Skip to main content

Kajian Alfiyyah 27 | Metode Al Bidayah | Kh. Abdul Haris Jember | Bait 56-60

 


Bismillahirrohmanirrohim


كالياء والكاف من ابني أكرمك ... والياء والها من سليه ما ملك

وكل مضمر له البنا يجب ... ولفظ ما جر كلفظ ما نصب

للرفع والنصب وجر نا صلح ... كاعرف بنا فإننا نلنا المنح 

وألف والواو والنون لما ... غاب وغيره كقاما واعلما

ومن ضمير الرفع ما يستتر ... كافعل أوافق نغتبط إذ تشكر 


Bait Nadzom ke 56

كالياء والكاف من ابني أكرمك ... والياء والها من سليه ما ملك

Kal ya-i (sebagaimana ya)
wal Kaafi (dan sebagaimana Kaf)
min (dari lafadz)
ibnii (bermula anak saya)
adalah 
Akroma (memuliakan siapa? ibnii)
ka (akan kamu)


ابني أكرمك

Wal ya-i (dan dhomir ya-)
dan ha-i (dan dhomir ha-)
min salihi maa malak
dari lafadz

 سليه ما ملك

Kemarin kita sudah menegaskan bahwa dhomir muttashil itu adalah dhomir yang tidak bisa berdiri sendiri. Tidak bisa dijadikan sebagai permulaan. Dan dia juga tidak bisa jatuh setelah lafadz illa. 

ابني أكرمك
Selama2 lamanya ya mutakallim ini tidak bisa dijadikan di permulaan, selama2nya tidak bisa. 

وذو اتصال منه ما لا يبتدا ... ولا يلي إلا اختيارا أبدا -bait nadzom ke 55

Kaaf disini, selama2nya tidak bisa dijadikan sebagai mubtada. Wa laa yali illa (dan tidak bisa jatuh setelah lafadz illa). Dalam konteks ini adalah...

ابني أكرمك
Ibnii dan Akromak


 سليه ما ملك

Saliihi sama2 ya nya. Perhatikan... tapi disini adalah ya muanatsah mukhothobah. Diperhatikan. 


كالياء والكاف من ابني أكرمك

Kal ya-i (sebagaimana lafadz ya)
wal kaafi (sebagaimana lafadz kaf)
min ibnii akromaka (dari lafadz ibnii akromaka)

ابني أكرمك

Ibnii (bermula anak saya, anak laki2 saya)
adalah
Akroma (telah memuliakan, siapa? ibni)
ka (akan kamu)



والياء والها من سليه ما ملك

سليه ما ملك

Salii (Memintalah siapa? kamu perempuan)
hi (akan ibni)
maa (akan sesuatu) 

malak 

Salii  Sal Salii
Sal Banii Isroil

Saala itu adalah termasuk fi'il muta'adi kepada dua maf'ul. Saala disitu adalah termasuk fi'il yang muta'addinya kepada dua maf'ul. 

Jadi saalii ini adalah berasal dari Saala. 
سأل
fi'il amr nya
سل

Jadi hamzah itu, merupakan huruf di antaranya, tidak murni huruf shohih, juga tidak murni  huruf 'illat. Kalau alif wawu ya itu adalah murni huruf 'illat. Selain Alif wawu ya, selain hamzah itu adalah murni huruf shohih. Hamzah itu kadang2 juga ada hadzfnya juga, ini contohnya hadzf. Asalnya sa-ala menjadi sal. Asalnya sa-ala menjadi sal, hamzahnya hilang. Itu berarti yang namanya hamzah itu adalah huruf di antaranya. Antara huruf shohih dan antara huruf 'illat. Tidak murni huruf 'illat, karena tidak memungkinkan semua hamzah itu murni dibuang. Tapi kasus2 banyak kita temukan ro-a misalnya, fi'il mudhore'nya apa? yaroo mana hamzahnya? ilang. Ada hadzf disitu... tapi tidak semua qoro-a yaqro-u tetep ada, sama sekali tidak ada pembuangan disitu.

