Skip to main content

Makna Dzurriyah (keturunan) | Pentingnya Ilmu | Catatan Ngaji Gus Baha

 

Dzurriyah orang Sholeh 

Mbah Saya itu terkenal wali yang bapaknya bapak. Itu kalau kesini nyifati Mbah Dullah (wali). Kata Mbah Nursam (kakeknya Gus Baha) "Nur sido mondok kene nur, gak popo... eleklah, Kyaimu iku WALI". Mbek ngritik bapak itu gitu dulu "Kamar (tempat tidur) dan Kursi ya masih ada kaki nya". Saya dulu sering sering dijak kesini (ke tempat Mbah Dullah Salam) sama bapak. 

Jadi Mbah Saya itu terkenal wali dulu. Jadi Mbah saya itu tirakat terus, sampai kapundut itu poso terus. Kebetulan cucunya (maksudnya Gus Baha sendiri) gak niru. Saya gak niru itu karena itu gus ya, memang disuruh gak niru. Kowe ora usah tirakat, wes tak tirakati ae. Mbah Moen juga gitu "Kowe haram tirakat ha... wes tak tirakati ae, saya seneng sekali. Tapi tuwo2 kok mikir putu, terus sing nirakati putuku sopo? Jadi mulai jadi kyai betul saya ini mas habib,  sudah mulai mikir putu. Karena saya ini termasuk orang yang keceluk alim yang gak banyak orang menghormati, karena sudah diramal sama Mbah2. 

Materi di atas bisa kalian lihat versi Videonya DISINI ya temen2...


Jadi dulu,  Mbah Saya, Mbah Nursam itu, Kakak saya (yang pertama) itu SMP-SMA. Kakak saya yang kedua juga SMP-SMA. Mbah Saya, Mbah Nursam itu, yang nganterkan bapak ketika mondok sini itu. Yang ikror kalau Mbah Dullah wali, Mbah Nursam, ahli tirakat Ahli Puasa. Itu bilang, Nur... anakmu sing iki ojo sekolahno. Sok mben sing ngalim iku anakmu sing iki. Ketika saya tamat SD, Mbah Saya Tuban, Mbah Saya narukan juga di(sabda) begitu. Singkat cerita saya mondok sarang. Mondok Sarang pertama langsung dikenal Mbah Moen, wong anek e Kyai, jadi langsung dikenal. Terus diidoni macem2, terus dadi wong alim, itu gak ada yang ngelem, wes biasa (entuk dongane) wong sepuh2. Saya sebetulnya agak kecewa, saya inginya kan dianggap agak prestasi, tapi ternyata dianggap doanya orang2 sepuh. Makanya kulo niki teng mriki yo rodok, ya Syukurlah sama Mbah Mutamakkin, sama semuanya.. karena...

Ya karena tadi, Quran sendiri itu mengakui bahwa orang sholeh itu, diantara aturanya itu dzurriyatan ba'duhaa min ba'di. Meskipun Alloh bisa bikin orang sholeh darimana saja. Tapi yang legitimate itu memang yang 

ذُرِّیَّةَۢ بَعۡضُهَا مِنۢ بَعۡضࣲۗ وَٱللَّهُ سَمِیعٌ عَلِیمٌ

ذُرِّيَّة بَعْضها مِن ولَد بَعْض مِنهُمْ

Surat Ali 'Imron 34

Dzurriyatan Ba'duhaa min Ba'di. Dan Kata Dzurriyah itu tasymalu auladal inas, kata Ibnu Hajar Al Atsqolani. Memasukkan turunan yang dari Ibu. Meskipun tentu secara wali nikah, atau secara disiplin nasab, dari Ibu itu tidak ngefek. Tapi dari Segi 

فان العرق دساس

Bahwa sistem (tubuh) kita itu tetep ada gen dari seorang ibu. Sehingga banyak ulama tafsir mengatakan, 

ذرية تشمل اولد الاناث

Dzurriyah itu tasymalu auladal inas. Dzurriyah itu memasukkan keturunan dari apa? ibu. 

Materi di atas bisa kalian lihat versi Videonya DISINI ya temen2...



