Skip to main content

KH. Abdul Haris Jember | Pembelajaran Nahwu Shorof 38 | Tamyiz


Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum warohmatullohi wa barokatuh

Bismillah
Alhamdulillah


Washsholatu wassalamu ‘ala Rosulillah sayyidinaa Muhammadin wa’ala alihi wa shohbihi wa man wa laahu.

Robbisy rohlii shodri, wa yassirly amri, wahlul uqdatan min lisaani, yafqohuu qouli..



Amma ba’du


Pada malam hari ini kita akan melanjutkan tentang pembelajaran ilmu nahwu, yang pada episode ini kita akan menjelaskan tentang tamyiz. Seperti yang sering saya katakan bahwa ketika kita mengkaji tentang sebuah konsep tentang sebuah bab dalam ilmu nahwu, ada hal2 yang kemudian harus diperhatikan. Yang pertama paling signifikan itu adalah at ta’rif (apa definisinya? ). Setelah itu amtsilah, contohnya seperti apa? Kalau memungkinkan pembagianya seperti apa? Minimalnya dua pertanyaan ini, yaitu 

  • at ta’rif 
  • dan al amtsilah. 

Sekarang akan kita mulai dari yang pertama yaitu ta’rif (apa definisinya)


Tamyiz itu adalah isim (nakiroh) yang dibaca nashob yang menjelaskan BENDA yang masih bersifat samar. Kata kuncinya yang dijelaskan itu benda (dzat), yang masih bersifat samar. Jadi kata kuncinya itu yang dijelaskan benda (dzat). 

Limaa linbahamaa minadzawaat (dzat).

Kalau hal minal haiaat (keadaan). 

Jadi perbedaan antara hal dengan tamyiz sama2 dibaca nashob, sama2 biasanya terbuat dari isim nakiroh, tapi kalua hal itu yang dijelaskan adalah keadaan, kalua tamyiz yang dijelaskan itu adalah benda, yang masih bersifat samar. Kenapa kok terjadi kesamaran? Kenapa kok terjadi ketidakjelasan? Kesamaran / ketidakjelasan itu terjadi karena banyaknya alternatif yang bisa masuk yang menjelaskan benda itu. Contohnya begini, 

أنا أكثر منك مالا

أنا أكثر منك 

Kalau kita lihat dari sisi kesempurnaan jumlah (kalimat) ini sudah sempurna. 

Sebab ana ditentukan sebagai mubtada, khobarnya sudah ada. Sehingga ana aktsaru ini sudah membentuk jumlah ismiyah. Sudah sempurna, ada mubtada nya ada khobarnya. Sudah sempurna ini. Akan tetapi kalua kita memahami apa maksudnya? 

Ana utawi insun, - Kode Mubtada

Ana bermula saya

Adalah - Kode Khobar

Akstaru minka

Adalah lebih banyak daripada kamu. Ketika kita mendengarkan itu, maka masih terjadi ketidak jelasan. Dari aspek apanya? Saya itu lebih banyak daripada kamu? Bisa jadi…

Yang lebih banyak itu dari aspek

  • Baitan (rumahnya yang lebih banyak)
  • Sayyarotan (mungkin mobilnya)
  • Kitaaban (kitabnya yang lebih banyak)
  • Tsauban (pakaianya yang lebih banyak)

Bisa jadinya banyak hal ini….


Banyaknya Alternatif
Karena banyaknya alternative yang memungkinkan menjelaskan yang akstar ini dari aspek mana? Maka menjadi tidak jelas. Karena terlalu banyaknya alternative itu, maka menjadi tidak jelas. Yang dimaksud lebih banyak itu apa? Menjadi tidak jelas. Karena demikian harus diperjelas, harus dipilih salah satu, harus ditentukan salah satu. Alternatif2 yang banyak ini harus ditentukan salah satunya, harus dipilih salah satunya. Ketika kita memilih dari alternatif2 yang ada itu, maka kita sedang melakukan tamyiz menentukan kira2 alternatif ini yang mana? 


Ooo ternyata.... dipilih salah satu, ana aktsaru minka baitan. 

أنا أكثر منك بيتا

Isim yang dibaca nashob, yang menjelaskan benda, yang masih bersifat samar. Benda yang dijelaskan. Bandingkan dengan....


