Skip to main content

KH. Abdul Haris Jember | Pembelajaran Nahwu Shorof 9 | Fa'il

 

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum warohmatullohi wa barokatuh

Bismillah
Alhamdulillah


Washsholatu wassalamu ‘ala Rosulillah sayyidinaa Muhammadin wa’ala alihi wa shohbihi wa man wa laahu.

Robbisy rohlii shodri, wa yassirly amri, wahlul uqdatan min lisaani, yafqohuu qouli..



Amma ba’du


Pada kesempatan siang hari ini kita melanjutkan kajian kita setiap jum'at, setelah sholat jum'at tentang problematika pembelajaran kitab kuning. Sudah banyak episode yang kita lalui, yang terakhir kita sudah masuk pada bagaimana melakukan analisis teks. Seperti yang pernah saya katakan dalam pertemuan2 yang sebelumnya. Bahwa melakukan analisis teks itu adalah kemampuan puncak. Jadi asumsinya itu adalah teman2 itu sudah hafal nahwu shorofnya dan sudah banyak mufrodatnya. Baru kemudian melakukan analisis teks. Tidak memungkinkan mengajak para peserta didik untuk melakukan analisis teks, apabila kemampuan dari anak2 kita para peserta didik itu ternyata rendah. Baik dari aspek 

nahwu shorof, maupun aspek mufrodatnya. Ini penting untuk kemudian untuk ditegaskan bahwa apabila yang namanya

fahmul maqru- itu menjadi tujuan, fahmul kutub itu menjadi tujuan, memahami kitab itu menjadi tujuan, maka 

unsur yang harus dipenuhi, 

  • nahwu shorofnya kudu baik / qowaidnya kudu baik
  • mufrodatnya kudu banyak
  • tatbiq (aplikasi teks/ analisis teks)


Siapapun yang melakukan analisis teks, seperti kemarin2 yang kita tegaskan, pasti pada akhirnya akan melalui tahapan2  disadari atau tidak tahapan itu mesti ada, yaitu:

melakukan identifikasi terlebih dahulu, mengklasifikasikan bahwa kalimat yang dianalisis itu termasuk dalam kategori isim fiil atau huruf. Ketika sudah diketahui identitasnya, ketika ini adalah isim, ini adalah fiil ini adalah huruf, dalam rangka akurasi dalam mengidentifikasi itu sudah bagus, maka selanjutnya yang harus kita lakukan adalah i'robisasi. 

Menentukan ini dibaca rofa' nashob jar atau jazm. Selanjutnya setelah mahal i'rob atau kedudukan i'robnya itu sudah diketahui, ini dibaca rofa' ini dibaca nashob, ini dibaca jar, ini dibaca jazm, sudah diketahui, maka sangat mungkin kita masuk pada tahapan selanjutnya yaitu mengambil murod atau kita istilahkan murodisasi. Kemarin kita sudah menegaskan juga pada pertemuan2 yang kemarin, bagaimana kita harus berlogika ketika kita harus bertemu dengan 

  • isim
  • fi'il 
  • dan huruf

Sekedar mereview, kalau kita bertemu dengan kalimat fi'il ada empat pertanyaan pokok yang harus dijawab sebagai persyaratan untuk melakukan analisis teks lanjutan. Apa itu?

Apakah fi'il itu termasuk dalam kategori 

  • madhi mudhore' atau amr
  • mabni atau mu'rob
  • ma'lum atau majhul
  • lazim atau muta'addi


Kalau kita bertemu dengan kalimat ISIM pertanyaan lanjutan bagaimana? apakah isim itu harus dibaca rofa' nashob atau jar. kapan isim itu harus dibaca rofa' itu sudah ada tempatnya dan tidak mungkin berubah kapan isim itu harus dibaca nashob itu sudah ada tempatnya dan tidak mungkin berubah kapan isim itu harus dibaca jar itu sudah ada tempatnya dan tidak mungkin berubah tinggal dihafalkan pokoknya kalau dibaca rofa' itu ya karena marfu'atul asma bisa jadi karena menjadi

  • fa'il 
  • naibul fa'il 
  • mubtada' 
  • khobar 
  • isim kaana
  • khobar inna
  • tawabi' (na'at athof taukid badal)

Kalau dibaca nashob ya karena manshubatul asma manshubatul asma sejak dulu sampai sekarang tidak mungkin berubah apa saja itu? bisa jadi dibaca nashob itu karena menjadi 

