Skip to main content

Ngaji Bareng di Unissula 2020 | Catatan Ngaji Gus Baha

 

Ini karena acara kampus, acara rileks, saya akan menyampaikan kajian ilmiah secara rileks. Ini memperingati tahun baru itu jelas salah ini. Tahun terakhir, karena ini tanggal 29 ya. Memperingati akhir tahun. Tapi karena rektornya orang bejo, ndilalah itu gak ada yang nyoal kesalahanya. Jadi orang pinter sama orang bejo itu hebat orang? bejo. Saya orang pinter maka tahu kalau ini akhir tahun, bukan awal? tahun. Tapi saya gak orang bejo, pinter saya gak terekspose sehingga tetep saja orang bilang ini peringatan apa? awal tahun. Jadi menang orang bejo. Ini akhir tahun apa awal tahun? hari ini? akhir tahun. Berarti ini peringatan apa? akhir tahun. Artinya orang bejo yang kesalahanya tidak dikoreksi. Tapi ini kesalahan yang tidak maksiat, insyaalloh dimaafkan Alloh SWT. Karena kesalahan itu ada dua, ada kesalahan yang maksiat, ada kesalahan yang tidak maksiat. 


Saya punya komitmen terhadap agama ini, baik tadi yang dikatakan Pak Rektor, 

  • ada unsur ulama 
  • ada unsur habaib, 
  • ada unsur pengusaha, 
  • ada unsur birokrat. 

Diantara kenangan2 saya dari Syaikhinaa, Guru kita bersama Kyai Haji Maimun Zubair, beliau itu sering dawuh, sering ngendikan. Dan itu saya sampaikan di.... wafatnya... cucu Mbah Maimun, putra Gus... Diantara yang beliau katakan itu adalah 

sok haa.. agomo iku sing nggowo Pegawai Negeri

ITu berkali2 beliau ngendikan gitu, ya saya agak mbantah. Lha kalau santri mbah? kalau santri karuan, mesti nggowo agomo. Sok mben sing nggowo Pegawai Negeri. Setelah saya jadi kyai, saya berkali kali penelitian, saya itu berkali kali didatangi dokter, tentara, polisi. Mereka sering bilang gini, gus saya ini dokter negeri. Saya ke NTT ke Papua, karena saya ini muslim, berkebutuhan islam, maka saya dibikinkan musholla dibikinkan masjid. Kalau Kyai gak bisa, mau bikin sendiri urunan, mau narik siapa? Mau narik, tarikan di jalan yang mau nyumbang? siapa? Tapi kalau kebutuhan negara, karena tugas negara, ya difasilitasi negara, kan gak dianggap misionaris, karena negara. Begitu juga di negara non muslim, kayak di argentina di venezuela. Ada masjid, ada tempat umat islam karena duta besar. Dan itu aparat negara. 

Disinilah kearifan para ulama, berkoalisi dengan umaro dengan makna yang positif, bahwa agama ini harus ditopang umaro. Sistem negara. Tentu disitu ada tentara ada polisi, ada macem2. Kita sebagai Kyai juga gak berdaya di depan bandar narkoba, atau apa.. kalau gak ada BNN. Kita mau apa? dengan korupsi? kalau gak ada KPK. Sehingga kearifan para guru2 kita, termasuk Mbah Maimun, Bapak Saya sendiri, NU, Muhammadiyah, semua ormas2 islam. Pasti maulah kerjasama, karena kita siapa? kalau gak kerjasama. 


Dan diantara pesan Rosulillah Shollallohu 'alaihi Wa Sallam...

يد الله مع الجماعة

عليكم بالجماعة ؛ فإنَّ يد الله على الجماعة ، ومن شذَّ شذَّ في النار

Jadi apa ya? kebersamaan itu sudah berkah. 

