Skip to main content

Catatan Ngaji Gus Baha | Kemenaker RI 2022 | Filosofi Tenaga Kerja


Yang saya Hormati Dr. Hj. Ida Fauziyah, M.Si
Selaku Menteri Tenaga Kerja
Bapak Anwar Sanusi, Phd 
Sekjend Kemenaker
dan Semua Pejabat Tinggi Madya
Semua yang ada di lingkungan Kemenaker
dan temen2 yang hadir offline disini
di Pondok kami. 
Semua yang saya hormati, semua warga Indonesia
semuanya, teman2 yang 
Saya Insyaalloh ngisi 15 menit, 
mungkin itu maksimal. 
Saya dibilangi mbak saya, mbak....
Staf Khusus di Kemenaker, 




Jatah Rizqi

Saya tidak akan memberi nasihat banyak, tapi saya punya filosofi tentang tenaga kerja. Tadi sudah disebut bahwa nilai kerja itu ibadah. Agama manapun pasti setuju, orang itu (seharusnya) mendapat rizki itu lewat jalan yang halal. Lewat jalan yang halal itu pilihanya, mungkin ya
  • kerja, 
  • warisan, 
  • hibah. 

Ini penting saya utarakan karena nanti akan membacakan beberapa makalah yang diriwayatkan ulama2 top (seperti Kitab Ihya, karanganya Imam Al Ghozali). Ketika mendapatkan pekerjaan, itu harusnya asumsi islam, asumsi kebaikan itu 
tho'amul wahid yakfi itsnain normalnya rizki orang satu itu  bisa dimakan orang dua 
tho'amul itsnain yakfi arba'atan
Normalnya rizki orang dua itu bisa mencukupi orang empat

طعام الواحد يكفي الاثنين
وطعام الاثنين يكفي الأربعة
وطعام الأربعة يكفي الثمانية

dalam riwayat lain

طعام الاثنين كافي الثلاثة، وطعام الثلاثة كافي الأربعة

Jadi kekacauan dunia ini dimulai ketika jatahnya orang satu menghabiskan jatahnya orang seribu. Jadi gara2 kerakusan itu terus sistem sosial itu menjadi kacau. Harusnya itu Tho'amul Wahid, Yakfi Itsnain. Tho'amul Itsnain yakfi arba'atan. Jatah rizkinya orang satu, bisa menghidupi orang dua ke atas. Jatah rizkinya orang dua, bisa mencukupi orang empat ke atas. 

versi video bisa kalian tonton disini ya temen2....




Dosa dan Kerja

Kemudian, ini saya baca saja, supaya tambah berkah.  Beberapa teks tentang pekerjaan Ini di Kitab Ihya di halaman 85 kalau di kitab saya. Tentang keutamaan kerja. 

Ini dijelaskan, 

إن من الذنوب ذنباً لا يكفره الا الهم  في طلب المعيشة 
inna minadz dzunubi dzanban laa yukaffiruhu 
illal hammu fi tholabil ma'iisyah


Jadi sebagian diredaksikan 

إن من الذنوب ذنوباً لا تكفرها الا الهم  في طلب المعيشة 
inna minadz dzunubi dzunubun,
laa  yukaffiruhaa illal hammu 
fi tholabil ma'iisyah


Jadi ada dosa yang tidak bisa dihapus melalui istighfar (saja), tidak bisa dihapuskan oleh shodaqoh (saja), tidak bisa dihapuskan oleh misalnya wiridan. Yang bisa menghapuskan dosa itu hanya kalau kita serius, atau kepikiranlah (hammu itu kepikiran) mencari ma'isyah (mencari rizki). 

versi video bisa kalian tonton disini ya temen2....


Jadi SUDUT PANDANG itu penting, jadi kita yang sedang istighosah, atau mungkin kita sedang pengajian, atau  mungkin kita sedang jadi ustadz. Melihat orang mencangkul, melihat orang ke Pabrik, melihat orang di aktivitas pekerjaanya itu harus melihat bahwa mereka itu sejatinya orang yang sedang minta ampun kepada Alloh Swt. Karena di sistem pekerjaan itu lahirlah satu variable atau apa saja, yang positif, ada hukum sosial, karena ketemu teman yang saling (bisa bertukar) pengalaman. Ada ketergantungan manusia dengan hal2 yang halal, ini yang paling penting. Misalnya orang bisa hidup itu karena makan nasi dan minum air, artinya makan yang halal. Jangan sampai orang berfikir, bisa tenang kalau minum narkoba misalnya. Orang bisa kerja karena digerakkan punya anak kecil, punya ibu yang renta, punya keluarga yang membutuhkan. Jangan sampai orang bekerja karena keinginan hawa nafsu, karena hal2 yang maksiat. Sehingga status orang yang dagang misalnya. 

