa' nashob atau jar. Ini yang dibaca rofa' kenapa kok dibaca rofa'? karena masuk dalam kategori marf'atul asma. Marfu'atul asma yang mana ini? yang fa'il. Kenapa kok fa'il? karena ini jatuhnya setelah fi'il mabni ma'lum. Mana fi'il mabni ma'lumnya? fi'il mabni ma'lumnya adalah yakhruju. Tanda rofa'nya dengan menggunakan apa hadza ini? SIFATNYA mahalli, kenapa kok mahalli? karena termasuk pada isim yang mabni (al asma al mabniyah). Al Asma al mabniyah yang mana ini? Isim Isyaroh. 

Coba yang kecil, Roihan maju...

PERTANYAAN FI'IL
Yakhruju, apakah ini termasuk isim fi'il atau huruf? 
fi'il. 
Kalau fi'il pertanyaan selanjutnya? kira2 bagaimana? 
Madhi Mudhore' apa Amr
Kira2 yakhruju ini termasuk dalam kategori? 
Mudhore'
Kenapa kok disebut sebagai fi'il mudhore'? 
karena ada huruf mudhoro'ah. 
Apa huruf mudhoro'ah disitu? 
ya 
Ya fungsinya untuk apa? 
lil Ghoib


Huruf mudhoro'ah itu apa saja? Roihan? 
Hamzah Nun Ya Ta
Hamzah fungsinya untuk apa? 
Lil Mutakallimil wahdah
Kalau Nun?
Lil mutakallimi ma'al ghoiri
dan Lil mu'adzdzimi Nafsah

Kalau Ya? 
Lil Ghoib

kalau Ta? 
Lil Ghoibah dan Mukhotob

karena yakhruju termasuk dalam fi'il mudhore', kira2 termasuk dalam kategori yang mabni atau yang mu'rob?  Disitu termasuk yang mu'rob. Kenapa kok yang mu'rob yakhruju itu? 
karena tidak bertemu dengan nun taukid dan nun niswah. 
Karena mu'rob pertanyaan selanjutnya bagaimana? roihan? 
Dibaca rofa' nashob atau jazm

Disitu dibaca Rofa' Nashob atau Jazm?
Dibaca rofa', kenapa dibaca rofa'
karena litajarrudihi 'anin nawaashibi wal jawaazim
Apa maksudnya litajarrudihi anin nawaashibi wal jawaazim
Ap maksudnya li tajarrudihi anin nawaashibi wal jawaazim? 
sepi dari amil2 nashob dan amil2 jazm. 
Tanda rofa'nya dengan menggunakan apa itu? 
dhommah. 
Kenapa kok menggunakan dhommah? 
karena al fi'lul mudhori'ulladzi lam yattashil bi akhirihi syai-un
Apa yang dimaksud al fi'lul mudhori'ulladzi lam yattashil bi akhirihi syai-un?
Fi'il Mudhore' yang huruf akhirnya tidak bertemu dengan sesuatu. 
Yang dimaksud dengan sesuatu itu apa saja? Roihan? 
Alif Tatsniyah wawu jamak dan ya muanatsah mukhotobah, serta nun taukid dan nun niswah. 

Jadi kenapa kok dibaca yakhruju, itu ternyata sudah bisa mengidentifikasi. 

Yakhruju ini kira2 tahapan selanjutnya, tahapan berfikir tentang fi'il, yakhruju ini termasuk dalam ma'lum atau majhul? 
Ini termasuk yang fi'il ma'lum? 
kenapa kok disebut fi'il ma'lum? 
Karena tidak diikutkan kaidah majhul, memiliki arti aktif, serta disitu membutuhkan fa'il. 

Karena kaidah bacanya tidak diikutkan pada kaidah majhul. Coba kaidah majhul itu apa saja? Roihan? 
Madhi Mujarrod - Dhumma Awwaluhu wa kussiro maa qoblal akhir
Madhi Mazid - Dhumma kullu mutaharrikin wa kussiro maa qoblal akhir
Mudhore' - Dhumma awwaluhu wa futiha maa qoblal akhir

Karena yakhruju itu termasuk dalam fi'il ma'lum, konsekuensinya dia membutuhkan apa? ROIHAN? 
membutuhkan fa'il. 

