Skip to main content

KH. Abdul Haris Jember | Pembelajaran Nahwu Shorof 33 | Maf'ul Mutlak1

 

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum warohmatullohi wa barokatuh

Bismillah
Alhamdulillah


Washsholatu wassalamu ‘ala Rosulillah sayyidinaa Muhammadin wa’ala alihi wa shohbihi wa man wa laahu.

Robbisy rohlii shodri, wa yassirly amri, wahlul uqdatan min lisaani, yafqohuu qouli..



Amma ba’du


Seperti yang sudah sering saya tegaskan bahwa ketika kita membahas sebuah bab dalam ilmu nahwu, minimal yang harus kita ketahui 

  • yang pertama tentang ta'rifnya (apa definisinya?)
  • Kalau seandainya ada, kira2 aqsamnya itu seperti apa? pembagianya itu seperti apa? 
  • Setelah itu jangan lupa contohnya (amtsilahnya)

Itu minimalis, kalau misalnya dikembangkan lagi gak masalah. Tapi minimalnya ini. Oleh sebab itu kita memulai dari definisi apa definisi dari maf'ul mutlak. Dari definisi inilah kemudian kita bisa menitik beratkan, kita bisa menggaris bawahi, kira2 kata kuncinya apa? 

Kalau seandainya sampeyan ditanya tentang apa sih? definisi dari maf'ul mutlak? Apa jawabanya? 

مفعول المطلق

Maf'ul Mutlak adalah Isim yang dibaca nashob, yang terbentuk dari mashdar fi'ilnya, yang berfungsi sebagai 

  • taukid, 
  • 'adad 
  • atau nau' 

Isim yang dibaca nashob yang terbentuk dari mashdar fi'ilnya. Jadi kata kuncinya ada di kata2 mashdar. Apa yang dimaksud dengan mashdar? Mashdar itu adalah lafadz yang ada pada urutan ketiga pada tashrifan ishthilahi. 

nashoro - yanshuru - nashron

nashron itu mashdar, pasti nanti kalau mau membentuk maf'ul mutlak fi'il nashoro ya dari nashron ini. 


dhoroba - yadhribu - dhorban

jadi kita harus faham bahwa maf'ul mutlak itu harus terbentuk dari mashdar. Dan tidak hanya sekedar mashdar tapi harus dari mashdar fi'ilnya, yang memiliki fungsi taukid, memiliki fungsi adad, memiliki fungsi nau'. 



Jadi kata kuncinya adalah mashdar fi'il, kita contohkan misalnya


كلم الله موسى تكليما


yang jelas ketika kallama ini ditashrif akan muncul kata2 takliman. Berarti takliman ini berbentuk mashdar, dan tidak hanya sekedar berbentuk mashdar, ternyata ini hasil tashrifan dari fi'il yang ada di depan nya. Inilah kemudian yang disebut sebagai isim yang dibaca nashob, yang terbentuk dari mashdar fi'ilnya. Jadi bisa dipastikan, ketika kita menjumpai sebuah mashdar, kok kemudian sama dengan yang sebelumnya. dari sisi unsur2 kata yang membentuknya, 

Kaf Lam Mim

takliman

kallama

berarti mashdar takliman ini terbentuk dari mashdar fi'ilnya. Karena demikian ketika ini dibaca nashob, maka ini atas nama maf'ul mutlak. Nah diperhatikan, jadi sampeyan kudu paham apa itu mashdar. Mashdar adalah lafadz yang jatuh pada urutan ketiga dalam tashrifan fi'il. 

Kalau seandainya dituliskan contoh lagi

ضرب زيد كلبا ضربا

Dhorban ini adalah mashdar, kalau seandainya ditashrif, dhoroba yadhribu dhorban. Dhoroban itu mashdar, dibaca nashob. Terbentuk dari dhod ro ba maka berarti ini berasal dari mashdar fi'ilnya. Berarti ini dibaca nashob, karena atas namanya adalah maf'ulun mutlak. 