Akhodza memungkinkan terjadi pembuanga, khudz min amwalihim shodaqotan, tuthohhiruhum. Jadi penting untuk kemudian ditegaskan. Sal Saliihi, yak pada lafadz saliihi itu adalah ya muanatsah mukhothobah. Memintalah siapa kamu, perempuan tunggal. Hii akan ibni, maa... akan sesuatu ( hi adalah maf'ul bih pertama) - (maa adalah maf'ul bih kedua). Salii (memintalah siapa? kamu perempuan tunggal)
hi (akan ibnii) Maa (akan sesuatu) Malaka (yang telah memiliki, siapa? ibnii) 


Bait Nadzom ke 57

وكل مضمر له البنا يجب ... ولفظ ما جر كلفظ ما نصب

wa kullu mudhmarin (dan bermula setiap isim dhomir)
mubtada disini. Adalah
khobarnya khobar jumlah
Albinaa-u (bermula mabni)
adalah
yajib (wajib, apa? mabni) 
lahu (untuk hu, kullu mudhmarin)

Ini nadzom, jadi dibolak balik. ai
wa kullu mudhmarin al binaa-u yajibu lahu

وكل مضمر له البنا يجب

wa Kullu mudhmarin  (dan setiap isim dhomir) 
adalah
Albinaa-u (bermula mabni)
adalah
yajibu (wajib, apa? mabni)
lahu (bagi setiap isim dhomir)

ولفظ ما جر كلفظ ما نصب
wa lafdzu (dan bermula lafadznya isim dhomir)
maa (maksudnya adalah isim dhomir)
jurro (yang dijarkan, apa? maa)
khobar dari lafdzu
adalah 
ka lafdzi maa nushib
seperti lafadznya isim dhomir,
nushiba (yang dinashobkan)
apa? maa..


وكل مضمر له البنا يجب

Itu adalah pengertian dari wa kullu mudhmarin,  (setiap isim dhomir itu)
adalah al bina-u (bermula mabni)
adalah wajib apa? mabni
lahu bagi setiap isim dhomir

Isim dhomir itu tidak akan punya pengaruh sama sekali, apakah dia misalnya dia berkedudukan rofa' nashob atau jar itu, tidak akan berpengaruh, untuk perubahan harokatnya. Harokatnya sejak awal seperti itu. Tidak akan ada perubahan karena adanya amil. Cuman lafadznya biasanya beda. Ada yang sama, yang selanjutnya ini....


Bait Nadzom ke 58

للرفع والنصب وجر نا صلح ... كأعرف بنا فإننا نلنا المنح 

Ini langsung dimulai dari naa

نا (bermula lafadz naa)
adalah
sholaaha (pantas, apa? naa)
Lir rof'i untuk rofa', wan nashbi (dan nashob)
wa jarrin (dan jar). 

كأعرف بنا فإننا نلنا المنح
Contoh untuk yang jar itu adalah binaa
Ka'rif (mengetahuilah siapa? kamu)
binaa (terhadap kami)
fa inna naa (maka sesungguhnya kami)
naa disini adalah merupakan dhomir, untuk naa yang berkedudukan nashob, karena menjadi isim inna. 

 بنا - jar dimasuki huruf jar

فإننا - nashob karena dimasuki oleh inna

كاعرف بنا فإننا نلنا المنح

I'rif (mengetahuilah siapa? kamu)
binaa (dengan kami)
fa inna naa (maka sesungguhnya kami)
adalah
nilnaa (mendapati siapa? kami)

 نلنا - dhomir rofa' mutaharrik


Perhatikan, naa bermula lafadz naa
adalah sholaha (pantas, apa naa)
li rof'i (bagi i'rob rofa')
wan nashbi (dan i'rob nashob)
wa jarrin (dan i'rob jar)


Kalau yang tadi, isim dhomir untuk jar itu seringkali, atau bisa dikatakan ka lafdzi maa nushiba.  SEPERTI lafadz isim dhomir untuk nashob. Ada juga isim dhomir, yang baik untuk rofa' nashob dan jar nya tulisanya sama persis. 

Apa itu? naa... 

naa berupa lafadz naa. 

adalah 

sholaha (pantas, apa? naa)
li rof'i (bagi i'rob rofa')
wan nashbi (dan i'rob nashob)
wan jarri (dan i'rob jar)

Naa memungkinkan dibuat untuk lafadz rofa' nashob dan jar. Seperti apa itu? seperti kata

كاعرف بنا فإننا نلنا المنح
Huruf jar? kok masuk pada fi'il ustadz? Hikayah itu yang dimaksudkan adalah lafadznya. Seperti lafadz 

i'rif (mengetahuilah, siapa? kamu)
binaa ( dengan kami)
fa inna naa (maka sesungguhnya kami)
khobar dari inna adalah 
nilnaa (memperoleh, siapa? kami)

اعرف بنا فإننا نلنا المنح

نلنا

نال + نا

dhomir rofa' mutaharrik. Berkedudukan rofa', mutaharrikun yang berharokat. 
maf'ul bihnya disini, 
al minaha (pemberian2)

Itu semacam itu.