  • maf'ul bihi
  • maf'ul mutlak
  • maf'ul li ajlih
  • hal
  • tamyiz
  • munada
  • ismu laa allati li nafyil jinsi
  • bisa jadi karena isim inna
  • bisa jadi karena khobar kaana
  • dan seterusnya, pokoknya yang termasuk manshubatul asma, diantaranya
  • tawabi' 


Kalau dibaca jar ya karena majrurotul asma tempatnya jelas, jar itu cuman ada tiga, 

  • kalau tidak dijarkan karena dimasuki huruf jar, 
  • dijarkan karena idhofah, 
  • dijarkan karena tawabi'


FAIL

Cara berfikirnya jelas, tidak mungkin tidak. Nah sekarang kita sudah masuk pada kasus2 tertentu, dan sekarang kita harus menjelaskan tentang bab fa'il. Setelah belajar berlogika, sekarang kita belajar tentang bab fa'il. Apa fail itu? pokoknya sebuah kalimat itu, atau sebuah istilah itu yang pertama sampeyan kudu ngerti ta'rifnya apa definisinya kudu ngerti, kalau seandainya ada, nanti ada aqsamnya (pembagiannya bagaimana) kemudian selanjutnya amtsilah, contoh minimal ini sudah, gak usah terlalu banyak sampeyan belajar itu, gak usah sing ruwet2. nah ruwetnya itu nanti. 


Apa definisi dari fa'il, apa pembagianya? apa contoh2nya? itu yang harus diketahui oleh sampeyan Sekarang... definisinya,. fail itu apa? isim yang dibaca rofa' yang jatuh setelah fi'il yang mabni ma'lum atau yang diserupakan dengan fi'il mabni ma'lum. Berarti kalau seandainya kita ingin membahas tentang fa'il, kita harus kenal apa itu ma'lum, dan apa itu majhul, itu syaratnya.. karena definisi dari fa'il itu ternyata isim yang dibaca rofa' yang jatuh setelah fi'il yang mabni ma'lum atau yang diserupakan dengan fi'il mabni ma'lum Fi'il mabni ma'lum itu kalau seandainya membahas tentang fa'il merupakan materi prasyarat (merupakan materi persyaratan) untuk bisa masuk pembahasan tentan fa'il. Karena disitu itu juga ada yang diserupakan dengan fi'il mabni ma'lum, maka itu juga harus diketahui, apa yang diserupakan dengan fi'il mabni ma'lum. Bagaimana contohnya ustadz? 

seperti

فاز الرجل السبق فرسه


faaza - untung

sopo? 

ar rojulu - wong lanang

as saabiqu - kang menang

opo? 

farsuhu - jarane ar rojul


Mana yang menjadi fa'il ini? yang menjadi fa'il adalah ar rojulu. Kenapa ar rojulu ini ditentukan sebagai fa'il?  ar rojulu ini ditentukan sebagai fa'il ini lebih disebabkan karena ini adalah isim, buktinya ini ada AL nya. dan jatuhnya stelah lafadz faaza yang merupakan fi'il ma'lum. Karena demikian yang namanya Ar Rojul, yang merupakan isim, yang jatuh setelah fi'il ma'lum faaza ini disebut sebagai fa'il. Karena fa'il maka dia harus dibaca rofa', tanda rofa'nya menggunakan dhommah. Kenapa kok dengan menggunakan dhommah? karena kebetulan ini adalah isim mufrod. Jadi dari definisi, yang dimaksud dari fa'il itu adalah isim yang dibaca rofa' yang jatuh setelah fi'il yang mabni ma'lum, perlu ditegaskan dari definisi itu bahwa konsep tentang ma'lum, merupakan persyaratan untuk bisa masuk kepada bab fa'il. Kalau seandainya panjenengan belum ngerti, apa itu fi'il ma'lum, maka akan sulit untuk bisa memahami tentang fa'il ini. Kenapa? karena yang namanya fa'il itu adalah isim yang dibaca rofa' yang jatuh setelah fi'il yang mabni ma'lum atau diserupakan dengan fi'il yang mabni ma'lum. 

 

فاز الرجل السابق فرسه

Jadi seperti kemarin, pertama ya diidentifikasi dulu. Faaza ini isim fi'il atau huruf? sama dengan yang kemarin itu. O ini fi'il, karena fi'il pertanyaan selanjutnya bagaimana? o ini madhi mudhore' atau amr? 
mabni atau mu'rob?
ma'lum atau majhul?
lazim atau muta'addi?