التاجر الصدوق الأمين  (يحشر يوم القيامة) مع النبيين والصديقين والشهداء

Orang yang dagang kemudian dia benar, jujur, itu nanti maqomnya, kelas dia itu bersama para orang2 yang meninggal syahid (pahlawan2). 

versi video bisa kalian tonton disini ya temen2....






SUDUT PANDANG Ketaqwaan
Ini penting saya utarakan agar cara pandang kita terhadap (kehidupan beragama). Jangan sampai kita yang beragama, terus melihat yang beribadah itu yang datang ke masjid (saja). Ketika jam kerja, kemudian ada pengajian, kita gak pengajian itu dianggap salah, karena gak datang di masjid. Atau kita datang ke pabrik, atau ke pasar, nilainya sama, sama2 ibadah. Ini penting supaya cara pandang kita terhadap orang lain itu positif

Saya berkali2 bilang, kalau ada tetangga saya meninggal, saya muji2, orang ini kalau malam tidur. Kalau malam ya lihat sinetron, kalau malam ya santai2 di rumah sampai (pagi). Kalau kita pakai sudut pandang maksimal, yang dinamakan tho'at itu tahajjud, witir, wiridan, maka orang ini tidak masuk dalam kategori tho'at. Tapi kalau kita kembali ke definisi taqwa, takwa itu (juga) meninggalkan hal2 yang dilarang oleh Alloh Swt. Orang ini akan kelihatan berprestasi. Karena saat orang ini berada di rumah, berarti tidak mencuri, tidak mengganggu orang lain, tidak menjadikan kegaduhan di perempatan atau di jalan2. Sehingga agama ini juga harus mengapresiasi tarkul ma'asyi

versi video bisa kalian tonton disini ya temen2....



Bahwa orang yang tidak punya aktivitas di rumah, banyak yang dilakukan sebetulnya, baik itu kebaikan masif, kebaikan bersama, karena orang ini banyak meninggalkan aktivitas yang tidak merugikan orang lain. Saya berkali2 bilang kalau saya jadi kyai, jadi orang yang baik, kalau ada orang yang sowan ke kita itu kita seneng, karena kebaikan itu diapresiasi. Misalnya ada. Tapi kalau tidak demikian itu juga seneng. Senengnya itu mungkin orang lain itu sudah tidak butuh kita. Saya berkali2 bilang, kalau kalian jadi kyai, gak usah tersinggung kalau ada tetangga gak minta konsultasi, artinya mereka sudah mandiri sudah memutuskan masalahnya sendiri. Tapi kalau konsultasi anggep mereka punya akhlaq, tanya kyai. Kalau tidak ya anggap saja mereka sudah mandiri. 


Makanya sudut pandang dalam islam itu penting sekali. Jadi kalau kita baca beberapa hadits, suatu saat Rosululloh itu ngaji di masjid. Kemudian ada pemuda dengan cangkulnya, dengan enaknya melewati Rosululloh. Sehingga para sahabat itu komplain, ini pemuda ngawur sekali ada Rosululloh ngaji tapi gak ikut ngaji, malah berlalu saja ke ladangnya. Tapi ketika (disalahkan), Rosululloh malah mbela pemuda tadi. Pemuda kalau dia kerja mencarikan nafkah untuk keluarganya, untuk yang kecil, atau yang tua supaya dia  gak minta2 orang lain, itu juga sunnahku. Sehingga bentuk sunnah Rosul itu tidak harus orang datang ke pengajian. Kemudian ikut ndengar mau'idzoh hasanah. Mungkin temen2 yang sedang bekerja itu tidak lagi mendengarkan ngaji, sudah melakukan isi pengajian. Orang2 baru mendengarkan, yang itu sudah melakukan isi pengajian. 

versi video bisa kalian tonton disini ya temen2....