Fa inna yadallohi ma'al jama'ah



Bawa Kitab

Lalu, kenapa saya kalau ngaji bawa kitab. Sebenarnya itu lazim, lazim itu sesuatu yang harus. Karena kelamaan mubaligh itu gak bawa kitab, seakan2 bawa kitab itu sesuatu yang aneh. Sebetulnya yang aneh mereka. Karena begini logika simplenya, Umat Nabi ini berhak dapat apa coba? berhak dapat warisan yang paling unggul, yang paling hebat. paling jernih. Apa itu? Quran dan hadits. Pertanyaanya siapa yang paling punya hak otoritatif menerangkan quran dan hadits? Ulama. Ulama yang mana? ya yang capable seperti Imam Bukhori Imam Asy Syafi'i Imam Ghozali. Artinya kalau kita gak pakai materi, umat dapat fikiran kita. Bukan mendapat fikiran mereka. 

Saya ulang lagi, kalau kita gak pakai materi yang otentik, yang orisinil. Umat ini mendapat fikiran kita, bukan fikiran mereka. Maka saya berusaha supaya teman2. Supaya teman2, semua umat islam dapat fikiranya Imam AL Ghozali, Fikiran2 Al Bukhori, Fikiran2 Abul Qosim Al Junaidi. Kejernihan2 Abu Yazid Al Bustomi. Kejernihan itu diantaranya, misalnya diantara itu adalah makalah yang super. Jadi untuk ngadepi krisis karena covid, atau karena apalah, itu ulama dulu sederhana sekali. Beliau2 punya rumus yang jarang didengungkan orang, tapi saya akan kampanye rumus ini. 

حقيقة الاستغناء

الإستغناء عن الشيء لا به
BERKECUKUPAN IALAH MENGHINDARI BANYAKNYA KEBUTUHAN, BUKAN MENCUKUPI SEMUA KEBUTUHAN ITU

Jadi pemenuhan kebutuhan yang sebenarnya adalah kita sebanyak mungkin menghindari kebutuhan yang sekunder. Bukan memenuhi yang kita inginkan. Jadi misalnya gini, kalau kita lapar, itu keinginan kita itu makan enak atau asal makan? tentu jawabanya asal makan yang sehat. Tapi kalau nuruti nafsu kita, makanya yang enak, teman makan yang enak, terus di warung yang favorit. Itu kan suatu kebodohan, kenapa untuk makan saja butuh definisi yang sekian banyak, yang kita bisa kecewa, warung favoritnya sudah tutup, atau kita kesana harus macet, ribet. Yang bener2 arif dan bijaksana. 

الإستغناء عن الشيء لا به

Al Istighnaa anisy syai itu jangan dijadikan kebutuhan. Sehingga kalau kita puasa misalnya semua makanan itu enak, karena kita sabar. Sehingga ketika Abul QOsim al Junaidi ditanya.. maa idamut tho'am... makanan itu lauknya apa? jawabanya lucu. Al Ju' lapar. Kalau kamu lapar ya semuanya? enak. Ini sudah mulai hilang, kita bilang makan enak itu ya sate, ya gulai, ya pizza yang kita seneng. Akhirnya apa? untuk nikmati nikmanya Alloh itu kita jadi ribet. Apalagi kalau orang2 fasiq, terus ditemani perempuan yang tidak halal misalnya. Harus ada ajudan, ribet. Nah pertanyaanya orang yang ribet sama yang gak ribet itu pinter mana? Pinter yang gak ribet, nah ini kearifan2 yang mulai hilang. Lalu siapa yang bisa mewarisi itu? ya ulama. Jadi ulama itu sebetulnya cara berfikir simple. makanya dia itu sering kalau tahajjud, diantara makalah Sayyidinaa Ali yang paling terkenal. Yang menjadikan beliau punya derajat yang luar biasa itu adalah

كفاني عزا ان تكون لي ربا وكفاني فخرا ان اكون لك عبدا

Ya Alloh, saya ini sudah begitu mulia, sudah begitu terhormat. Dan sangat2 terhormat, karena yang menjadi Tuhan itu Engkau. Jadi rumus pertama itu karena yang menjadi Tuhan itu Engkau. Artinya Tuhan yang abadi, tuhan yang pertama, tuhan yang al awwal. Coba Ya Alloh, saya ini punya tuhan fir'aun, punya Tuhan, mati, itu kerenya dimana? Atau punya Tuhan yang asal usulnya manusia, apapun hebatnya manusia itu, tuhan yang lapar, kalau gak makan mungkin pingsan, mungkin tuhan yang kena covid, nanti diisolasi, kayak apa? makanya ketika Alloh menyindir ketuhanan selain Alloh itu Alloh menyindir dengan kalimat yang sederhana. 