PERTANYAAN ISIM
Hadza ini fi'il isim atau huruf?
ISIM
Karena isim pertanyaan selanjutnya bagaimana ROIHAN? 
dibaca rofa' nashob atau jar. 
Kira2 untuk hadza ini dibaca rofa' nashob atau jar? 
dibaca Rofa'
Karena termasuk marf'uatul asma
Coba sebutkan 
Marf'uatul Asma itu apa saja? roihan? 
Fa'il 
naibul Fa'il 
Mubtada 
Khobar
isim Kaana
Khobar Inna
Tawabi'
Tawabi' itu apa saja? 
Na'at Athof Taukid dan Badal

Kira2 hadza ini termasuk marf'uatul asma yang mana ini? 
Disitu termasuk marf'uatul asma yang fa'il. 
Kenapa termasuk yang fa'il? 
karena jatuh setelah fi'il mabni ma'lum. 

Mana fi'il mabni ma'lumnya? roihan? 
yakhruju. 

Kenapa yakhruju kok disebut sebagai fi'il mabni ma'lum? Roihan? 
Karena disitu termasuk fi'il yang tidak mengikuti kaidah majhul. 
Karena hadza dijadikan fa'il, maka harus dibaca apa? roihan?
ROFA
Tanda rofa'nya dengan menggunakan apa? itu ROIHAN? 
Mahalli
Kenapa kok dengan menggunakan mahalli? 
Karena termasuk al asma-ul mabniyah
Al Asma-ul Mabniyah yang mana itu? 
Isim Isyaroh


Perlu ditegaskan, untuk anwaa-ul i'rob itu penting. 
Perubahan tanda baca i'rob itu memungkinkan dalam konteks
Lafdzi
Taqdiri
Mahalli

Kadang2 perubahan i'rob itu ada tandanya 
misal

جاء محمد
رأيت محمد
مررت بمحمد

ini kelihatan tanda i'robnya. Jadi taghyirul awakhiril kalimah, (perubahan huruf akhirnya itu kelihatan). Akan tetapi yang namanya perubahan i'rob itu tidak bisa kita selalu menuntut selalu kelihatan kasat mata seperti ini. Ada juga yang tidak kasat mata.  Akan tetapi dianggap ada perubahan. Contohnya kalau sedang kita i'robi itu adalah isim maqshur. 

جاء موسى
رأيت موسى
مررت بموسى

Musa yang pertama, itu tidak sama hukum i'robnya dengan musa yang kedua. Musa yang kedua itu hukum i'robnya tidak sama dengan musa yang ketiga. Kenapa? karena amilnya beda. 

Amil yang pertama itu adalah jaa-a sehingga musa itu ditentukan sebagai fa'il. ROFA
Amil yang kedua itu adalah roaitu, (fi'il muta'addi). Fa'ilnya adalah Tu,  sehingga musa itu ditentukan sebagai maf'ulun bihi. NASHOB
Amil yang ketiga itu adalah bi, sehingga musa itu ditentukan sebagai majrur, JAR

Pelafadzannya musa disini antara yang pertama yang berhukum ROFA' NASHOB dan JAR itu sama. Tidak yang pertama musayu, yang kedua musaya yang ketiga musayi. TIDAK demikian, padahal hukum i'robnya beda. 

Pun juga kaitanya dengan hadza misalnya. 

جاء هذا الولد
رأيت هذا الولد
مررت ب
هذا الولد

kalau musa tadi itu termasuk dalam kategori taqdiri, kalau hadza ini termasuk dalam kategori mahalli. Oleh sebab itu, kalau kita ingin menganalisis teks, terutama terkait dengan i'rob ISIM, maka kita mesti tahu anwaaul i'rob (jenis2 i'rob)
lafdzi - tandanya ada, dan bisa muncul
Taqdiri - tandanya sebenarnya ada, akan tetapi tidak muncul
Mahalli - tidak ada tanda, sifatnya secara hukum saja, kedudukanya saja dia rofa' nashob jar, tapi secara tanda tidak ada. 

يخرج هذا المزكى من المسجد
Karena hadza disini termasuk yang al asma al mabniyah, maka ini termasuk dalam kategori mahalli. Kawasanya harus tahu sampeyan? pokoknya yang kita i'robi itu berupa 
  • jumlah (kalimat)
  • berupa al hikayah 
  • berupa al asma al mabniyah


Kalau seandainya yang kita i'robi itu termasuk dalam isim manqus dan isim maqshur, kemudan al mudhof ilal ya-il mutakallim, maka ini kawasanya adalah taqdiri. Kalau selain taqdiri dan mahalli maka itu yang LAFDZI. 