Makanya kalau di daerah saya banyak (orang) kenapa kamu gak datang ngaji? Saya lebih ngaji dari pak kyai, pak kyai kan? yang menyarankan kita baik sama orang tua. Saat pak kyai pengajian, saya ngrumat orang tua saya di rumah sakit. Tapi kadang2 kita pakai ukuran kita sendiri, yang gak datang pengajian itu orang jelek, karena gak mau datang. Padahal jangan2 yang sedang di rumah, itu yang sedang melakukan pengajian itu. Ya dia gak datang, karena ngrawat orang tuanya, karena sedang asyik dengan istrinya. Itu juga harus disebut bagian dari kebaikan. 

Dalam kebaikan islam, Nabi pernah ngendikan, kamu kumpul dengan istri kamu itu shodaqoh.  

في بُضع أحدكم صدقة

Sampai shohabat protes, masak.... 

أيأتي أحدنا شهوته ويكون له فيها أجر


Masak urusan seneng2 sama istri juga dapat pahala? Terus Nabi ngendikan..

أرأيتم لو وضعها في حرام أكان عليه وزر 
فكذلك إذا وضعها في الحلال كان له أجرا
 

Kalau pelampiasan syahwat itu hal yang negatif, yang haram itu kan dosa. Nah ketika melaksanakan yang halal (positif) itu ada pahala. Jadi pahala itu segampang itu, orang asyik dengan anaknya dengan istrinya, dengan ibuknya, ya dapat pahala yang besar. Berarti saat itu dia tidak maksiat, tidak ...


Pekerjaan juga gitu, mungkin orang lain dapat uang dengan traksaksi narkoba, mungkin orang lain dapat uang karena... mungkin orang lain dapat uang karena menipu, Orang2 bekerja itu dapat rizki, itu juga harus kita apresiasi. Orang2 ini kalau meninggal maqomnya, ma'ash shiddiqiin wa syuhadaa. Gelar Ash Shiddiq itu gelar yang luar biasa dalam hazanah kewalian. Nah orang2 yang bekerja itu nanti maqomnya seperti itu. Itu adalah inspirasi kita yang luar biasa. Sehingga kita tidak melihat orang itu, wah orang kok kedonyan tok, orang kok orientasinya dunia terus, ingin kaya raya. Kita gak boleh berfikir seperti itu, karena banyaknya harta, di tangan orang2 halal, di tangan orang2 baik, pasti efeknya banyak, bisa melahirkan pekerjaan, bisa melahirkan kemanfaatan. Sehingga Nabi kalau muji pedagang itu, dari 10 rizki itu sembilan berkahnya ada di pedagang. Karena kalau pedangan itu kikir, sekikir2nya pedangan itu dia harus mbayar supir, mbayar satpam, mbayar yang ngirim jasanya, dan sebagainya. Sehingga uang itu tetep berputar. Tapi kalau sebaik2nya anda, kalau gak berdagang, itu mungkin uang ditabung, sehingga potensinya itu ihtifadz ( menyimpan). 



Pekerjaan
Karena saya nekuni keilmuan agama, makanya saya bisa cerita bahwa betapa Alloh itu mengapresiasi, pekerjaan. Nabi Dawud itu seorang raja, kaya raya. Tapi beliau tidak mau makan, 
illa min kasbi yadihi
kecuali hasil pekerjaanya sendiri. 

Masyhur itu di sebuah riwayat, beliau itu seorang Raja, tapi hanya makan kalau tembikar, atau anyaman bambunya, atau apalah dari anyaman bambu itu terjual, kalau gak terjual ya hari itu tidak bisa makan. Padahal beliau seorang raja, saking inginya, supaya rizki yang beliau makan itu min kasbi yadih, dari hasil karyanya sendiri. 

Banyak kyai2 guru kita, meskipun secara lahir kaya, tapi ya untuk pondoknya, yang untuk dirinya itu sekadarnya.  Bahkan, saking ekstrimnya kyai itu ada seorang kyai itu yang nanam secara halal, dan di tanah yang pasti halal. Setiap makan makanan yang rofahiyah, rofahiyah itu yang agak hura2 itu, dikaffarohi dengan makan pisang itu. Satu pisang dibagi2 dianggap kaffaroh. Nah kenapa cara2 publik itu banyak rofahiyah. Mungkin kalau kita kecil, atau tokoh kecil, atau siapa saja yang pengaruhnya kecil, mungkin kita muassis, pendiri. Misalnya dari kampung tertentu, pendiri. Kemudian kita jadi guru di masjid itu, kemudian posisi kita mendapat. Itu yang menjadikan kita harus tawadhu, seperti tadi, kyai kecil pendiri masjid. Anak kita dipakai masjid, setelah kita besar kok mendapat uang dari masjid. Mungkin karena kita tokoh kecil.....