مَّا ٱلۡمَسِیحُ ٱبۡنُ مَرۡیَمَ إِلَّا رَسُولࣱ قَدۡ خَلَتۡ مِن قَبۡلِهِ ٱلرُّسُلُ وَأُمُّهُۥ صِدِّیقَةࣱۖ 

كَانَا یَأۡكُلَانِ ٱلطَّعَامَۗ ٱنظُرۡ كَیۡفَ نُبَیِّنُ لَهُمُ ٱلۡـَٔایَـٰتِ ثُمَّ ٱنظُرۡ أَنَّىٰ یُؤۡفَكُونَ

Surat Al Maidah 75

Artinya kalau gak makan ya lemes. Nanti lama2 gini, Alhamdulillah tadi Tuhan mampir ke saya, keliahatanya lapar, terus tak kasih makan, terus sekarang sehat lagi. Susah gak? punya Tuhan yang seperti itu? Beda dengan Tuhan kita, tuhan yang gak butuh makan, gak butuh minum. Al Qoyyum. Tuhan yang berdiri sendiri tanpa butu yang lain. Al Awwal, sebelum ada langit bumi sudah ada Tuhan kita, yaitu Alloh. Bandingkan dengan Tuhan2 yang dipertuhankan yang lain, yang adanya setelah bumi, misalnya Fir'aun. Sehingga Sayyidinaa ali yang jadi kebanggaan apa? 

كفاني عزا ان تكون لي ربا

Saya itu keren betul, karena punya Tuhan yaitu Engkau. Tuhan yang lahul asmaul husna, Tuhan yang semuanya punya kebaikan, punya keabadian, punya keagungan. Terus...

وكفاني فخرا ان اكون لك عبدا

Dan saya bangga sekali, karena saya menjadi hambaMu. Kalau saya jadi hambanya pak rektor, ribet. Sudah tak hormati ya ternyata nanti gak.... wes pokoknya ribet, jadi budaknya manusia itu ribet. Makanya ada seorang wali datang ke temanya yang jadi Presiden/ jadi raja, terus datang kesitu karena gak punya uang, yaa minta uang, karena temanya raja. Setelah sampai sana, ternyata temanya karena ini orang sholeh pas berdoa  Ya Alloh, saya minta ini minta ini minta ini... terus si wali tadi pulang, kenapa kamu pulang? Ternyata dia sama masih minta2 kayak saya. Sama2 minta, kamu minta dzat yang kamu mintain. Jadi dulu itu orang sebegitu dekat dengan Alloh. Sehingga si raja ini terus ketemu wali tadi, kenapa kamu menyepelekan saya, padahal sekarang saya raja. Terus ditanya sama wali tadi, karena temanya. Kalau kamu di padang pasir kamu haus, dan harus minum satu gelas, dengan ongkos kamu harus mengasihkan semua kerajaan kamu demi minuman itu, pilih mana? minuman atau tetep jadi raja? Saya milih bisa minum, saya gak raja tetep hidup, tapi kalau gak raja mati. Bagaimana anda bangga dengan satu kerajaan sing laa yusaawi..ka'samaa-in. Tidak sama dengan segelas air. Jadi artinya mereka melihat jadi raja itu ya biasa, jadi presiden biasa, jadi rektor biasa. Karena mereka biasa berlogika, haqiqotul 'izzah itu taqorrub ilalloh, yang bener2 terhormat itu "dekat" dengan Alloh. 