للرفع والنصب وجر نا صلح ... كأعرف بنا فإننا نلنا المنح 

بنا - mewakili jar
فإننا - nashob

نلنا - rofa'

Ka'rif
Maka mengetahuilah siapa kamu? 
binaa 
terhadap kami
fainnanaa 
maka sesungguhnya kami
adalah 
nilnaa 
mendapatkan, siapa? kami
alminaha 
akan pemberian2

Itu begitu...




Bait Nadzom ke 59



وألف والواو والنون لما ... غاب وغيره كقاما واعلما

wal alifun (dan bermula alif)
wal wawu (dan wawu)
wan nuunu (dan nuun)
adalah
limaa untuk sesuatu, 
ghoba (yang ghoib apa? maa)
wa ghoirihi ( dan selain yang ghoib, apa maa)
ka qoomaa (seperti lafadz qoomaa)
wa'lamaa (dan lafadz i'lama)


Dhomir

Dhomir itu mewakili tiga - mutakallim, mukhothob, dan ghoib.
Ghoba - untuk Ghoib
wa Ghoirihi - untuk mutakallim dan untuk mukhothob, bisa untuk mutakallim, bisa untuk mukhothob. 

Oleh sebab itu nadzom ini banyak kritik. Karena kenyaatanya alif itu bisa untuk maa ghoba wa ghoirihi ini, (padahal) wa ghoirihi ini terbatas pada yang mukhothob. Untuk mutakallim tidak. 


PERHATIKAN.....

Limaa ghoba wa ghoirihi, perhatikan alif itu kita temukan untuk yang mukhothob, tapi tidak kita temukan untuk yang mutakallim (pada wilayah ghoirihi, selain yang ghoib). 


كقاما واعلما

Alif, wawu, dan nun itu memungkinkan digunakan untuk ghoib, memungkinkan selain yang ghoib. Meskipun, realitasnya ghoirihi itu adalah mukhothob, bukan mutakallim. Karena demikian, disini itu sampai ada kritik. Bahwa gak bisa dikatakan wa ghoirihi. Itu kalau wa ghoirihi ini memungkinkan diterjemahkan 

  • mukhothob, 
  • mutakallim, 

padahal ini hanya khusus untuk mukhothob saja. 


Alif wawu dan nun - tidak ada 

  • alif yang menunjukkan mutakallim, 
  • wawu yang menunjukkan mutakallim, 
  • dan nun yang menunjukkan mutakallim. 


CONTOH. Kalau seandainya ktia anggap ini fi'il madhi. 


أعلما - fi'il madhi - GHOIB

اعلما - fi'il amr - MUKHOTHOB

اعلموا - fi'il madhi + wawu jamak - GHOIB

اعلموا - اعلم - fi'i amr - MUKHOTHOB


ضربن  -  fi'il madhi GHOIB

اضربن - fi'il amr MUKHOTHOB



وألف والواو والنون لما ... غاب وغيره كقاما واعلما

Alif wawu dan nun itu adalah khobarnya adalah? 
limaa (untuk sesuatu) ghoba (yang ghoib, apa? maa) 
Apakah hanya untuk yang ghoba? tidak. Juga wa ghoirihi (selain maa ghoba). Selain maa ghoba itu sebenarnya, memungkinkan untuk diterjemahkan 

  • mukhothob, 
  • memungkinkan untuk diterjemahkan mutakallim. 

Meskipun tidak ada contoh alif wawu dan nun itu untuk mutakallim. 

ضربنا
ضرب
ت

ت نا tu naa, naa nya panjang, bukan nun, tapi nun alif untuk dhomir mutakallim. 


Ini kalau seandainya sampeyan mencoba untuk berkomentar, ini bagus. Jadi seperti ini lebih bermanfaat menurut saya daripada sampeyan membahas dalam konteks skripsi, dalam konteks tesis, dibandingkan dengan problematika apa dan seterusnya. Bagus kalau mau seperti itu. 


وألف والواو والنون لما ... غاب وغيره كقاما واعلما

wa alifun, dan bermula alif, 
wal wawu dan wawu,
wan nuunu  dan nuun 
adalah
limaa (untuk sesuatu) ghooba (yang ghoib apa? maa)
wa ghoirihi dan selain maa ghoba
ka qoomaa - fi'il madhi
i'lamaa - fi'il amr. 


