Skip to main content

Kajian Alfiyah 111 | Metode Al Bidayah | Kh. Abdul Haris Jember | Bait 356-357

 

Pembahasan Alfiyyah Ibnu Malik ke 111 oleh Kh. Abdul Haris Jember, dengan Metode Al Bidayah. Semoga catatan ini bisa memberikan bekas terhadap tersebarnya apa yang pak kyai sampaikan lewat video2 beliau mengenai materi2 bahasa arab. Tulisan ini merupakan transkrip dari video beliau, semoga bermanfaat juga, untuk kita semua. 


Tepat pada materi kali ini adalah tentang TAMYIZ. 

اسم بمعنى من مبين نكره ... ينصب تمييزا بما قد فسره

كشبر أرضا، وقفيز برا ... ومنوين عسلا وتمرا

وبعد ذي وشبهها أجرره إذا ... أضفتها، كـ مد حنطة غذا

والنصب بعدما أضيف وجبا ... إن كان مثل ملء الأرض ذهبا

والفاعل المعنى انصبن بأفعلا ... مفضلا: كـأنت أعلى منزلا

وبعد كل ما اقتضى تعجبا ... ميز، كـأكرم بأبي بكر أبا




Bait Alfiyyah 356

اسم بمعنى من مبين نكره ... ينصب تمييزا بما قد فسره


TAMYIZ itu adalah 

isimun (isim) -KHOBAR- 
bi ma'na min (yang  tetap dengan makna min)
Mubiinun (isim itu berfungsi sebagai mubiinun) Penjelas
nakirotun (yang berupa isim nakiroh)
yunshobu (dinashobkan apa? isim)
isim yang bi ma'na min yang mubinun
yang berupa isim nakiroh itu. 

Tamyizan (dalam keadaan menjadi tamyiz)
Dinashobkan tadi, bimaa (dengan 'amil) dengan sesuatu
qod fassaroh (yang telah menafsiri apa? tamyiz) 
hu (akan maa)


Definisi TAMYIZ
Jadi tamyiz itu adalah ismun, bi ma'na min. yang berpotensi untuk mengandung arti min. Mubiinun yang memberi penjelasan,
nakirotun yang berupa isim nakiroh. 


Pembagian Tamyiz, 
  • Ada yang disebut sebagai tamyiz dzat, 
  • ada yang disebut sebagai tamyiz nisbah. 

Tamyiz Dzat itu adalah

الواقع بعد المقادر

الواقع بعد العدد

al waqi' ba'da maqodir, 
al waqi' ba'dal 'adad


Tamyiz Nisbah dibagi menjadi 

ada yang muhawwal
ada yang ghoiru muhawwal


yang muhawwal
  • min mubtada'in
  • min fa'ilin
  • min maf'ulin

kalau yang ghoiru muhawwal itu sifatnya masmu'.


Jadi yang dimaksud TAMYIZ itu adalah isim yang berpotensi untuk mengira2 kan arti min. Tidak harus kemudian ditampakkan, perhatikan itu, karena nanti ketika dikaitkan dengan kemujmalan dari mumayyaz, apakah itu bersifat dzat atau nisbah. 

Kemujmalanya itu, maka ada yang pantes untuk kemudian dimunculkan kata2 min, ada yang tidak pantas. Misalnya seperti lafadz...


Bait Alfiyyah 357

كشبر أرضا، وقفيز برا ... ومنوين عسلا وتمرا


عندي شبر أرضا

عند قفيز برا

عندى منوان عسلا

Jadi kata2 mubinun ini ada yang dijelaskan kemudian ijmalu dzat,
memang yang mujmal itu berupa benda (dzat). 

Ada yang ijmalun nisbah.
Sejengkal itu apa? ada banyak alternatif kemudian misalnya untuk menjelaskan kata2 sejengkal itu. Yang menjadikan kata2 sejengkal itu menjadi tidak jelas, menjadi mujmal. Tapi ini hanya benda ini, satu mufrod ini. Bisa jadi sejengkal itu tanah, bisa jadi sejengkal itu apa namanya? kertas. bisa jadi sejengkal itu misalnya kain, bisa jadi sejengkal itu macem2. Syibrun ini bisa menjelaskan macem2. Karena kemudian memungkinkan untuk kemudian dijelaskan dalam banyak hal ini, akhirnya menjadi tidak jelas. Perlu kita miz.. perlu ditentukan. Yang dimaksud sejengkal itu adalah tanah, bukan kain, bukan yang lain. Jadi ketidak jelasan itu hanya pada syibrun. 