Begitu seterusnya, mereka bikin paradoks yang aneh, tapi itu menjadi pelajaran. Bapak saya, kyai nursalim itu seneng baca anekdot nashiruddin...itu kalau bikin orang aneh. Dia datang ke satu pesta,  pakai baju lusuh, paka sarung lusuh, atau celana lusuh. Sama shohibul bait, yang punya acara dibiarin. Setelah dibiarin dia pulang pakai jas, pakai dasi pokoknya keren. Pakai alpard, pokoknya dihormatin. Pas dia disuruh minum, minumanya itu ditumpahkan ke sakunya. Jas.. kamu harus minum ini, karena kamu yang dihormatin, bukan saya. Terus makanan ya diletakkan di saku atau apa, ayo kamu makan yang banyak. Alpardnya juga gitu, dikasih satu, ayo kamu makan ini... mereka gak melihat saya, melihat kamu. Terus orang satu pesta ini istighfar semua, berarti kita ini salah, kenapa kamu mau gitu? tadi saya datang, orangnya sama. Gara2 beda pakaian penghormatanya beda. Berarti yang berhak dapat makanan ini jaz saya, bukan saya. Betapa naifnya kita sebagai orang, ternyata kita masih hormat sesuatu yang begitu, yang atribut. Jadi orang2 sufi itu orang2 yang bisa menertawakan dunia, akhirnya pertama dia dianggap orang gila, masak jaz dikasih? makan?  dikasih? minum. Tapi secara fiqih dia benar, haram dia makan. Karena pas dia makan dibiarin, setelah pakai jaz.. hakikat yang dapat rizqi siapa? Jaz nya apa orangnya? jaznya. Jadi itu orang2 sufi, kearifan orang dulu itu bisa mengelola hal2 yang keseharian menjadi luar biasa. 

Ada seoarang wali melihat istrinya makan satu piring, anaknya makan satu piring, ditanya kalian kenyang? woh kenyang sekali. Melihat anaknya minum satu cingkir, kalian seneng? seneng sekali. Kalau bisa seneng dengan hal2 yang murah (bisa), ngapain harus seneng dengan hal2 yang mewah? (bodoh sekali). Sehingga terus mereka bisa qona'ah. Qona'ah itu hidup itu simple. Jadi saya gak akan ngomong yang muluk2, selain itu gak bidang saya, kita ini butuh obat, dikondisi kovid seperti ini butuh kesederhanaan, butuh... kita harus istighna billah, 'an ghoirillah. Bahwa Alloh ini segalanya. Tadi saya ndengarin hymne nya Unissula, yang paling saya kagum adalah dimulai dengan kalimah2 thoyyibah. Diantara tugas suci Nabi Ibrohim dan semua Nabi adalah 

وَجَعَلَهَا كَلِمَةَۢ بَاقِیَةࣰ فِی عَقِبِهِۦ لَعَلَّهُمۡ یَرۡجِعُونَ

Surat Az Zukhruf: 28

Adalah Nabi yang diberi gelar Alloh, dia adalah Nabi yang menjadikan kalimat Tauhid, itu kalimat yang abadi. Fi aqibihi (di anak turunya, di semua generasinya). Baik anak turun karena gen, maupun karena pembinaan. Ini penting sekali saya utarakan karena kenapa? satu kehidupan itu sebetulnya digerakkan oleh kata2, oleh motto.. kalau bahasa orang kebanyakan.  Sehingga banyak ulama mengatakan  

العبارات قوت لعائلة المستمعين
وليس لك إلا ما أنت له آكل

Hikmah ke 187, Al Hikam.

Bahwa redaksi/ motto/ pegangan hidup, itu penggerak kehidupan. Sehingga manusia itu digerakkan oleh kalimat2 itu, oleh motto2 itu, oleh prinsip2 hidup itu. Misalnya orang palestina itu tiap hari ke pasar, mereka ke laut gitu, ditanya, kenapa tidak takut ketembak Israel, jawabanya lucu. Kena tembak ya mati, gak makan ya mati, gak kerja ya mati, yasudah sama2 mati aktivitas normal. Tapi saya gak menyarankan itu untuk melawan covid gak, ini cerita saja. Kamu jangan provokator, karena ini wilayah yang sensitif. Banyak orang yang poligami, kalau ditanya alasanya ya gitu...istri satu cerewet, dua ya cerewet, mendingan empat. Ya banyak yang gitu, tapi ada yang kebalikan, istri satu cerewet saja hampir jantungen, apalagi? empat... tinggal matinya kan. Itu semua yang menggerakkan itu kalimat. Kalimat itu satu pegangan. 