Tapi kalau kita kepinteren, malah hubunganya dengan negara itu mendapat, bukan memberi. Nah, hal2 seperti ini harus menjadi motivasi, semua pekerja. menteri mentalnya juga harus memberi. Pekerja mentalnya juga harus memberi, maka dulu banyak negarawan kita bilang, hubungan anda terhadap negara itu sejauh mana anda memberi terhadap negara ini. Jangan berfikir, sejauh mana negara ini memberi kepada kita. Itu yang diajarkan guru2 kita, orang tua kita, hubungan kita dengan orang lain itu yunfiquun, yunfiquun itu berkontribusi. Sehingga saya ini kyai kalau ketemu orang yang terlalu baik sama saya ini sunkan, karena hubunganya saya mendapat. Tapi kalau ketemu orang yang lebih lemah lebih peda, karena hubungan kita? ini memberi. Itu yang diajarkan

الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى
bahwa tangan di atas itu lebih baik ketimbang tangan yang di bawah. 

Makanya saya mohon, semuanya lah, kita hubungan dengan bangsa kita, dengan rakyat kita dengan masyarakat kita hubungan kita itu memberi, bukan mendapat. Bahwa secara aturan, atau secara kultur karena kita pejabat, kita kyai itu mendapat itu ya rizki dari Alloh, ya diterima dengan penuh syukur. Tapi sebetulnya komitmen kita sebagai bangsa itu, karena islam mengajarkan ma'aliyal umur. mental2 mulia. Mental2 mulia itu ya mental heroik, mental memberi, mental berkontribusi. 

Ini harus saya sampaikan, supaya orang itu melihat, bahwa pejabat itu mikir kita, mikir negara. Tapi kalau kita orang yang agak dengki agak hasut, berfikirnya itu enak jadi pejabat, itu jadi kita repot. Makanya tunjukkan bahwa kita itu adalah orang yang bermental heroik. Orang yang berpegang pada kaidah

خير الناس أنفعهم للناس


Ada seorang wali jadi pegawai, jadi penjaga kebun. Padahal dia seorang wali, dia penjaga kebun anggur. Karena dia wali ya njaga aja. Bertahun tahun dia njaga disitu, mungkin sepuluh tahun. Suatu saat majikanya datang, Saya (tolong) ambilkan anggur terbaik yang paling manis. Karena dia gak berpengalaman dia ngambil yang merah merona, yang tidak hitam sekali (sehingga) asam sekali. Majikanya marah2, kamu kerja disini sepuluh tahun gak berpengalaman, harusnya kamu bisa membedakan mana yang manis, dan mana yang masih masam. Saya ini kan kyai, jadi gak pernah mengambil sesuatu yang bukan hak saya. Kalau anda punya karyawan seperti itu bingung apa ndak? kalau dibilang khianat, gak pernah khianat, tapi akhirnya gak bisa disuruh, karena gak pengalaman. 

(Misalnya) anda punya pembantu, ayo anter saya, (maaf saya gak bisa nyopir) mobil banyak kok gak bisa nyopir? lah kan saya gak pernah nggasab. Jadi memang apa ya.. jadi majikan tadi, 

Pun...
Ikhlas ya dijaga, amanah ya dijaga, komitmen ya dijaga, karena kalau kita bangkrut yang sakit ya, bukan pekerja saja, bukan kemenaker saja. Kalau negara ini colapse yang bingung gak presiden saja, kita juga ikut bingung. 


Saya kira demikian, mari kita berdoa bersama. Bukti bahwa kita semua bergantung pada Yang Menguasai Langit dan Bumi, Yang Menguasai kehidupan kita, Yang Menguasai yang terlewatkan maupun yang akan datang. 

Do'a Gus Baha pada acara ini bisa kalian lihat disini ya...temen2
 

Comments