Kalau seandainya saya mengatakan

طاب زيد نفسا

perhatikan... thoba zaidun nafsan. Itu tidak bisa kita jelaskan seperti tadi, yang tidak jelas adalah zaidun, itu tidak bisa. Zaidun sudah isim ma'rifat, bagaimana tidak jelas? Zaidun itu sudah jelas, orangnya sudah jelas. karena disini bukan minadz dzawat, imbahamanya itu. Yang samar itu bukan dzat, bukan benda. Ya.... Begitu...

Inilah bagusnya zaid, nisbah bagus kepada zaid ini dari sisi apa? ya... Jadi tidak bisa (seperti tadi) kalau contoh ini memungkinkan dipenggal...

عندي شبر أرضا

untuk mufrod, memang hanya menjelaskan syibrun. Kalau ini tidak, kaitanya thoba dan zaidun ini merupakan satu kesatuan yang harus dijelaskan. Karena demikian, Tamyiz nisbah itu juga disebut sebagai tamyiz jumlah, karena yang dijelaskan secara keseluruhan. Dari sisi apanya? yang bagus itu? bisa jadi dirinya, dari qulubnya, bisa jadi ilmunya, bisa jadi dari macem2. Tapi ini tidak bisa difokuskan hanya satu, seperti tamyiz dzat yang difokuskan pada satu (kata syibrun), Ada tamyiz DZAT ada tamyiz NISBAH. 


حسن محمد - bagus sopo? Muhammad..

Beda dengan kata2 sejengkal, beda misalnya dengan kata2 satu mud.  Apa padi? apa misalnya gula? atau apa? itu gak jelas memang. Dari sisi mufrodnya, dari kata2nya, itu memang butuh penjelasan, karena banyaknya alternatif, yang bisa masuk untuk itu. 

حسن محمد - bagus sopo? Muhammad..

kalau contoh di atas tidak. Muhammad itu bagus itu dari sisi apa? Itulah yang disebut
Nisbatul husni ilaa muhammadin itu dari aspek apanya? Karena demikian Tamyiz Dzat itu disebut sebagai tamyiz mufrod, tamyiz NISBAH itu disebut sebagai tamyiz jumlah. Kenapa? karena yang dijelaskan dalam konteks DZAT itu hanya kata. Bukan kaitan kata yang satu dengan kata yang lain. Kalau dari sisi muhammadnya, itu sudah jelas, karena ini ma'rifat. Dari aspek apa? muhammad yang bagus itu? muhammad itu punya banyak aspek? Seperti yang saya katakan, 

  • apakah keilmuanya, 
  • apakah qulubnya, 
  • apakah fisiknya? 
  • apakah wajahnya saja? 

Tapi tidak bisa kemudian hanya Muhammad saja fokusnya, tidak mengkaitkan bagus dengan muhammad itu tidak bisa. Jadi nisbatul husni, pengkaitan muhammad itu baik dari aspek apa? itu namanya Tamyiz Nisbah. Yang kemudian disebut sebagai tamyiz jumlah. Dimana ketidakjelasan itu dengan mempertimbangkan, dengan menggabungkan jumlah yang ada disitu. Bukan seperti lafadz...

عندي شبر أرضا

عندى قفيز برا

عندى منوان عسلا

indi khofizun burron, saya memiliki satu khofiz. Khofiz itu ukuran takaran. Itu beda2 itu, ada yang ngomong 16kg. Saya memiliki 16kg. Sayanya tidak usah dikaitkan, 16kg itu lah yang harus dijelaskan. 16kg apa?? 16kg gandum? 16kg misalnya beras? gula? atau garam? atau pasir? atau apa? silahkan. Kalau ini hanya khofiz nya saja yang tidak jelas, oleh karena itu disebut tamyiz mufrod. Yang tidak jelas itu hanya kata. Bukan kaitan kata yang satu, dengan kaitan kata yang lain. Bukan kaitan husnu dengan Muhammad. Nisbatun husni ila muhammadin, itu dari aspek apanya? Jadi akhirnya ada banyak perdebatan dari difinisi dari tamyiz itu. Karena definisi yang baik itu kan harus jami'an. Ketika kemudian misalnya

Al Mufassiru limaa imbahama minadz dzawaat misalnya, versi jurmiyah macem2. Maa imbahamaa itu tidak hanya minadz dzawat. Itu berarti terbatas pada? tamyiz dzat. Itu kita bisa masuk disitu, kalau seandainya kita sedang menulis. 