Banyak orang, yang gak ingin jadi rektor itu banyak, jangan kira semua dosen ingin jadi rektor. Melihat rektor sibuk rapat, mempertahankan Unissula, terus sering pegang kepala, ngapain repot2. Jadi tukang sapu saja dapat gaji, ngopi, rokok an selesai. Bodoh amat, jadi rektor, mikir orang banyak. Banyak lho, orang yang gak ingin jadi presiden itu buanyak. Karena ngopi nyaman, gak ada yang ganggu. Mau tidur sampai jam sembilan siang juga gak ada yang ganggu. Sehingga mereka melihat pegawai negeri itu, gak keren, orang kok diatur jam, disiplin. Itu memang cara Alloh membagi rohmat, mau kamu apakan coba? Wong cara syukurnya dia seperti itu. 

Bapak saya dulu sering ngajarin saya, diajak jalan2 pagi2. Melihat orang ngopi, makan, enak... enak dadi wong awam, kene isuk2 nyemak bocah, kesel kabeh, kono enak, ngopi, rokok an.  Bapak kadang iri, sama orang awam itu iri. Sudah gitu berharap masuk surga, kan enak, tahu2 mati, gak tahu masuk surga apa neraka ya gak tahu. Jadi orang dulu itu orang yang bisa mensederhanakan dunia. Sehingga...Yasudah..... makanya saya,  Alhamdulillah saya ini kerja sama UII, kerjasama beberapa kampus. Memang 'amdan, amdan itu sengaja. Kampus itu punya sistem yang tidak bisa mewakili sistem Kyai, Kyai juga gitu, punya sistem yang gak terwakili oleh kampus dan sebaliknya. Saya sering ketemu rektor UII, rektor kampus2 islam. Mereka cerita...Gus pendidikan pondok (harusnya) dimodernkan gini2 gini....

Terus saya bilang, kalau pondok modern kayak kamu, terus nanti saya ketemu Alloh gak bisa jawab. Kenapa Gus? Saya beri contoh begini. Kalau misalnya perempuan, mau tanya tentang menstruasi (haid). Kalau semuanya sistem kampus, semuanya harus kuliah dulu. Registrasi dulu, kuliah dulu, bayar dulu. Dan dapat jawabanya, nunggu mata kuliah pas itu. Bandingkan kalau sistem pondok, saya itu sering sama anak saya, ke pasar, dicegat sama ibuk2.. gus anak saya ngalami gini2. Keluar darah terus menerus, tidak enam hari, tapi satu bulan penuh. Itu hukumnya apa gus ya? nanti saya mau sowan njenengan. Ndak ndak usah sowan, disini saja. Yasudah...Sebelum mengeluarkan darah yang rutin seperti itu, biasanya haidnya berapa hari? yang rutin? Yasudah ikut yang enam hari, yang lainya istihadhoh. Ngoten tok gus? iyo... Begitu terus, di masalah 'udhiyah. Coba.. kalau semuanya ikut sistem kampus? daftar dulu, jadi ini gak ada jawabanya, nunggu mata kuliah itu, baru dapat jawaban. Itu bisa gak sholat bertahun2, karena belum ada jawaban tentang itu (misalnya tentang haid tadi). 

Lha itu misalnya kalau orang mati, tahunya cara memulasara jenazah itu nunggu kuliah dulu, pas mata pelajaran itu dulu, baru nangani orang mati. Berarti orang mati itu tergeletak semua. Tapi kalau kyai kan gak? Gus ini orang mati terbakar, kalau dimandiin malah badanya copot2, itu gimana?? Ini ada orang mati gus, kendat, ini disholati apa gak? Ini ada orang mati oplosan, disholati enggak? Saya sering ditanya gitu, gak usah registrasi pak rektor. Gak usah registrasi, gak usah daftar, gak usah seminar. Berarti kalau orang kampus, wani Kyai, itu yo kualat tenan. Yang ontime. Tapi mondok seperti saya ya ikrar, seikrar ikrarnya, pentingnya kampus, karena melatih efesiensi waktu, disiplin, tata kelola, manajemen. Tapi tadi, kita harus saling melengkapi. Sehingga saya tunjukkan, saya hormat sekali sama polisi, sama tentara. Coba kita bisa apa? ngadepi bandar narkoba kalau gak polisi. Bisa apa? coba menjaga NKRI kalau tidak tentara. Yasudah... 