Jadi sampeyan jangan sampai lupa, menegaskan kepada murid2 panjenengan. Bahwa perubahan i'rob itu memungkinkan ada tandanya, memungkinkan tidak ada tandanya. Yang tidak ada tandanya itu memungkinkan sebenarnya ada tandanya, tapi tidak bisa muncul, dan memang ada yang tidak ADA. Inilah kemudian anwaul i'rob itu dibagi menjadi tiga. 
Ada yang sifatnya 
  • Lafdzi
  • Taqdiri
  • Mahalli

Seperti hadza, itu ditentukan sebagai fa'il, akan tetapi dhommahnya disini tidak ada. Tanda i'robnya itu tidak ada, kenapa? karena termasuk dalam kategori al asma' al mabniyah, yang merupakan isim isyaroh. Sehingga sifatnya mahalli saja, tanda i'robnya tidak ada disitu. Jadi penting pada akhirnya untuk ditegaskan kepada murid2 kita. Tanda i'rob itu tidak mesti ada. 



Hayo dijawab lagi ROIHAN..

Kira2 hadza ini termasuk marf'uatul asma yang mana ini? 
Disitu termasuk marf'uatul asma yang fa'il. 
Kenapa termasuk yang fa'il? 
karena jatuh setelah fi'il mabni ma'lum. 

Mana fi'il mabni ma'lumnya? roihan? 
yakhruju. 

Kenapa yakhruju kok disebut sebagai fi'il mabni ma'lum? Roihan? 
Karena disitu termasuk fi'il yang tidak mengikuti kaidah majhul. 
Karena hadza dijadikan fa'il, maka harus dibaca apa? roihan?
ROFA
Tanda rofa'nya dengan menggunakan apa? itu ROIHAN? 
Mahalli
Kenapa kok dengan menggunakan mahalli? 
Karena termasuk al asma-ul mabniyah
Al Asma-ul Mabniyah yang mana itu? 
Isim Isyaroh

Jadi yang penegasan awal saya itu bahwa kalau seandainya kita mau melakukan analisis teks, aplikasi teks (tatbiq) maka ilmu kita itu harus LENGKAP.  Kalau tidak lengkap maka tidak memungkinkan. Contoh kasusnya seperti hadza, yang merupakan isim isyaroh. 


COba indra maju
Setiap Isim Isyaroh itu butuh apa? indra? 
Musyarun ilaihi. Musyarun ilaihi itu kategorinya ada berapa? indra? 
ada dua, apa saja itu? 
ada yang NAKIROH ada yang Ma'rifah
Kalau Musyarun ilaihi itu berupa NAKIROH maka ditentukan sebagai apa? indra? 
sebagai khobar. 
Contohnya seperti apa? 
hadza kitabun

Kitabun disitu adalah musyarun ilaih, dan kategorinya adalah isim nakiroh, karena demikian kitabun ditentukan sebagai khobar. Ada juga yang termasuk isim NAKIROH yang kedua termasuk apa? Isim Ma'rifah

Kalau yang ma'rifat itu ada berapa? ada dua, apa saja? 
bi AL dan ghori AL
Nah konsep seperti itu kita harus tahu. Kalau seandainya bi ghoiri AL itu ditentukan sebagai apa? indra? Sebagai khobar. 

Contohnya seperti apa? 
hadza Muhammadun

Kalau yang bi AL itu bagaimana Indra? 
Kalau seandainya musyarun ilaihnya mu'arofun bi AL terkena kaidah
Mu'arrofun ba'da isyarotin biAL u'riba na'tan
au bayaanan au badal
  • Na'at
  • Bayan - Athof Bayan
  • Badal 
Mu'arrofun (isim yang dima'rifatkan) yang jatuh setelah isim isyaroh (dimakrifatkan) dengan AL, maka isim tersebut dihukumi na'at athof bayan atau badal. Menjadi bermasalah kalau misalnya kita sedang menganalisis teks, kok konsep tentang isim isyaroh bahwa ia membutuhkan musyarun ilaih gak faham. Apa itu isim nakiroh apa itu isim ma'rifat gak faham, itu tidak faham, itu pun menjadi bermasalah. Sehingga seperti yang tadi saya tegaskan, kalau kita mau melakukan analisis teks, maka semua bab dalam ilmu nahwu, itu idealnya sudah kita kenal, sudah kita fahami. Karena kita tidak bisa janjian ketika menganalisis teks. Ternyata moro2 kita bertemu dengan hadza. 

Hadza ini adalah isim isyaroh, setiap isim isyaroh butuh musyarun ilaih, mana musyarun ilaihnya dalam konteks ini? adalah Al Muzakkiyy

يخرج هذا المزكى من المسجد
Ternyata Al Muzakkiy yang termasuk dalam kategori musyarun ilaih termasuk dalam kategori isim manqush. Nah saat kita ketemu isim manqush, kita ketemu lagi tentang kaidah isim manqush itu. Jadi ini merupakan gambaran, bahwa yang namanya membaca kitab itu, untuk aplikasinya itu tidak sesederhana yang kita bayangkan apabila kita mau ideal. Kalau seandainya keilmuwan kita, persyaratan2 itu kita miliki, maka enak kita beranalisis. 