Istiqomah

Bapak saya itu, nasabnya nasab wali. Jadi Mbah2 itu orangnya itu suka tirakat, suka.... Ibuk, itu nasab Kyai, jadi kalau bapak wiridan itu kalau istiqomah itu disalahkan sama keluarga ibuk. Istiqomah itu salah, karena ijabu maa lam yajib, mewajibkan sesuatu yang tidak?  wajib. Itu masalah secara ilmiyah. Mbah Moen itu sering ngritik, kok ada pondok wajib puasa, wajib ngrowot, itu sering ngritik. Itu secara fiqih bahaya, ijabu maa lam yajib. Mewajibkan sesuatu yang tidak? wajib. Dan itu kriminal dalam bab fiqh. Betul itu, sampeyan cari di Sullam Taufiq, babnya itu ngeri, ijabu maa lam yajib. itu tidak terhitung minal kabair. Dicari sendiri di sullamut taufiq, itu parah betul malah cara memvonisnya (menurut) pengarang Sullam Taufiq. Ijaabu maa lam yajib. 

Tapi.. pondok2 yang tirakat gak kurang dalil. Niki mboten majibaken, nglatih. Mboten majibaken tapi nopo? Nglatih. Nah, silsilah dari keluarga ibuk, itu suka ilmu. Sehingga Abdulloh bin mas'ud, itu tiap hari itu mensweeping orang yang sering dhuha. Kalau ada orang yang dhuha, istiqomah itu disweeping. Awas.. harus seminggu sekali, gak boleh tiap hari. Masak sholat fardhu kamu saingi sholat? dhuha, gak boleh. Gak boleh fardhu tersaingi. Itu Masyhur itu, sampeyan cari di Al Ghunyyah itu. 

Sayyidah A'isyah kalau ada orang yang dhuha setiap hari dimarahi. Karena itu secara konstitusi ilmu itu benar, karena Nabi itu hanya empat hari yang di depan umum. Yang lainya itu gak. 

خشية ان تفرض عليهم

Khosyata an yufrodho 'alaihim, kalau dalam fiqh, takut dianggap fardhu. Akhirnya, istiqomah itu masalah kalau di keluarga saya yang dari ibu. Nah kebetulan kita ini suka gak istiqomah, akhirnya ya... seperti ini. Tapi ini ilmu, harus kita bicarakan. Tapi yang istiqomah, bapak itu pengagum Mbah Dullah, bapak itu suka sama istiqomah, karena punya guru dulu Kyai Zubaidi ya istiqomah, Mbah Dullah istiqomah. Tapi jangan kira Mbah Dullah itu hanya istiqomah, saya punya sanad banyak. Mungkin gus zaki lebih tahu, sering dicritani bapak. Mbah Dullah itu ha.. kalau ambek wong faseh nemen2 iku yo ora pati cocok. Senajanto majibno fasih, tak takok i kengen nopo? Ngko lak kowe kefasihen, ndarani wong awam (lek ora fasih) gak oleh ganjaran. Mergo macane gak fasih. Padahal entuk ganjaran mergo seneng quran. Terus jare.. tak takok i bapak, niku saget damel syarat nopo? mboten? Yo ora kenek, pokok e ngono. Jadi nggo ngikrori, artinya beliau gak ingin lah, gara2 kita terlalu pakem tajwid, kemudian nganggep setiap orang yang mbaca quran salah, kemudian gak dapat pahala. Bisa saja 

Famaa lahum an laa yaqro-ul qurana mahabbatuhum, wa isyquhum, wa kadza wa kadza...  Jadi akhirnya saya jadi tahu, oke secara makhroj salah, tapi isyqnya bener, mahabbahnya benar, brontonya benar. Jadi Mbah Dullah itu punya sekian makalah tentang ilmu. Hikam juga gitu, nur.... Nak cah santri ngaji ihya iku sek oleh, tapi lak ngaji hikam ojo. Pokoknya beliau itu melarang. Siapa saja santri ngaji hikam itu dilarang. Ini ada kelas tertentu untuk boleh ngaji? hikam. 



Ma'rifatulloh

Kenapa saya ngaji ini? karena saya masih ingat betul, diantara wasiatnya Mbah Moen itu.. Kowe ruh, sebabe opo Fatihah iku kok Ihdinasy syirothol mustaqim, bukan shirotoka, tapi shirotolladzina an'amta 'alaihim

Dawuhe Mbah Moen 

Fa innalloha ta'ala 

laa ya'kulu 

laa yasyrobu 

wa laa yankihu

wa laa kadza wa kadzaa... 