Fa inna yadallohi ma'al jama'ah. Kita berkah itu kalau kita bersama2, gak bisa kita sendiri. Nah lalu, orang kayak saya itu beberapa kali sebetulnya itu ditawani jadi doktor honoris causa. Takutnya saya satu, kalau pas gak punya uang. Doktor kok ora nduwe duwek, ora pantes. Jadi repot.. beban, yasudahlah gak usah doktor, kalau gak punya uang ya pantes, kalau ngebis ya pantes. Suatu saat kalau mati gak ada yang hadir ya pantes.  Wong gak doktor, kalau sudah doktor kok masuk neraka, kok kayaknya.....? apalagi rektor kampus islam kok masuk neraka? kok kayak gak pas gitu. Misalnya rektor UNISSULA ditanya Munkar Nakir, gak bisa, kan kayak gimana gitu. Makanya harus sering ngaji saya, supaya gak malu di depan munkar nakir. Masak rektor ditanya munkar nakir gak bisa? Harus berani mbentak, saya ini rektor lho pak munkar nakir. 

Kalau wali2 dulu berani, masyhur di cerita wali2. Ditanya man robbuka, man robbuka? saya ini guru tauhid. Kok kamu tanya? man robboka? ya nglontok... kamu gak pernah ngaji, enak aja tanya......? man robbuka, Jadi wali2 itu ya rileks tadi. Saya yakin rileks wali timbang pak rektor, karena wali itu lebih dekat Alloh. Sehingga orang dulu itu saya ulangi lagi, ada satu kearifan, hidup itu apa? hidup itu adalah cari sebanyak mungkin agar hidup itu tidak tergantung pada banyak hal. Jadi cara berfikir orang2 modern, sebenarnya banyak orang2 ilmuwan, yang gak mengagumi amerika. Bukan karena angkuh gak, untuk mempertahankan negara sebesar itu, kebutuhan listriknya besar, kebutuhan tentaranya besar, sementara negara kayak Venezwela atau Swiss, kebutuhanya (tidak sebesar itu). Pertanyaanya, yang tergantung banyak hal, dengan yang tidak tergantung banyak hal, itu pinter mana? Kalau dibalik pertanyaanya gitu, negara2 maju itu tidak keren pertanyaanya. Orang yang untuk mempertahankan eksistensinya butuh banyak hal, dengan yang tidak butuh banyak hal, itu pinter mana? Orang yang bahagianya nunggu jadi Doktor, nunggu jadi Kyai Besar, Kyai Viral, dengan orang yang bahagia cukup dengan ngopi? itu pinter mana? Tapi kalau dibalik pertanyaanya, orang yang tahunya nikmat hanya kopi, dengan nikmat yang banyak? pinter mana? 

Makanya Mbah Moen kalau guyon itu lucu. Aku iku saake ha'... ( Gus Baha), wong ndeso sing mlebu suargo. Saya dulu isykal, wong ndeso kok di saakeni. Wong ndeso iku ruh pakanan enak muk kopi mbek udud, lah suargo iku muk nuruti sing dikarepno. Akhirnya ngopi.. ndudud. Nasi mandi yo ora ruh, pizza yo ora ruh, apa2.... Wah itu kalau selera tentang wanita cantik itu juga sederhana. Rodok pesek yo wes cantik, rodok ireng yo wes cantik, apa bidadarinya seperti itu? karena saking gak pengalamanya. Jadi surga itu kan nuruti apa yang diinginkan, kira2 keinginan orang kampung kalau di surga itu apa? makanan apa coba? itu lak senenge ketemel, gemblung. Artinya malaikat lebih suka nangani surganya orang2 kampung, timbang pak rektor, ini sudah ribet ini. Makanan apa saja pernah dicoba, terus kalau di mall tahu orang macem2, seleranya macem2 pasti. Enak mana? kalau sampeyan jadi malaikat "pelayan surga" Suka melayani orang kampung? apa yang orang kota? Orang kampung kan? ya itu guyon ya, guyon tapi jadi pikiran kita bahwa orang yang banyak kebutuhan, itu sebetulnya banyak kebodohanya. Karena menggantungkan kebahagiaanya dengan banyak hal. Makanya Imam Asy Syafi'i ngendikan.... istighnaa itu apa? 