Langsung kita masuk pada bab, ar rojulu. Ar rojulu jelas isim, kenapa kok isim? karena ada AL nya. Karena isim maka memungkinkan dia dibaca rofa', nashob, atau jar? 

Untuk kasus yang ar rojulu ini termasuk yang dibaca rofa'. Kenapa kok termasuk yang dibaca rofa'? termasuk marfu'atul asma. Marfu'atul asma itu kan banyak, bisa jadi fa'il, bisa jadi naibul fa'il, mutada, khobar, isim kaana, khobar inna, tawabi'. Yang namanya marfu'atul asma itu banyak, kenapa kemudian yang kita pilih ini adalah fa'il? bukan mubtada? (misalnya)

Ustadz, ini memang harus ditentukan sebagai fa'il. Bukan mubtada, bukan khobar, memang yang dibaca rofa' itu memang banyak, ada fa'il, ada naibul fa'il, ada banyak hal disitu. Akan tetapi ini harus ditentukan sebagai fa'il, karena ini adalah isim. Buktinya adalah ada AL nya disini, dan jatuhnya setelah faaza. Dimana faaza itu masuk dalam kategori fi'il? ma'lum. Kok tahu kalau ini adalah fi'il ma'lum? iya... karena cara bacanya tidak diikutkan pada kaidah majhul ( dhumma awwaluhu wa kussiro maa qoblal akhir). Seperti kemarin kita tegaskan.  Apakah fi'il itu termasuk dalam kategori ma'lum, ataukah majhul, bisa diketahui, nanti artinya menyesuaikan, kalau seandainya sudah diucapkan, sudah dilafadzkan. 

Seperti lafadz
kaf ta' ba' ini

كتب 

memungkinkan dibaca kataba, akan tetapi memungkinkan dibaca kutiba. Kapan kita tahu kaf ta' ba' yang tidak berharokat itu, akan dibaca kataba atau kutiba? ya setelah diketahui, bagaimana konteks itu dituntut. Bisa dibaca kataba, bisa dibaca kutiba. Arti yang menuntut itu kataba atau kutiba? Yang jelas, apakah kalimat itu termasuk dalam kategori ma'lum atau majhul, setelah dilafadzkan. Pelafadzannya itu menyesuaikan dengan konteks. Contoh seperti ini...


كتبت الرسالة

katabats- wus nulis, sopo?
ar risalatu ( surat)

Mosok Surat menulis? Surat mesti ditulis. Karena arti yang cocok itu dipasifkan, maka ini kita paksa untuk menjadi majhul. Sehingga bacanya adalah kutibats ar risalata. Memang seperti kemarin yang kita tegaskan, bahwa untuk fi'il2 tertentu, untuk fi'il majhul itu tidak usah dilafadzkan, kapan itu terjadi? apabila fi'il itu merupakan fi'il ajwaf, atau fi'il itu dalam kategori fi'il mahmuz, maka secara tulisan tidak usah dilafadzkan, tidak usah dituliskan, secara otomatis itu bisa disimpulkan. Koyok ngene iki lek umpamane ditulis 

قيل 

gak usah dilafadzkan, pasti dianggapnya sebagai majhul. Kalau qoola pasti menganggapnya sebagai ma'lum. Karena apa? karena ini kategorinya adalah ajwaf. Jadi ajwaf itu memungkinkan untuk kemudian diketahui, tanpa dilafadzkan. Tapi secara umum, dilafadzkan dulu, baru diketahui apakah itu ma'lum atau majhul. Seperti kemarin kita ulang2 itu. 

Karena arrojulu disini adalah merupakan kalimat isim, buktinya itu adalah ada AL nya, maka memungkinkan dibaca rofa' memungkinkan dibaca nashob, memungkinkan dibaca jar. Ini dibaca apa? dibaca rofa', kenapa? karena marf'uatul asma', marfu'atul asma yang mana ini? yang fa'il. Kenapa kok yang dipilih yang fa'il? Iya dipilih fa'il itu adalah karena ini adalah isim yang jatuh setelah faaza. Dimana faaza ini masuk dalam kategori fi'il ma'lum. Itu kan yang kemudian kita sebut sebagai fa'il. 