Alloh itu gak makan gak minum gak tidur, sehingga kita itu tidak bisa niru Alloh. 

Sehingga kalau ingin dekat Alloh itu ya niru shirotolladziina, bukan shirotoka. Kita cara tidur niru kanjeng Nabi, niru Ulama, niru Alloh gak bisa. Makanya bukan ihdinasy syirothol mustaqim, bukan shirothoka, tapi shirotolladziina an'amta 'alaihim. Maka dalam beragama itu butuh master, butuh panutan. Ya tentu Mbah Moen olehe ngendikan pakai lughot orang2 kuno. Coro Mbah Moen pakai cantolan. Maka saya punya makalah banyak dari Dari Bapak, dari Mbah Moen, dari Mbah Zubair, dari sampek.. Saya itu hafal sanad sampai Rosulillah Shollallohu 'alaihi wa sallam. Karena yang bisa mengawal ilmu itu sanad. Termasuk disini saya membawa kitab Ar Risalah AL Qushairiyah, nanti saya baca beberapa. Panutan kita, disini ada Abul Qosim Al Junaidi, ada Abu Yazid Al Bustomi, ada banyak Ulama yang ditulis Ar Risalah Al Qushoiriyah. Dan itu yang membentuk Al Ghozali, kitab Ar Risalah Al Qushoiriyah. 


Tapi sekarang kita ini tidak belajar lagi tentang tasawuf. Tasawuf itu Abul Qosim Al Junaidi jadi wali itu bukan wiridanya terlalu banyak gak, beliau pernah bikin satu kalimat, yang menjadikan Alloh itu Ridho. Kalau malam, beliau wiridan gini, 

ya Alloh.. kenapa engkau ngasih rizki saya? padahal engkau gak butuh saya. 

Kalau seorang majikan, ngasih service sama karyawanya, memang butuh pekerjaanya. Orang tua ke anak, butuh kasih sayangnya. Tapi Engkau ini dzat yang gak butuh saya, gak butuh kita, ngapain, ngasih? Jadi punya sisi betapa Alloh itu luar biasa, wong gak butuh kok? ngasih. Itu kan luar biasa. Jadi karena mensifati seperti itu, Alloh itu Ridho. 

Normalnya orang memberi itu kan...? apalagi orang memberi kyai, itu kacau sekali. 100ewu njaluk suargo. Salam templek sak juta wae, njaluk suargo. Itu parah lagi. Nanti kalau gak masuk surga, diundat2. Itu ngeri lagi itu, satu juta minta apa? surga. Sayyidinaa Ali, itu diantara beliau itu dekat Alloh itu karena muamalahnya sama Alloh itu benar. Diantara riwayat itu yang diriwayatkan di Kitab Ar Risalah AL Qushoiriyah adalah Masyhur.. Kafaanii 'izzan, antakuuna li robban. Wa Kafaanii fakhron an akuna laka abdan. Tiap malam wiridan itu. Ya Alloh, Ya Alloh, saya sungguh sangat mulia, karena engkau yang jadi Tuhan. Coba kalau saya dituhani manusia yang mati, atau siapa yang mati juga, Saya ini bangga sekali karena saya ini jadi budakmu, jadi hambamu, Hamba Dzat yang tidak mati. Jadi pakem2 yang menjadi (masyroh), kalau dalam bahasa tasawuf, itu yang menjadikan wali. 



Pakem dalam ILMU

Sehingga yang dikatakan ibadah itu apa? ma'rifatulloh. Mengenali Alloh secara benar. Jadi jangan kira wali2 dulu terlalu istiqomah juga, gak, mereka punya pakem, yang menjadikan Alloh itu ridho. Saya beri contoh, ini disini banyak, nanti saya baca tabarruk. Banyak riwayat dari orang2 sufi, Nabi ibrahim itu pernah ketemu orang majusi. Beliau terkenal sakho' terkenal sakhiyah. Ketika ketemu orang majusi, Ya ibrohim, saya ini, sehari saja.. kasih makan saya, kamu kan tukang ngasih makan orang. Terus, bi syarthi antuslima, kamu harus islam. Fiqihnya Nabi Ibrahim adalah kalau saya nolong dia, berarti saya nolong orang kafir. Setelah orang itu lewat, beralalu, karena Nabi Ibrahim gak mau hormat. Alloh memberi wahyu ke Nabi Ibrohim, kenapa Ibrohim gak kamu terima, kamu kasih makan satu hari. Karena dia majusi, kata Alloh, Dia umurnya berapa? 60 tahun. Tanyakan pernah kelaparan? atau hanya hari ini. Iya Ya Alloh, 60 tahun dia kafir tak kasih makan, minta kamu sehari saja kok gak boleh? Akhirnya Nabi Ibrohim (memanggil orang majusi tadi) dikejar orang Majusi itu dipanggil. Ayo tak kasih makan satu hari, kok kamu sekarang jadi baik? habis ditegur Tuhan. 