Jadi Alif wawu dan nun, ketika posisinya sebagai dhomir muttashil, maka memungkinkan untuk mewakili ghoib, daى mewakili ghoiru ghoib. Kalau seandainya kita lihat, bahwa yang namanya isim dhomir itu adalah maa wudhi'a li mutakallimin, wa mukhothobin, wa ghoibin. Selain ghoib itu seharusnya ada mutakallim dan mukhothob. Apakah bener? ALIF WAWU dan NUN itu realitasnya kita temukan di mutakallim? itu tidak ada. Karena demikian yang dimaksud dengan wa ghoirihi ini adalah mukhothob, bukan mutakallim. Karena demikian, maka ada kritik untuk wa ghoirihi ini, kenapa kok wa ghoirihi? karena kalau wa ghoirihi, harusnya dia mengandung juga, mencakup juga baik mukhothob maupun mutakallim. Realitasnya adalah, tidak ada alif yang menunjukkan mutakallim. 

Alif WAWU dan NUN yang itu merupakan dhomir muttasil, tidak ada yang menunjukkan mutakallim. Kalau sudah ada kritik gitu, kalau sudah ada kritik,  biasanya ada tawaran nadzom. Sebenarnya nadzom ini, akan lebih pas kalau seandainya diubah menjadi seperti ini. Itu ada tawaran nadzom. Ada memang, yang saya katakan, yang saya bacakan di hamdun. Saya tapi tidak mencatat, tapi saya tidak menghafalkan. Tapi ada tawaran nadzom itu, tawaran nadzom pengganti... bait ini. 

 وألف والواو والنون لما ... غاب وغيره كقاما واعلما

Karena dianggap wa ghoirihi ini bermasalah. Karena ketika wa ghoirihi kita anggap sebagai ghoiri maa ghoba itu adalah mutakallim dan mukhothob. Padahal tidak kita temui alif wawu dan nun yang mewakili mutakallim. Karena demikian, yang dimaksud disitu adalah mukhothob. 


Bait Nadzom ke 60

ومن ضمير الرفع ما يستتر ... كافعل أوافق نغتبط إذ تشكر 

wa min dhomiri rof'i dan adalah sebagian dari dhomir rofa' - KHOBAR MUQODDAM
maa bermula sesuatu. - MUBTADA MUAKHOR.

DHOMIR mustatir wujuban. 

  • Kaf'al - mewakili fi'il amr mufrod if'al
  • uwafiq - mewakili fi'il mudhore' menggunakan hamzah mudhoro'ah. 
  • naghtabith - mewakili fi'il mudhore' menggunakan nun mudhoro'ah
  • idz tasykuru - mewakili fi'il mudhore' dengan menggunakan ta mudhoro'ah. yang memiliki fungsi mukhothob. 

ta disini ada dua, 

  • ada ghoibah 
  • sama mukhothob. 
Untuk kemudian mustatir, itu yang mukhothob, bukan yang ghoibah. Saya akan menjelaskan dhomir mustatir, ini yang wujuban (contoh ini yang wujuban). Apa yang dimaksud dengan wujubul istitar itu? 

وجوب الاستتار
wajib mustatir itu apa? 


jawaazul istitar, jaiz istitar. Tersimpanya jaiz, tersimpanya wajib itu apa? Ini penting untuk kemudian ditegaskan. 

  • kalau wujuubul istitar WAJIB ISTITAR itu maa laa yahulu mahalahu adz dzohiru
  • kalau jawazul istitar JAIZ ISTITAR itu maa yahulu mahalahu adz dzohiru

Yang dimaksud dengan wujubul istitar itu adalah sesuatu yang tidak mungkin digantikan oleh isim dzohir (sesuatu yang tampak). Mesti tersimpan dia, meskipun ada sesuatu yang muncul, tapi sesuatu yang muncul itu tidak bisa menggantikan posisinya. 

Kalau Jawazul istitar itu sesuatu yang memungkinkan posisinya digantikan oleh isim dzohir (sesuatu yang tampak)

قُلْ هَٰذِهِۦ سَبِيلِىٓ أَدْعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِى ۖ وَسُبْحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ

Surat Yusuf 108

 أَدْعُواْ إِلَى ٱللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِى

أَدْعُواْ - ada ana karena memakai hamzah mudhoro'ah. 
Ketika kita temukan fi'il mudhore' yang menggunakan hamzah mudhoro'ah itu wajib menyimpan ana. Meskipun ada ana, yang muncul selanjutnya, maka ana yang tersimpan di dalamnya, tidak menjadi hilang, tidak menjadi terhapus. 