فاز الرجل السابق فرسه

faaza ar rojulu as sabiqu farosuhu

Kalimat ini juga meliputi kalimat isim yang dianggap serupa dengan fi'il ma'lum. Mana contohnya itu? Assaabiqu disini. As Saabiqu disini apa shighotnya? shighotnya adalah isim fa'il. Kok tahu kalau ini isim fa'il? iya karena ini mengikuti wazan fa'ilun. Karena as saabiqu mengikuti wazan faa'ilun, maka disebut sebagai isim fa'il. Karena isim fa'il disebut sebagai isim sifat. Seperti yang biasa kita tegaskan itu. Isim fa'il yang kemudian kita sebut sebagai isim sifat itu, memungkinkan untuk beramal sebagaimana fi'ilnya. Kalau seandainya isim fa'il ini beramal sebagaimana fi'ilnya, maka dia disamakan dengan fi'il ma'lum, otomatis dia juga punya fa'il. Inilah kemudian kok kenapa? al farosuhu ini disebut sebagai fa'il juga. Faaza ar rojulu as saabiqu farosuhu. Disini farosuhu dijadikan sebagai fa'il dari as sabiqu. As saabiqu disebut sebagai syibhul ma'lum. Ar Rojulu disini sebagai fa'il dari faaza, dimana faaza adalah merupakan fi'il ma'lum, setiap isim, apabila itu jatuh setelah fi'il ma'lum, maka disebut sebagai fa'il. Fa'il harus dibaca rofa'. Itu semacam itu. 


Coba sekarang, danial, maju. 
Sekarang fa'il itu apa? danial? 
Isim yang dibaca rofa' yang jatuh setelah fi'il mabni ma'lum atau disamakan dengan fi'il mabni ma'lum. Kalau misalnya kita masuk pada contoh, misalnya danial. Faaza itu isim fi'il atau huruf? fi'il. Karena faaza itu adalah fi'il, maka pertanyaan selanjutnya bagaimana? kira2, danial? Termasuk fi'il madhi? mudhore' atau amr? Pertanyaan pertama itu mesti sama, yaitu apakah itu madhi, mudhore' atau amr. Setelah itu dituntaskan, pertanyaan keduanya apa itu? danial? Yang kedua itu mabni atau mu'rob. Yang ketiganya itu apa? danial? Ma'lum atau majhul. Yang keempat itu apa? danial? Lazim atau muta'addi. 

Sekarang saya tanya, apakah konsepnya sudah hafal atau tidak. Fi'il madhi itu apa? danial? Fi'il madhi adalah fi'il yang melakukan pekerjaan yang telah dilakukan. Cirikhasnya fi'il madhi itu apa danial? Dapat dimasuki oleh ta ta'nits sakinah. Berarti ini mengerti sudah fi'il madhi itu. 

Kalau fi'il mudhore' itu? apa danial? Fi'il mudhore' adalah fi'il yang didahului oleh huruf mudhoro'ah, yang menunjukkan pekerjaan yang sedang atau akan dilakukan. Iya bagus, berarti ini ngerti, tentang fi'il mudhore'. Huruf mudhoro'ah itu apa saja? danial? 
hamzah nun ya ta. 


Kalau fi'il amar itu apa? danial? Fi'il yang menunjukkan arti perintah. 

Bagaimana proses pembentukan fi'il amr itu danial? 

Terbentuk dari fi'il mudhore' itu dengan cara 

  • huruf mudhoro'ahnya dibuang. 
  • huruf akhirnya disukun apabila berasal dari fi'il shohih akhir
    (ash shohihul akhir wa lam yattashil bi akhirihi syai-un)
  • huruf akhirnya dibuang apabila berasal dari fi'il shohih mu'tal
    (al mu'talul akhir wa lam yattashil bi akhirihi syai-un)
  • Kalau af'alul khomsah, maka nun nya dibuang


Apabila dari cara di atas fi'il amr masih belum terbaca maka didatangkan hamzah washol dan hamzah qotho'. Hamzah washol itu apa? Hamzah yang terbaca apabila di awal kalimat, dan tidak terbaca apabila disambung.  dengan kalimat lait. Hamzah Qotho' yaitu hamzah yang tetap terbaca, baik diawal maupun apabila disambung dengan kalimat yang lain. 


Letak dan posisi hamzah washol itu dimana? danial? 

  • Tsulatsi
  • khumasi 
  • dan sudasi

Kalau tsulatsi ada dimana danial? fi'il amar
Kalau yang khumasi itu ada dimana? fi'il madhi, mashdar, fi'il amar
Kalau yang Sudasi itu ada dimana danial? fi'il madhi, mashdar, fi'il amar


Kalau hamzah qotho' itu ada dimana? letak dan posisinya? 
Terletak di Ruba'i, di Ruba'i dimana nya?
Fi'il Madhi, Mashdar, dan Fi'il Amar


Kalau seandainya ditanya tentang fi'il mabni itu apa danial? Fi'il mabni adalah fi'il yang harokat huruf akhirnya tidak dapat berubah2 meskipun dimasuki amil. Kalau fi'il mu'rob? Fi'il yang harokat akhirnya berubah2 sesuai dengan amil yang memasukinya. 