الإستغناء عن الشيء لا به
Al Istighna anisy syai- laa bihi

Yang dikatakan kecukupan adalah berusaha sebanyak mungkin, banyak hal gak kamu butuhkan. Bukan memenuhin semua kebutuhan kamu, karena karena nafsu kamu ini gak ada batasnya, kalau kamu penuhin gak akan selesai. 

Loh itu ada perempuan yang kurang cantik, itu minta do'a saya. Gus... do'ain suami saya kaya. Terus tak do'ain, terus gak minta. Kalau suami kamu kaya, yang pertama diubah itu apa? rumahnya. Supaya rumah saya bagus. Kedua apa? mobil, supaya mobil saya bagus. Nanti yang dievaluasi itu kamu. Mobil bagus alphard, rumah mewah, istrinya? kamu. Pasti itu dievaluasi. Langsung, gak usah gus, gak usah, sudah gini aja. Jadi yang dievaluasi kaya itu, coba kalau suami kaya itu yang dievaluasi pertama itu apa? rumah ya... rumah, setelah itu ganti... mobil. Kira2 berikutnya? akhirnya sudah gus, gak jadi gak jadi. 

Nabi Ibrohim itu pernah minta umur panjang. Keren umur panjang, sama Alloh gak dijawab. Datang orang tua itu mertamu ke Nabi Ibrohim, terus disuguhi dikasih anggur, anggur yang sudah matang, matang sekali. Dimakan, setelah dimakan meler keluar lagi. Dimakan lagi meler lagi. Terus Nabi Ibrohim masuk lagi ke kamar, 
Yaa Alloh, do'anya tak cancel, 
nanti kalau saya tua kayak itu.  

Jadi Alloh gak njawab langsung tapi ngirimkan (orang tua itu). Yaa Alloh, gak jadi gak jadi.. nanti takut (seperti orang tua itu). Saya pernah ngalami tadi, ya ada ibuk2 gak pati cantik lah. Suaminya itu miskin sekali, minta doa saya supaya kaya. Bareng tak kasih pertimbangan itu, udah gus, gak usah gak usah. JADI itu kearifan, jadi kearifan ini harus kita tanamkan. Saya gak bisa membayangkan, Indonesia yang besar ini, andaikan gak ada qona'ah. NRIMO Ing Pandum. COba sekarang ada covid. Andaikan Indonesia itu kayak prancis, Saya beberapa kali punya tamu orang lama hidup di prancis, bahkan dapat istri orang prancis. Itu dulu gak mencintai Indonesia. TAPI setelah di Prancis dua tahun, wah Indonesia Hebat. Di Prancis itu... kalau dia cerita, semua kebutuhan masyarakat itu dibebankan ke negara. Apa saja minta negara, apa saja nyoal negara. Sementara Indonesia? coba kalau Indonesia mengalami seperti ini, tidak ada qona'ah NRIMO ing Pandum. Bisa chaos Indonesia, Orang miskin nyalahkan negara, kelaparan nyalahkan negara, apa saja... Ini barokahnya dididik kyai, ojo geman nyalahno wong liyo, Urip nrimo ing pandum, wes duamai. Sampai gak ngerti kalau ada covid. Banyak itu.. orang2 di kampung, mbah niki saking (covid,) yo wes salam ning covid, mugo2 umure panjang. lho..... DIKIRA covid itu nama orang yang ahli sosial. MBAH niki dana saking covid, wis sampekno salamku, mugo2 umur panjang. Waduh.... Bingung kan? yang nganterin ini... ini bagaimana mau menjelaskan?? Memang gak faham, ribet.... tapi saya pastikan dengan keadaan seperti ini kita bahagia, kita stabil, itu barokahnya, kalimah tadi. Makanya disebut....