Aqsam (jenis2nya)
Lalu dalam tataran selanjutnya, berkembang aqsamnya (setelah kita tahu ta'rifnya). Aqsam itu ada dua, ternyata memang ada yang sama persis baik secara lafadz maupun arti, dan ada pula yang kesamaanya itu dari aspek artinya saja. Oleh sebab itu, dalam tataran selanjutnya yang namanya maf'ul mutlak ini, ada yang sifatnya
Lafdzi
dan Ma'ani

Kapan disebut maf'ul mutlak yang lafdzi? apabila baik lafadz maupun artinya mashdar itu sama dengan fi'il sebelumnya. Kalau seandainya saya contohkan, jalastu, 
جلست على الكرسي جلوسا
julusan disini baik secara lafadz maupun secara arti itu sama dengan fi'ilnya. Dalam konteks inilah mashdar yang sama dengan fi'ilnya ini disebut dengan maf'ulun mutlak yang sifatnya lafdzi. 

جلست على الكرسي قعودا

qo'ada itu sama persis, dari sisi arti dengan jalasa, akan tetapi berbeda, kalau ini terbuat dari qof ain dan dal. Qu'udan ini adalah mashdar, kenyataanya dibaca nashob. Kalau seandainya kita melihat realitas semacam ini, maka ini tetep disebut sebagai maf'ul mutlak,  yang sifatnya ma'nawi. Kenapa kok disebut yang sifatnya maknanwi? Karena adanya kesamaan hanya dari sisi arti, sedangkan dari sisi huruf tidak sama. 


Dalam perkembangan selanjutnya, ternyata mashdar yang punya keserupaan. Mashdar yang terbentuk dari fi'il yang disebutkan sebelumnya, itu dibagi dua. Ada yang kesamaanya itu total, baik secara lafadz maupun arti. Ada kesamaanya dari aspek artinya saja, sedangkan lafadznya tidak sama. Inilah yang kemudian disebut sebagai maf'ul mutlak yang sifatnya ma'nawi, bukan yang sifatnya lafdzi. Jadi bagaimanapun juga, akhirnya mufrodat itu menjadi penting. Bagaimanapun juga akhirnya arti kata itu penting. Kalau kita tidak mengerti arti kata, maka kita sulit untuk menganalisis kata, kira2 ini kedudukanya apa? 


FUNGSI Maf'ul MUTLAK
Selanjutnya.. tadi kalau kita definisikan, yang dimaksud dengan maf'ul mutlak itu adalah isim yang dibaca nashob, yang terbentuk dari mashdar fi'ilnya, yang berfungsi..?? Fungsinya maf'ul mutlak itu apa sih? fungsinya mashdar yang dibaca nashob, yang terbentuk dari mashdar fi'ilnya itu, lafadz yang dibaca nashob yang terbentuk dari mashdar fi'ilnya itu, yang kemudian kita sebut sebagai maf'ul mutlak itu, 
Disini fungsinya ada tiga. 
  • Taukid  توكد - menguatkan
  • Adad  عدد - menunjukkan bilangan
  • Nau'  نوع - menunjukkan model
Jadi kalau seandainya sebuah kalimat isim itu, yang atas nama mashdar itu, kalau ditentukan sebagai maf'ul mutlak, maka mesti fungsinya merupakan salah satu dari tiga hal ini. Kadang2 memiliki fungsi taukid, adad, atau nau'.  Lalu kapan maf'ul mutlak itu memiliki fungsi sebagai taukid, atau sebagai adad, atau sebagai nau', itu kapan? 


Disebut memiliki fungsi taukid, kalau 

منكرا غير مضاف و لا موصوف

munakkaron ghoiru mudhofin wa laa maushufin. 
Kalau seandainya mashdar itu berupa isim nakiroh yang tidak dimudhofkan, dan juga tidak disifati, maka fungsinya adalah taukid. 