جاء محمد راكبا

Ini yang dijelaskan bukan benda, tapi keadaan dari shohibul hal. Perbedaan antara tamyiz dan hal, Kalau hal yang dijelaskan adalah haiaat/ keadaan. Kalau tamyiz yang dijelaskan adalah dzawaat (benda/dzat). 


Tamyiz (ma'dud) - yang dihitung

اشتريت عشرين 
kalau seandainya kita melihat pada tuntutan 'amil, susunan ini sudah sempurna. 
Isytaroitu - karena dia adalah fi'il ma'lum, maka dia harus punya fa'il. Fa'ilnya adalah tu, dhomir (kata ganti) ana. Juga sudah diberi maf'ul bih 'isyriina. Inilah alasan kenapa dibaca 'isyriina bukan 'isyruuna, karena memang menjadi OBJEK dari isytaroitu. Jadi tuntutan amil sudah dipenuhi. Fi'il + Fa'il + Maf'ul Bih nya sudah ada. Tapi misalnya dijelaskan, ini menjadi tidak jelas. Karena apa? yang dimaksud isyriina ini banyak kemungkinan. 

Saya membeli dua puluh....
dua puluh apa??

Bisa jadi disini itu dua puluh kitab, baju, buku, sepatu, ......

Adanya alternatif yang banyak ini menjadikan isyriina menjadi tidak jelas. Perlu ditamyiz, perlu ditentukan. Perlu alternatif2 itu dipilih satu. Ketika kita memilih satu, ketika kita menentukan satu, maka kita sudah melakukan tamyiz. Oh ternyata yang dimaksud saya telah membeli dua puluh itu... kitaaban 

اشتريت عشرين كتابا

bukan tsauban (pakaian)
bukan sayarotan (mobil)
bukan yang lain....

Jadi saya harus tegaskan, apa perbedaanya hal dan tamyiz? sama2 terbuat dari isim nakiroh. Kalau hal itu menjelaskan tentang keadaan. Karena demikian, hal mesti terbuat dari isim sifat. Sehingga hal mesti terbuat dari isim sifat. Sehingga kalau seandainya sampeyan menemukan isim sifat, kok dibaca nashob, kok berupa isim nakiroh,  kemungkinan menjadi tamyiz tidak ada. Tapi kalau seandainya benda, dzawaat, dzat, bukan haiaat, dibaca nashob. dalam kondisi isim nakiroh, kemungkinan besarnya disitu adalah tamyiz. Jadi catatanya begitu, Tamyiz itu adalah isim yang dibaca nashob, yang menjelaskan benda, yang masih bersifat samar. Kesamaran kenapa tidak terjadi? ketidakjelasan kenapa bisa terjadi? karena banyaknya alternatif yang bisa masuk. Ketika saya mengatakan ana aktsaru minka... saya lebih banyak daripada sampeyan, itu sebenarnya sudah taam, sudah sempurna, kalau mubtada sudah diberi khobar. 

Ana sebagai mubtada, ana adalah isim. Isimnya adalah isim ma'rifat, kenapa kok isim ma'rifat? karena termasuk dalam kategori isim dhomir. Ada isim dhomir jatuh di awal jumlah, maka dia dipastikan menjadi? mubtada. Karena mubtada itu harus dibaca rofa, tanda rofa'nya disini tidak ada, sifatnya mahalli. Kenapa kok sifatnya mahalli? karena dia termasuk dalam kategori al asmaa al mabniyah. Jadi selalu saya katakan, jangan sampai kita menuntut perubahan i'rob, itu pasti ada tandanya. Mana dhommahnya ustadz? ini kan rofa'. Mana...? Jangan begitu... Mana ini fathahnya, katanya nashob? Mana ini kasrohnya, katanya jar? Jangan kita menuntut semua perubahan i'rob itu pasti ada tandanya. Oleh sebab itu sering saya katakan, konsep tentang anwa-ul i'rob, yang dalam buku saya itu selalu saya tekankan, menjadi penting untuk diperhatikan. Perubahan i'rob itu kadang ada tandanya, kadang tidak ada tandanya. Yang ada tandanya kadang bisa muncul, kadang tidak bisa muncul, itulah pembagianya menjadi
lafdzi
taqdiri
mahalli

Jadi kalau seandainya ini kita lihat dari susunan jumlah, apakah itu ismiyah ataukah itu fi'liyah, itu sudah sempurna. 