Pun juga demikian minal masjidi misalnya
min itu kalimah huruf, bagaimana kita bersikap? itu pun kita juga sudah faham. 

Oleh sebab itu penting untuk ditegaskan berulang2, bahwa yang namanya analisis teks itu ada banyak persyaratan2, yang harus dipenuhi, yang apabila itu tidak kita penuhi, maka menjadi sulit untuk kita lakukan. Yang pertama yang pingin saya tegaskan itu bahwa seperti yang kita katakan itu, minimal sampeyan harus faham tentang identifikasi. Kalau itu sudah diketahui bahwa itu isim, maka cara berfikirnya bagaimana selanjutnya dan seterusnya, itu harus diketahui oleh sampeyan. Jadi kalau seandainya kita sederhanakan...

yakhruju itu merupakan kalimah fi'il, karena kalimah fi'il maka pertanyaanya adalah kira2 ini madhi mudhore' atau amr? Ini termasuk yang mudhore'
Kenapa kok mudhore'? karena disitu di dahului oleh huruf mudhoro'ah. Mudhore' yang mabni atau yang mu'rob ini? yang mu'rob. 
Kenapa? karena tidak bertemu dengan nun taukid dan nun niswah. Karena mu'rob kira2 disini termasuk yang dibaca rofa' nashob atau jazm? disini termasuk yang dibaca rofa' disebabkan karena tajarrud anin nawashibi wal jawazim. Tanda rofa'nya dengan menggunakan dhommah, karena disini bukan termasuk dari al fi'lul mudhori'ulladzi lam yattashil bi akhirihi syai-un, atau disebut sebagai al af'alul khomsah. Bukan termasuk itu, maka tanda i'robnya dengan menggunakan dhommah. 

Selanjutnya ma'lum atau majhul? karena cara bacanya tidak diikutkan pada kaidah majhul. Karena ma'lum maka dia membutuhkan fa'il, mana fa'ilnya? fa'ilnya hadza. Loh hadza kan tidak dibaca rofa'? loh ini kok gak didhommah? Nah inilah yang akhirnya kita menengok konsep anwa-ul i'rob dimana tanda i'rob itu 
Ada yang memang muncul, yang kita sebut sebagai lafdzi
Ada yang tidak muncul, akan tetapi sebenarnya ada tanda i'robnya yang kemudian kita sebut sebagai taqdiri. 
Ada yang memang sejak awal tidak ada tanda i'robnya, yang kemudian kita sebut sebagai mahalli. Anwaul i'rob ini untuk analisis teks, tidak bisa tidak itu harus kita fahami. 

Al Muzakki ini kira2 dibaca apa ustadz? ini yang tadi dikatakan, yang namanya hadza ini adalah isim isyaroh. Setiap yang namanya isim isyaroh itu butuh yang namanya musyarun ilaih. Musyarun ilaih itu ada yang berupa isim nakiroh ada yang berupa isim ma'rifat. Kebetulan disini musyarun ilaihnya dengan menggunakan AL, yang terkena kaidah. 

Mu'arrofun ba'da isyarotin biAL u'riba na'tan
au bayaanan au badal
  • Na'at
  • Bayan - Athof Bayan
  • Badal 
Sehingga Al muzakki disini ditentukan sebagai badal, atau athof bayan, atau ditentukan sebagai na'at. Misalnya kita sebut sebagai badal, misalnya.. karena badal maka hukum i'robnya disesuaikan dengan mubdal minhu. Mubdal minhunya mana? haadza, hadza itu jadi apa? jadi fa'il. Jadi fa'il dibaca apa? rofa' maka Muzakki juga harus dibaca rofa'. Tanda rofa'nya apa? tanda rofa'nya sifatnya taqdiri, dengan menggunakan dhommah. Dhommah yang muqoddar, kenopo sebabe? karena disini termasuk dalam kategori isim manqush. Kemudian minal masjidi adalah susunan jar majrur.

Itu adalah gambaran, bagaimana kita melakukan analisis teks. Jadi memang kalau tidak sama sekali hafal, itu akan sulit. Tapi kalau seandainya sampeyan sudah hafal, sudah faham bab nahwu itu, nanti melakukan identifikasi dan seterusnya itu akan lebih mudah. Mungkin itu yang bisa saya sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf. 


Wabillahittaufiq wal hidayah
Wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh. 




















Comments