ضرب زيد كلبا ضربا
contohnya dhorban, ini berupa isim nakiroh, tidak dimudhofkan, dan juga tidak disifati, maka disini bisa dipastikan fungsinya adalah taukid. Jadi membacanya
Zaid bener2 telah memukul anjing. (karena taukid fungsinya). 

Jadi saya ulangi lagi, yang paling penting dalam konteks pembahasan tentang maf'ul mutlak ini adalah fungsi. Fungsinya ada tiga, apakah yang disebut sebagai lafdzi ataukah yang disebut sebagai maknawi, itu fungsinya ada tiga. Kalau tidak taukid ya adad, kalau tidak adad ya nau'. Kapan disebut sebagai taukid? disebut sebagai taukid apabila mashdar itu adalah

منكرا غير مضاف و لا موصوف

munakkaron - berbentuk isim nakiroh
ghoiro mudhofin - tidak dimudhofkan
wa laa maushufin - tidak disifati


أكل الجائع الرغيف أكلا كثيرا

Katsiron merupakan na'at. Ketika ada na'atnya maka dipastikan aklan disini yang sama persis dengan akala. Aklan ini adalah mashdar, mashdar yang dibaca nashob yang terbentuk dari fi'ilnya, ini pasti disebut sebagai maf'ul mutlak, akan tetapi disini dipastikan fungsinya bukan lagi taukid, karena standar dari taukid itu adalah 

منكرا غير مضاف و لا موصوف

munakkaron - berbentuk isim nakiroh
ghoiro mudhofin - tidak dimudhofkan
wa laa maushufin - tidak disifati

أكلا كثيرا
Jadi kata2 aklan katsiron itu memang maf'ul mutlak, nopo sebabe? ya karena ini terbentuk dari mashdar fi'ilnya, sama persis secara arti dan tulisan kalau dalam konteks ini, dengan akala. 

أكل - terbuat dari hamzah kaf dan lam
أكلا - terbuat dari hamzah kaf dan lam

Berarti sama donk, tapi fungsinya maf'ul mutlak kan ada tiga, taukid, adad, nau'. Ini kira2 yang mana? untuk bisa disebut sebagai taukid, harus munakkaron ghoiro mudhofin, wa laa maushufin. 

ضرب زيد كلبا ضربا

dhorban disini adalah memiliki fungsi taukid. Kenapa? karena disini adalah ghoiro mudhofin, wa laa maushufin. 

فعلت فعل الحكماء

saya bekerja seperti ppekerjaanya beberapa hakim. Disini tidak memungkinkan untuk disebut sebagai maf'ul mutlak yang taukid, kenapa? karena dimudhofkan. Jadi sebuah mashdar yang sudah nyata2 ditentukan sebagai maf'ul mutlak, untuk kemudian bisa memiliki fungsi taukid, catatanya adalah harus berbentuk isim nakiroh, yang kedua adalah tidak dimudhofkan, dan juga tidak disifati. 


Kapan disebut sebagai adad, apabila mengikuti wazan fa'latun. فعلة 

Secara umum begitu. 

ضرب زيد كلبا ضربة

Itu berarti terjemahanya zaid memukul, anjing dengan satu kali pukulan. Jadi kalau mashdar itu mengikuti wazan fa'latan, maka isim mashdar itu memiliki fungsi adad. Atau ditatsniyahkan, 
فعلتين atau dijamakkan, itu semua kan menunjukkan adad. 
ketika tatsniyah jamak itu semua sudah menunjukkan adad. Karena demikian fungsinya ketika ditatsniyahkan, ketika dijamakkan, adalah mesti memiliki fungsi adad. Yang selanjutnya adalah kapan ini memiliki fungsi nau'? 

Memiliki fungsi Nau' apabila diikutkan ke wazan 
fi'lah - فعلة
atau dimudhofkan, 
atau disifati.

Jadi kalau seandainya sampeyan menemukan sebuah kalimat, yang itu nyata2 mashdar, ternyata dibaca nashob, sama dengan fi'ilnya,  atas namanya pasti maf'ul mutlak. Cuman masalahnya apakah fungsinya ini sebagai
  • taukid
  • adad
  • atau nau'. 
tergantung, apabila 
mengikuti wazan fi'latan
dimudhofkan
atau disifati

seperti, nau' itu begitu. 