أنا أكثر منك بيتا

anaa mubtadaanya, 
aktsaru itu khobarnya,

akan tetapi meskipun sudah lengkap ada mubtada nya ada khobarnya, tetapi masih tidak jelas, (masih) butuh penjelasan. Ketika kita tegaskan, ketika kita pilih satu dari alternatif yang banyak, pada saat kita memilih, pada saat kita menentukan, pada saat itu kita sedang melakukan tamyiz. Mayyaza - yumayyizu tamyizan. Sedang menentukan satu dari alternatif yang banyak. Pada umumnya, yang berpotensi tidak jelas itu, ketika yang kita hadapi itu adalah
isim tafdhil
isim adad

sehingga perlu warning, perlu kehati hatian. Pokok e ati2 lek sampeyan menemukan isim tafdhil. Sampeyan harus hati2 ketika menemukan isim adad. Karena biasanya benda yang menjadi turunan isim tafdhil itu biasanya tidak jelas. 

أنا أكثر منك بيتا
Ana (utawi insun)
iku
Aktsaru (iku luwih akeh) - isim tafdhil
min ka (tinimbang saking siro)
apane? (kode tamyiz)
baitan ( omahe )


اشتريت عشرين كتابا 
isytaroitu ( membeli, sopo? insun)
'isyriina (ing rong puluh, apane?) - isim adad


jadi harus hati2 gitu aja, meskipun tidak harus/ selalu. 
Yang namanya tamyiz itu jatuh setelah isim tafdhil, jatuh setelah isim adad. TIDAK SELALU. Tamyiz memungkinkan di luar dua itu, tetapi yang banyak adalah setelah dua isim itu. Jadi ketika kita menemukan isim tafdhil (berwazan af'alu), ketika kita menemukan isim adad, maka hati2lah disitu, potensi untuk menjadi tamyiz disitu adalah kuat. Tamyiz adalah isim yang dibaca nashob, yang menjelaskan benda, yang masih bersifat samar.  Kenapa kesamaran itu terjadi? kenapa ketidak jelasan itu terjadi? ketidakjelasan terjadi lebih disebabkan karena banyaknya kemungkinan, banyaknya alternatif yang bisa masuk, yang menjelaskan tentang kemungkinan2 itu. 


أنا أكثر منك بيتا

Saya lebih banyak dibandingkan dengan kamu, apanya? 
bisa jadi uangnya, bisa jadi utangnya, bisa jadi apanya... 

Kalau hal bagaimana ustadz? kalau hal menjelaskan keadaan. Jadi menjelaskan haiat, menjelaskan keadaan dari shohibul hal.  Apakah shohibul hal itu sebagai fail, atau sebagai naibul fa'il atau sebagai maf'ul bih. Dan hal, terbuat dari isim sifat, sampeyan kudu ngerti isim sifat itu. Kudu ngerti
  • isim fa'il
  • isim maf'ul
  • sifat musyabah bismil fa'il
  • dst. itu kudu faham. 

Kalau seandainya tidak faham, itu menjadi tidak jelas. Kesimpulanya adalah tamyiz itu menjelaskan benda. Kalau hal menjelaskan keadaan dari suatu benda. Tamyiz itu persyaratanya dia itu harus dari isim nakiroh, dan harus dibaca nashob, karena masuk dalam kategori manshubatul asma. Kalau hal itu harus terbuat dari isim sifat. Jadi begitu, hal yang terpenting tentang tamyiz itu seperti itu. Tamyiz adalah isim yang dibaca nashob, yang menjelaskan benda, yang masih bersifat samar. Potensi ketidakjelasan itu terjadi pada isim tafdhil dan pada isim adad. 

Contoh yang isim tafdhil adalah 
  • ana aktsaru minka, maalan
  • ana aktsaru minka, baitan
  • ana aktsaru minka, waladan

Jadi potensi ketidakjelasan, banyaknya alternatif itu terjadi pada isim tafdhil, atau bisa juga terjadi pada isim adad. Mungkin tentang tamyiz hanya itu yang perlu ditekankan. Ada kurang lebihnya mohon maaf, 



wabillahittaufiq wal hidayah
wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh


Comments