العبارات قوت لعائلة المستمعين

وليس لك إلا ما أنت له آكل


Bahwa redaksi, atau kata2 atau pegangan, atau filosofi hidup, apalah namanya itu, itu adalah penyemangat. Karena kata2 ini memang luar biasa. 

KETIKA sahabat perang, perang demi kebenaran, zaman itu ya pasti benar, wong yang dibela nabi. Dulu itu kan enak zaman nabi, yang dibela mesti benarnya, musuhnya mesti salahnya. Sehingga dulu itu memang harus tegas. Kalau sekarang mau tegas gimana? yang kamu bela gak mesti bener, musuhnya gak mesti salah. Ribet kan? kalau gitu... misalnya saya tukaran sama pak rektor, kamu mau mbela mana? kan bingung?? saya gak mesti benar, wong saya gak nabi, pak rektor apalagi, gak mesti bener lagi kan? ribet kan...>? Jadi kita kalau mau perang sekarang itu, kita mau pede gmn? makanya banyak ulama sekarang itu mau tegas itu gak berani kan? Karena banyak hal yang abu2, misalnya wilayahnya pilihan presiden, pilihan bupati pilihan menteri. KAMU mati2an mbela itu, yang kamu bela gak mesti bener. Musuh kamu gak mesti? salah. Misalnya pilihan BUpati, wah kabupaten ini baik kalau pilihanya ini, misalnya yang satu bilang (ini) - yang lain lagi. Terus tim suksesnya kamu tanya, Kamu yakin? ya gak juga, kenapa kamu semangat? kan saya botohnya. Jawabanya mungkin gitu aja, bukan yang lain. BEda dengan zaman Nabi, nabinya mesti benar, Abu Jahalnya mesti? salah. Kan... enak, aturan mainya jelas. SINGKAT cerita sahabat itu banyak yang ngalami luka, ngalami apa... Kemudian curhat ke nabi, ya nabi, gara2 nderekkan njenengan, ngikuti njenengan, saya harus ngalami seperti ini, seperti ini. NGIRANyA orang itu, diapresiasi sama Alloh, (tentang) keluhanya itu. TERNYATA sama Alloh malah gak diapresiasi, malah diturunkan ayat, 


ولا تهنوا فی ٱبتغاء ٱلقوم 

إن تكونوا تألمون 

فإنهم یألمون كما تألمون 

وترجون من ٱلله ما لا یرجون 

وكان ٱلله علیما حكیما

Surat An Nisa 104


Orang2 kafir itu ya sakit, itu saja berani padahal demi kekafiran. Wa yarjuuna minallohi maa laa yarjuun. Padahal kamu punya nilai lebih, berharap kepada Alloh, yang mereka gak punya. SAYA jadi kyai itu ya kadang mangkel, karena yang benci ya benci, yang seneng itu ngel2no, kayak Pak bejo itu... Jadi semuanya ribet.... Lhaiya.. yang benci ya ganggu, yang seneng ya...? ganggu, tambah nemen. Jadi ribet...tapi kalau sudah ingat bandar Narkoba, Mereka berhadapan dengan polisi, kadang ditembak, karena kesalahanya terlalu vatal, antar mereka (persainganya) juga bisa tembak2an karena merebut pasar narkoba. Itu saja mereka berani, KOK kita yang jadi kyai yang kadang dicium tanganya, dihormati gak berani, hanya takut musibah2 kecil, atau problem2 kecil. Lhaiya.. kalau kita bandinganya gitu. Kalau kamu mau tahajjud kedinginan, itu nanti dihisab Alloh begitu... Maling ayam, itu keluar malam2 hanya dapat ayam, itu gak takut dingin, ya gak takut digebuki masa. Kamu mau tahajjud saja takut dingin, Makanya nanti, hisabnya orang sholeh itu nanti dijejerkan orang dzolim. Terus diperbandingkan... wah itu habis itu kamu, kalau gitu... (1.55)


Comments