فعلت فعل الحكماء - contoh dimudhofkan
أكل الجائع الرغيف أكلا كثيرا - contoh disifati

Ketika mempelajari sebuah konsep, itu yang minimalis saja. Yang minimalis itu sampeyan kudu ngerti definisi. Karena dari definisi itulah kemudian kita bisa mengembangkan, kira2 poin pemikiran kita itu stressingnya, fokusnya harus kemana. Karena definisi dari maf'ul mutlak itu adalah 
Isim yang dibaca nashob yang terbentuk dari mashdar fi'ilnya, maka stressing kita, fokus kita harus pada bentuk mashdar. NGerti gak? kita tentang mashdar? kalau seandainya kita tidak ngerti tentang mashdar,   tidak memungkinkan pada akhirnya untuk belajar maf'ul mutlak. Jadi harus ngerti mashdar dulu, seperti yang tadi saya katakan. Yang dimaksud dengan mashdar itu adalah, isim yang jatuh pada urutan ketiga, atau lafadz yang jatuh pada urutan ketiga, dalam tashrifan fi'il. 

Ketika itu (mashdar) itu dibaca nashob, ketika ada kesamaan antara lafadz atau arti, dengan fi'il yang sebelumnya, maka itu atas namanya disebut sebagai maf'ul mutlak. 

Maf'ul mutlak pada perkembanganya ada dua, ada yang sifatnya lafdzi, ada yang sifatnya taqdiri. Karena secara arti dan lafadz ada kesamaan dengan kalimat fi'il sebelumnya, ada yang sifatnya ma'nawi. antara jalasa dengan qo'ada jelas tidak sama. Tapi secara arti keduanya itu sama, sama2 duduk. 


جلست على الكرسي قعودا

maka itu tetap disebut sebagai maf'ul mutlak, karena apa? meskipun secara lafadz tidak sama, akan tetapi antara qoada dan jalasa itu secara arti sama. Inilah kemudian yang disebut sebagai maf'ul mutlak yang bersifat ma'nawi. 


Fungsi maf'ul mutlak itu pada perkembanganya dibedakan menjadi tiga. Tiga fungsi. 
Inilah yang harus kita fahami, kapan memiliki fungsi adad, kapan memiliki fungsi taukid, kapan memiliki fungsi nau'. 
  • TAUKID
  • ADAD
  • NAU'

كلم الله موسى تكليما
fungsinya adalah taukid, karena sesuai dengan (kaidah)
munakkaron ghoiro mudhofin wa laa maushufin

Takliman itu isim nakiroh, tidak dimudhofkan, juga tidak disifati, karena demikian itu disebut sebagai taukid. 

kalau adad bagaimana?
pokoknya kalau mengikuti wazan fa'latan
ditatsniyahkan atau dijamakkan. 

kalau nau' bagaimana?
kalau nau' itu biasanya diikutkan pada wazan fi'lah, karena fi'lah itu mashdar hai-ah namanya. 
Mashdar nau', kalau fi'lah itu pasti menunjukkan haiah atau nau'. 

جَلَسْتُ جِلْسَةَ الْعُلَمَاءِ

Yang umum, itu adalah dimudhofkan atau dina'ati. Karena dimudhofkan fungsinya menjadi nau'. 

أكل الجائع الرغيف أكلا كثيرا 

aklan disitu sama dengan akala (maksudnya mashdar dari akala), yang terbentuk dari mashdar, ternyata dibaca nashob, itu pasti disebut sebagai maf'ul mutlak. Karena kebetulan diberi na'at (katsiron) maka yang namanya maf'ul mutlak disitu pasti memiliki fungsi nau'. 

Jadi itu yang bisa saya sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf, 
wabillahittaufiq wal hidayah,
wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Comments