Ahaakadza yu'amilunii apa seperti itu tuhanmu memu'amalahi saya? Ya na'am. Akhirnya islam orang majusi tadi. Jadi itu lagi2 ilmu. Jadi yang dikatakan ilmu itu nyuwun sewu, satu teori, atau kalimat, atau apa saja yang menjadikan kita ini pakem. Meskipun pakem itu kadang sulit diterima orang lain. Orang Khusyu' itu ya nuwun sewu ada sisi nakalnya, makanya. Makanya Mbah Moen sering ngendikan Masyhur, 

Zaada khusyu'an zaada jahlan

Tambah Khusyu' tambah? bodo. Bukan bodo dengan makna salah itu ndak. Memang kadang terus anti ilmu. Misalnya gini. Karena saya ini mengkhidmahi ilmu, saya beri contoh yang urusan ilmu. Ada orang sujud, diinjek orang fasiq. Kepalanya diinjek orang fasiq. Terus orang yang sujud tadi, ini ada di Shohih Muslim, juga ada di Kitab Ihya. 

Wallohi laa yaghfirullohu laka. Pakai sumpah.... Wallohi laa yaghfirullohu laka. Alloh langsung mewahyukan ke nabi, fi hadzaz zaman, fi tilkaz zaman, atau fi dzalikaz zaman.

man dzalladzi ya ta'alla 'alaiya.. 

Katakan ke orang itu, siapa yang mencatut Nama Saya, yang hanya berstatus tidak memaafkan. Itu gak fair.. wong saya ini Tuhan kok, bisa yaghfiru, bisa yu'adzdzib. Kok sifat saya tinggal satu yu'adzdzib, itu gimana? Dicatut separo itu Alloh tidak terima. Tapi kalau kita baca Al Quran, saya ini sama orang fasiq ya benci. Wong saya ini orang sholeh, setidaknya pura2 sholeh, karena di depan para Kyai. Tapi mau gak mau... ketika Alloh mensifati diriNya tentang orang munafik bagaimana? 

لِّیَجۡزِیَ ٱللَّهُ ٱلصَّـٰدِقِینَ بِصِدۡقِهِمۡ وَیُعَذِّبَ ٱلۡمُنَـٰفِقِینَ إِن شَاۤءَ أَوۡ یَتُوبَ عَلَیۡهِمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ غَفُورࣰا رَّحِیمࣰا

Sudah cocok tidak cocok, potensi memberi Taubat itu ada, meskipun saya mangkel orang munafik, tapi mbacanya ya, 

وَیُعَذِّبَ ٱلۡمُنَـٰفِقِینَ إِن شَاۤءَ أَوۡ یَتُوبَ عَلَیۡهِمۡۚ

Rosululloh kayak apa bencinya dengan wahsyi, karena qotilul hamzah (pembunuh) paman Nabi. Tapi Nabi tunduk sama konstitusi Quran. 


لَیۡسَ لَكَ مِنَ ٱلۡأَمۡرِ شَیۡءٌ أَوۡ یَتُوبَ عَلَیۡهِمۡ أَوۡ یُعَذِّبَهُمۡ فَإِنَّهُمۡ ظَـٰلِمُونَ

Surat Ali 'Imron ayat 128

Akhirnya Alloh malah memberi taubat sama qotilul hamzah, yaitu wahsyi. Ini pentingya membaca (ilmu). Kalau kita tidak mbaca, hanya khusyu' saja, pasti sama orang yang nginjek orang yang sujud tadi, yang nginjek pasti salah gak dimaafkan, bongso pasti2. Pertanyaanya adalah betulkah Alloh punya sifat satu? yaitu yu'adzdzib? Makanya kalau kita mbaca, misalnya mbaca quran. Misalnya: 

وَلِلَّهِ مُلۡكُ ٱلسَّمَـٰوَ ٰ⁠تِ وَٱلۡأَرۡضِۚ یَغۡفِرُ لِمَن یَشَاۤءُ وَیُعَذِّبُ مَن یَشَاۤءُۚ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورࣰا رَّحِیمࣰا

ya sudah yaghfiru liman yasyaa-u wa yu'adzdzibu man yasyaa-u. 