Ana yang didzohirkan (hanya sekedar) taukid. Mana fa'il dari ad'u...? dhomir ana yang tersimpang di dalamnya. Loh kok ada anaa selanjutnya? gak masalah. Ana yang jatuh setelahnya ini adalah tidak lebih dari berfungsi sebagai taukid. Ada kata2 

ان نكون نحن الملقين
Surat Al A'rof 115

Fi'il mudhore' dengan menggunakan nun mudhoro'ah. Wajib disitu tersimpan nahnu. Meskipun ada nahnu yang dzohir, tetep di dalam nakuuna itu WAJIB ada dhomir isim dari kaana, karena kebetulan naqish disini. Nahnu yang tampak berfungsi sebagai taukid. 

 ما كنت تعلمها أنت 
Surat Hud 49

ta'lamuhaa ini adalah fi'il mudhore' dengan ta mudhoro'ah sebagai mukhothob. Disini menyimpan anta sebagai fa'il. Maka dia termasuk yang tempati oleh dhomir mustatir wujuban. Ketika dia ditempati oleh mustatir wujuban, maka ini tidak bisa bergeser, digantikan posisinya oleh anta yang jatuh setelahnya.  Anta disini tidaklah menjadi fa'il dari ta'lamu, tapi sebagai taukid, dari fa'il yang tersimpan di dalam ta'lamu yang berbunyi anta. 

اسكن انت وزوجك الجنة
Surat Al Baqoroh 35

Uskun adalah fi'il amr, fi'il amar ketika tidak bertemu dengan alif tatsniyah wawu jama' dan ya muanatsah mukhothobah, juga tidak bertemu dengan nun niswah misalnya, itu adalah tempat untuk dhomir mustatir wujuban. Menyimpan dhomir anta disitu, seperti lafadz 

كافعل أوافق نغتبط إذ تشكر
seperti lafadz if'al ini, yang merupakan amr mufrod.  Ketika kita menemukan fi'il amar, dan disitu itu amarnya sama sekali tidak bertemu dengan alif tatsniyah wawu jamak ya muanatsah mukhothobah, tidak bertemu dengan nun niswah misalnya, maka disitu pasti menyimpan dhomir anta. 

اسكن انت وزوجك الجنة
Meskipun ada dhomir anta yang muncul sesudahnya, itu bukan jadi fa'il dari uskun. Posisi anta di dalam uskun, tidak memungkinkan dimunculkan, diberupakan anta disini. Ketika ada anta yang muncul, anta yang ada itu tidak lebih hanya sekedar taukid. Bukan fa'il dari lafadz uskun. Itu namanya mustatiru wujuuban. 

Kalau mustatir jawazan bagaimana? ya sebaliknya memungkinkan kemudian posisinya digantikan oleh isim dzohir. 

قام محمد ثم جلس
jalasa disini ada huwa, qoma disitu juga ada huwa. Tapi kalau fi'il madhi ini, kok kemudian ada yang tampak memungkinkan untuk dijadikan sebagai fa'il, maka dia tidak menyimpan dhomir huwa. Maka fa'ilnya adalah muhammadun. Ini karakter dari mustatir jawazan itu seperti itu. Ketika ada isim dzohir, yang memungkinkan untuk dijadikan sebagai fa'il, ketika ada isim dzohir yang memungkinkan untuk dijadikan sebagai naibul fa'il. Maka fi'il itu tidak menyimpan dhomir huwa yang tersimpan di dalamnya. Itu pengertian dari wa min dhomiri rof'i maa yastatiru kaf'al uwafiq naqtabidz idz tasykuru

ومن ضمير الرفع ما يستتر ... كافعل أوافق نغتبط إذ تشكر 



DHOMIR mustatir wujuban. 

  • Kaf'al - mewakili fi'il amr mufrod if'al
  • uwafiq - mewakili fi'il mudhore' menggunakan hamzah mudhoro'ah. 
  • naghtabith - mewakili fi'il mudhore' menggunakan nun mudhoro'ah
  • idz tasykuru - mewakili fi'il mudhore' dengan menggunakan ta mudhoro'ah. yang memiliki fungsi mukhothob. 
Fi'il mudhor' yang dimasuki hamzah mudhoro'ah itu WAJIB Mustatir. 
Fi'il amar yang tidak dimasuki alif tatsniyah wawu jamak, ya muanatsah mukhothobah dan seterusnya itu adalah termasuk dalam kategori mustatir wujuban. 


Semoga bermanfaat....

https://al-maktaba.org/book/9904/89 - 95

Comments