Kalau fi'il ma'lum itu apa? Fi'il yang berarti aktif, dan tidak diikutkan oleh kaidah majhul. 
Kalau fi'il majhul itu apa? Fi'il yang berarti pasif, dan diikutkan oleh kaidah majhul. 

Coba sebutkan, kaidah majhul itu apa? 
Madhi Mujarrod - Dhumma Awwaluhu wa kussiro maa qoblal akhir
Madhi Mazid - Dhumma kullu mutaharrikin wa kussiro maa qoblal akhir
dan 
Mudhore' - Dhumma awwaluhu wa futiha maa qoblal akhir

Kalau fi'il lazim itu apa? Fi'il yang tidak membutuhkan maf'ul bih
Kalau fi'il muta'addi apa? fi'il yang membutuhkan maf'ul bih

Bagaimana kita bisa membedakan ini fi'il muta'addi, ini fi'il lazim misalnya? Dilihat dari segi artinya. Maksudnya bagaimana? Apabila dapat dipasifkan berarti termasuk fi'il muta'addi, dan apabila tidak dapat dipasifkan berarti fi'il Lazim. 

Kalau seandainya saya mengatakan, kataba artinya membaca, kira2 disitu lazim atau muta'addi? Kenapa kok muta'addi? karena dapat dipasifkan. Ya apa contohnya dipasifkan? 
menulis itu dipasifkan menjadi bagaimana? menulis menjadi ditulis. Berarti danial ini sudah bisa melakukan analisis, karena apa? definisi dari madhi mudhore' amar dari tahap pertama, pengertian mabni mu'rob pada tahap kedua,  ma'lum majhul tahap ketiga, dan lazim muta'addi tahap ke empat, itu sudah dikuasai. Jadi sudah siap melakukan analisis fi'il sudah siap. Sekarang kita ngomong dalam konteks ar rojulu. 

فاز الرجل السابق فرسه

ar rojulu itu isim fi'il atau huruf? menurut danial? Isim. 

Kenapa kok isim itu? 

karena memiliki ciri2 isim. 

Apa ciri2 isim disitu? 

ada AL

Ciri2 isim itu apa saja? 

  • Bisa dimasuki AL
  • bisa ditanwin
  • bisa dimasuki huruf jar, dan dibaca jar.

Karena ini adalah isim, pertanyaan selanjutnya bagaimana? Dibaca rofa' nashob atau jar. Kira2 untuk ar rojulu ini dibaca rofa' nashob atau jar? dibaca rofa', kenapa kok dibaca rofa'? karena marf'uatul asma'. Marfu'atul asma yang mana itu? yang fa'il. Kenapa yang dipilih fa'il? bukan mubtada bukan khobar, atau bukan yang lain? kenapa? Karena ar rojulu adalah isim yang dibaca rofa' yang jatuh setelah fi'il mabni ma'lum. Mana fi'il mabni ma'lumnya? Faaza, kenapa? Faaza kok disebut sebagai fi'il mabni ma'lum? Karena tidak diikutkan dengan kaidah majhul. Bagus...

Karena ar rojulu adalah isim, dan ternyata jatuhnya setelah faza yang merupakan fi'il mabni ma'lum, maka ar rojulu ditentukan sebagai fa'il. Karena fa'il harus dibaca apa itu danial? Dibaca rofa'. Tanda rofa'nya dengan menggunakan apa? dhommah. Kenapa kok dengan menggunakan dhommah? karena isim mufrod. Seperti itulah kira2, bagaimana berlogika tentang fa'il itu bagaimana. Jadi kalau seandainya kita belajar tentang fa'il, kita harus ngerti dulu apa itu fi'il ma'lum, apa itu fi'il majhul. Karena isim yang jatuh setelah fi'il yang dibaca rofa' itu bisa jadi disebut fa'il, bisa jadi disebut sebagai naibul fa'il. Tergantung pada kira2 fi'ilnya termasuk ma'lum atau majhul. Kalau ma'lum maka disebut sebagai fa'il, kalau majhul maka disebut sebagai? naibul fa'il. Itu semacam itu, logika tentang fa'il itu seperti itu. 