Kalau nuruti rasa kita, ya inginya kita ke kita itu yaghfir, kalau ke orang lain yu'adzdzib, tapi Tuhan kan gak terima, wong saya ini Tuhan kok didekte Makhluq, gak bisa... Sehingga ya ini lagi2 ilmu, lagi2 ilmu. Makanya saya cocok gak cocok itu suka mbaca. Saya suka sekali mbaca, mulai ulama dulu, ulama modern, sampai setengah modern-setengah dulu. Mulai ulama yang kedonyan sampai yang setengah kedonyan. 


Kaya


Saya dulu itu gak suka uang. Karena tadi, saya dari Mbah2 yang itu wali. Kalau tadi mas nadi jujur, mulai mbah sholeh itu suka mbuli mertuanya, jadi saya alhamdulillah beliau jujur. Jadi Mbah Sholeh itu menantunya raden asnawi, jadi itu ya bully2an sama...(menantu). Ini terus ditiru beliau. 

Itu ya tadi, makanya kalau orang daftar wali itu kan gak suka sama uang. Karena mereka nangis ketika Alloh ngendikan tentang wa'budulloh, atau ayat2 anfiqu, atau orang2 baik disifati 

wa aqrodhulloha qordhon hasana

Hadzal khithob li ahlil jiddi, wa sarwah

ini khithob untuk orang kaya. 

Kulo isin Gusti... njenengan ngongkon infaq, kok kulo diinfaqi. Njenengan ampen ngongkon ngamal, kok kulo dingamali. Jadi maa kanuu yuhibbunal maal, mereka gak suka harta. 

Walakin yanaalu ladzatal khithob bil infaq, dan itu harus kaya dulu untuk bisa? infaq. Jadi itu uniknya, akhirnya Imam Sya'roni, penting juga harta. Jadi wali, untuk suka harta itu nunggu diperintahkan Alloh. Alhamdulillah kita gak, sudah wali dulu, sudah senang harta. Jadi kayaknya keren kita timbang wali2. Wali itu tahu pentingnya harta setelah jadi wali. Kita dari kecil Alhamdulillah sudah tahu pentingnya harta. Kayaknya kita lebih...? wali...


Imam Asy Syafi'i
Imam Asy Syafi'i, itu dulu gak suka sama orang kaya. Saya berkali kali cerita, karena beliau dididik Sufyan Ats Tsauri, Sufyan bin Uyainah. Tapi ketemu Imam Malik, Imam Malik itu kaya raya, meskipun beliau hidupnya sederhana, tapi kaya raya. Imam Asy Syafi'i itu agak gak sopan kalau sekarang, tanya.... setelah njenengan, ilmu yang harus saya ambil itu (ilmu) siapa? Kata Imam Malik, yang se'alim saya itu sudah meninggal, Abu Hanifah, tapi muridnya masih, namanya... Namanya Muhammad bin Hasan Asy Syaibani. Malam itu sama imam malik dikasih uang 500dinar, padahal satu dinar itu 4.25 gram. Bisa diitung, berapa ratus juta. Itu separuhnya dikasihkan Imam Asy Syafi'i. Nah.. tak sangoni...  Pagi2 diajak ke baqi' dulu, baqi' itu ada kafilah rental unta. Mana kafilah yang mau ke iraq? (kita) yasudah ini antar, tak bayari. 

Diantar Imam Asy Syafi'i, diantar ke Imam Muhammad bin Hasan Asy Syaibani, di Iraq. Itu kalau ketemu Muhammad bin Hasan Asy Syaibani itu apa? beliau itu kalau ngitung uang di meja, emasnya di meja, uangnya..... Ini beliau Imam Asy Syafi'i sama Imam Malik ingkar, ini malah lebih parah lagi. Kata Muhammad bin Hasan Asy Syaibani, ata'jabunii... kamu kagum dengan ini? merasa aneh? iya... Yasudah ini tak kasihkan orang fasiq, dinggo demenan, dinggo judi. Jangan... njenengan saja, kalau njenengan kan orang sholeh. Berarti orang sholeh boleh punya uang? angsal2.. 

Semenjak itu Imam Asy Syafi'i kebablasen. Sampai fatwa Kyai feqir itu haram. Kyai bisa bikin rumah bagus, bikin rumah jelek? haram. Wes pokok e islam ya'lu wa laa yu'la 'alaih. Nah lagi2 kebetulan, kita sebelum ngaji Imam Asy Syafi'i sudah seperti itu. Jadi ini justifikasi. Lagi2 itu ilmu, saya ulang lagi, lagi2 itu ilmu. Akhirnya saya mbaca kitab Imam Asy Sya'roni, Al Minanul kubro, itu beliau cerita, itu beliau cerita wa min maa manallohu 'alaiya kesanya kayak orang sombong, tapi sebetulnya yang sopan itu yang sombong, karena Imam Asy Sya'roni bilang, kamu harus mema'lumatkan diri, kalau antum minal ulamaa-il 'amilin. Kamu termasuk ulama yang 'amil. Terus ditanya sama orang2. Bagaimana kalau nyatanya gak? kamu tadi subuh sholat? iya... sholat. Kamu tadi dzuhur sholat? iya saya sholat. Kenapa ketika kamu maksiat ingat terus, ketika kamu tho'at gak ingat? Berarti kamu anggep Alloh itu menyesatkan kamu tok, tapi gak pernah ngasih hidayah ke kamu. Pas ndelok rondo ning ndalan, maksiat. Bar Sholat (subuh) ra tahu syukur, bar dzuhur ra tahu syukur, bar ashar (ra tahu syukur). Dadi kowe nyifati Alloh, hari ini Alloh ngasih saya maksiat. Sementara lupa kalau Alloh ngasih sholat dzuhur, sholat ashar, sholat maghrib, sholat? isya'. Woh sudah, disitu di Al Minanul Kubro orang itu sholeh semua. 



Kitab Minanul Kubro

Nah saya itu termasuk orang yang didekte, oleh kitab Al Minanul Kubro. Jadi disitu hidup itu enak semua. Makanya saya itu masih ingat, dialognya dua orang 'alim. Gak perlu saya sebut, ini agak sensitif, karena ceritanya itu ada anaknya Kyai itu mau nyaleg.  Karena dia anaknya Kyai, tanya... " Mbah dalile nopo? lak tiyang mencari jabatan, rusak" Kalau yang njawab tak sebut gak papa namanya. Jawabnya Mbah Moen, oleh gak popo, Nabi Yusuf iku oleh jabatan. Beliau baca Quran

قَالَ ٱجۡعَلۡنِی عَلَىٰ خَزَاۤىِٕنِ ٱلۡأَرۡضِۖ إِنِّی حَفِیظٌ عَلِیمࣱ
Surat Yusuf 55


Nabi Yusuf yo golek jabatan yo ora popo. Di debat sama orang 'alim, Nah itu Nabi Yusuf, syari'atnya mansukhoh, bi syari'ati Nabiyina Muhammad Shollallohu 'alaihi wa Sallam. Setelah tamunya pulang, Mbah Moen bilang gini, wong anut Kyai ae oleh, opo maneh anut Nabi. (Saya) Masih ingat kalimat beliau " Anut Kyai ae oleh, opo maneh Anut Nabi". Artinya Nabi Yusuf kan minta jabatan, 

ٱجۡعَلۡنِی عَلَىٰ خَزَاۤىِٕنِ ٱلۡأَرۡضِ

Jadi akhirnya semenjak itu fiqh2 ilmu, saya ulang lagi, akhirnya saya cari, termasuk saya disuruh Mbah Moen. Jale golekno dalile lak wong sholeh iku oleh njabat. Batinku, wong dalil kok diorder, saya ya sempat... ternyata setelah saya cari2 ya tadi, 

أَمۡ یَحۡسُدُونَ ٱلنَّاسَ عَلَىٰ مَاۤ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦۖ فَقَدۡ ءَاتَیۡنَاۤ ءَالَ إِبۡرَ ٰ⁠هِیمَ ٱلۡكِتَـٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَءَاتَیۡنَـٰهُم مُّلۡكًا عَظِیمࣰا