Selanjutnya, seperti yang sering saya katakan, kalau kita belajar bab tertentu dalam ilmu nahwu, minimal itu..

ta'rifnya ngerti (definisinya)

aqsamnya ngerti (pembagianya) 

amtsilahnya ngerti (contoh2nya )


Secara operasional? meskipun di sekitar kita pembagianya tidak seperti ini. Kita membagi seperti ini juga gak ada masalah. Karena yang mempermudah yang mana, itu yang harus kita ikuti. Sampeyan itu besuk kalau jadi guru juga harus seperti itu. 

Fa'il itu secara umum ada yang disebut sebagai 

  • fa'il isim dzohir,
  • fa'il isim dhomir, 
  • fa'il mashdar muawwal. 

Jadi masing2 contoh, juga harus faham. Misalnya untuk isim dzohirnya misalnya..

فاز الرجل السابق فرسه

ضربت كلبا

ada kata2 tu disini, ini isim dhomir, jatuh setelah dhoroba yang merupakan fi'il ma'lum. Maka dhomir disini dijadikan sebagai fa'il. Ada juga yang merupakan mashdar muawwal. Kita tidak bisa kemudian, memberi contoh fa'il tentang mashdar muawwal, kalau konsep tentang mashdar muawwal itu sendiri, kita belum faham. Padahal itu kenyataanya ada di dalam sebuah kalimat. Sekarang, danial, sudah ngerti apa itu mashdar muawwal? Mashdar muawwal adalah lafadz yang sebenarnya bukan mashdar, tetapi dianggap mashdar karena dimasuki oleh huruf mashdariyah. Iya....

Mashdar muawwal itu adalah lafadz, yang sebenarnya itu bukan mashdar. Akan tetapi dianggap mashdar. Kenapa kok dianggap mashdar? karena dimasuki oleh huruf mashdariyah.  Apa contohnya untuk yang mashdar muawwal ustadz? 

أعجبني أنك مجتهد

anna + isimnya + khobarnya ini adalah fi takwilil mashdar. Ini bukan mashdar sebenarnya, akan tetapi dianggap mashdar. Kenapa kok dianggap mashdar? karena dimasuki oleh huruf mashdariyah. Mana huruf mashdariyah? anna ini, sehingga kalau kita kepingin merinci. 

Anna ini merupakan 

  • huruf nashob. 
  • huruf taukid
  • juga merupakan huruf mashdariyah

Sebagai huruf nashob dia memiliki pengamalan tanshibul isma wa tarfa'ul khobar. Sebagai huruf taukid, kita tahu arti, dia artinya adalah sesungguhnya. Sebagai huruf mashdariyah karena nanti isim dan khobarnya + dengan anna itu menjadi fi takwilil mashdar atau mashdar muawwal. 


Jadi kita harus tahu, pembagian dari fa'il itu apa? secara operasional yang kita temukan di dalam kitab2. Ternyata pembagian fa'il itu ada yang berupa isim dzohir, ada yang berupa isim dhommir, ada yang berupa mashdar muawwal. 

Contoh Isim Dzohir itu apa ustadz? 

فاز الرجل السابق فرسه
ar rojulu, ini adalah contoh untuk fa'il. Kenapa ar rojulu kok disebut sebagai fa'il? ya seperti tadi, analisisnya. Kenapa ini kemudian kok disebut sebagai fa'il? Lebih disebabkan ini adalah isim, jatuh setelah faaza, yang merupakan fi'il ma'lum. 

Isim dhomir

ضربت كلبا

Kenapa tu ini kok dianggap sebagai fa'il? lebih disebabkan karena tu ini adalah isim dhommir, kenyataanya dia itu jatuh setelah dhoroba, yang merupakan fi'il ma'lum, yang tidak diikutkan dengan kaidah majhul. 


Mashdar muawwal

أعجبني أنك مجتهد
kenapa Annaka ini kok dijadikan sebagai fa'il? lebih disebabkan ini jatuh setelah a'jaba, nun nya ini disebut dengan nun wiqoyah, ya nya ini disebut sebagai ya mutakallim. 

Jadi contoh2nya itu kita harus hafal, sebagai pengayaan. 

أعجبني أنك مجتهد

itu bisa disamakan dengan

أعجبني إجتهادك

Ini kalau seandainya dijadikan sebagai mashdar shorih, mashdar yang bener2 mashdar. Bukan dianggap mashdar, tapi mashdar beneran. Coba maju lagi untuk memberi kesimpulan. Ayo... Royhan. (36.20)














Comments