Surat An Nisa 53

Keluarga Nabi Ibrahim diantara sifat yang disebutkan Alloh adalah dikasih mulkan 'adziman. Terus akhirnya kyai2 Indonesia itu madzhabnya Syafi'iyah semua. Politik yo kerso, njabat yo kerso. Maksud saya ini yang menyelamatkan ilmu. Kalau orang khusyu' pasti geting. Kyai kok gelem proposal, kyai kok gelem parek jabatan? Tapi orang ilmu, setuju, nah saya gak tahu, setujunya itu bawaan ilmu atau bawaan nafsu tadi, nah itu yang mulai saya gak tahu. Nah kalau saya kan bawaan ilmu, wong saya baca. Itu bedanya saya dengan mas... Karena kemarin saya dibuli habis2 an di Kudus, saya gak punya kesempatan bicara, di menantunya dek ning .... wah ini kurang ajar betul. Tapi saya nyari sisi positifnya, kalau saya di bully kan, saya madzlum. Orang madzlum gampang jadi wali. Yang mbully berarti dia dzolim, yasudah...wali saya. Nah supaya dia wali, sekarang tak bully, supaya impas, jadi ini nolong beliau. Jadi saya 22hari itu kalau saya sibuk ke rumah sakit, kalau ashar pulang, yasudah begitu terus. Karena Mbah2 saya itu sukanya ilmu maasyaalloh. Karena ilmu itu penting, apapun pakemnya para wali, itu kalau diingatkan secara ilmu, itu terus kayak runtuh. 

Saya berkali kali mencontohkan, dan itu valid, data itu valid. Sufyan bin Uyainah, itu orangnya khusyu'nya maasyalloh, gurunya Imam Asy Syafi'i, gurunya Imam Malik. Itu beliau menceritakan dalam kitab Hilyatul Auliya. Nabi isa itu senengane ceria, ceria sekali, senang sekali. Nabi Yahya itu senengane mbesengut, 'abusan suka kayak takut akhirat, takut penyakit, tapi bukan takut korona. 

Saya akhir2 ini fatwa, sekarang jangan baca 'Uwais Al Qoroni, tapi Al Qorni. Meskipun saya tahu, ada yang mbaca qoroni, di kitab2 ada yang mbaca qorni juga. Tapi sekarang wajib dibaca Al Qorni semuanya. Sekali dibaca Al Qoroni itu nisbatun ilaa (Korona). Iya.... jadi sementara ini ngikuti yang mbaca Uwais Al Qorni. Meskipun di syarah2 bi fathil ro, wa qila bi sukuni. Sekarang sudahlah, ijma' dulu, Al Qorni. Karena kalau Al Qoroni itu... (jadi identik dengan korona). 

Akhirnya Nabi Isa ditegur sama Nabi Yahya. Maa lii arooka dhohikan, ka annaka ta'manu min makrillah. Saya melihat kamu kok suka tertawa, seakan2 kamu merasa aman gak kenak adzabnya Alloh. Nabi Isa bales tanya, Maa lii arooka 'abusan ka annaka tai'asu min rohmatillah, taknatu min rohmatillah. Kowe kok mbesengut ae, koyok ndunyo ora ono rohmat, anane koronaa ae. Padahal yo onok mangan, onok guyonan, onok nikmat. Dan itu figur besar, akhirnya kita tahu, dan saya sering cerita juga, setiap dakwah itu Nabi Isa nyari siroorun naasi. Nabi yahya nyari khiyarun naasi. Tentu alasan Nabi Yahya itu gampang, berteman orang baik itu baik, aman, terus akibatnya juga baik. Nabi Isa gak, limaadza tanzilu 'ala siroorin naasi? kenapa kamu singgahnya ke orang2 yang buruk? Ana thobiiubun udawil mardho, saya ini dokter, tentu menyembuhkan yang? sakit. Akhirnya terus di Indonesia banyak Kyai yang berkawan orang fasik ya banyak. Tapi tentu yang benar itu ya.. yang mensholihkan yang fasik.  Yang mesti salah yang menjadi fasik karena ketularan? (fasik). Tapi itu apa? lagi2 ilmu yang bisa menjadikan kita percaya itu ilmu. 


Comments