Itu catatan untuk mubin. 

Isim itu sedang menjelaskan tentang kemujmalan dzat atau ke mujmalan nisbah. Yang saya katakan tadi. 

اسم بمعنى من مبين نكره، ... ينصب تمييزا بما قد فسره

Ismun bi ma'na min...
(isim yang mengandung arti min)

Ketika dikaitkan tamyiz itu ada dua,

  • ada yang tamyiz Dzat, 
  • ada yang tamyiz Nisbah
Ini butuh diskusi panjang. Kalau seandainya saya mengatakan misalnya, 

عندي شبر أرضا

عندي شبر من  أرضا

Tapi bagaimana kalau tamyiznya itu tamyiz nisbah? apakah cocok? ditulis min...

طاب زيد نفسا

Ini diskusinya panjang, tentang masalah ini. Yang paling serius mendiskusikan ini adalah yang saya tahu itu adalah Asy Syathibi. Itu serius banget, sampai kalau pesan saya, qoyyid bi makna min, itu membatasi pada tamyiz dzat. Membatasi definisi ini tidak masuk untuk tamyiz nisbah. Ya coba itu... setelah kita tahu tamyiz itu ada dua...

  • TAMYIZ DZAT
  • TAMYIZ NISBAH

Tamyiz Dzat itu adalah benda, adalah bentuknya mufrod, karena itu memang butuh penjelasan, terlalu banyak alternatif yang bisa masuk pada ini. Untuk menjelaskan ini sehingga menjadi tidak jelas. Karena demikian harus ditentukan, harus ditamyiz. Kata2 sejengkal itu apa? sejengkal itu bisa jadi tanah, bisa jadi yang lain. Kata2 misalnya satu karung. Satu karung itu opo rek? 

  • satu karung pasir? 
  • atau satu karung gula? 
  • atau satu karung beras? 

Itu namanya dzat, itu namanya maqodir. Pertanyaannya dengan analisis yang serius, itu terkonfirmasi. Bahwa itu juga dipertanyakan oleh banyak ahli. Pokok e niku, molakno sing saya pesenkan niku. Lek sinau, mikir serius, ojok gak mikir. Sampeyan kudu serius, lek tepak sinau. Lek gak serius gak iso (ahli). Saya kemudian ketika membaca 

ismun bi ma'na min. 

Ketika saya kaitkan dengan tamyiz dzat, kemudian tamyiz nisbah. Logika dan fikiran saya menerima ketika saya dipraktekkan dalam tamyiz dzat, tapi sulit menerima ketika dikaitkan dengan tamyiz nisbah. Sulit menerima....


طاب زيد من نفسا

Kalau seandainya 

عندي شبر أرضا

عندي شبر من  أرضا

Saya memiliki, satu jengkal, lek minal ardhi pantes, cocok itu. Kata2 ini lek ku nggolek i suwi nemen. Lek ku nggolek i suwi nemen. Diperhatikan, kesimpulan kajian saya...

bi ma'na min itu tidak kemudian harus secara riil memungkinkan min nya ditampakkan, tapi berpotensi untuk kemudian diberi kata min, meskipun dalam nadzom selanjutnya, ada yang memungkinkan dan diperbolehkan dimunculkan kata2 min itu. Ada yang sama sekali tidak boleh dimunculkan kata2 min itu. Tapi berpotensi..

Ini sebagai laporan kepada sampeyan, kalau sampeyan sinaune serius itu... Ketika saya membaca ismun bi ma'na min, saya itu baca di Ibnu Aqil, dimana2. Selalu yang diberi contoh itu adalah tamyiz dzat, bukan tamyiz nisbah. Padahal yang saya cari yang saya klarifikasi, adalah tamyiz nisbah, tapi itu tidak ketemu. Mesti ketika menjelaskan masing2 qoyyid, masing2 batasan dalam definisi itu mesti diberi penjelasan. Bi ma'na min dan seterusnya ada penjelasan (contohnya). Contoh itu selalu dibatasi pada tamyiz Dzat. Hari pertama saya belajar itu, sampek kemudian, duh opo iki koyok e? gak iso iki aku. Ternyata di (....) agak serius pembahasan itu, panjang lebar itu bahkan di Asy Syathibi. Berarti pertanyaan saya, itu terkonfirmasi menjadi pertanyaan ulama dulu. Tentang qoyyid bi ma'na min, bahkan yang saya simpulkan dari Asy Syathibi itu, justru kurang efektif kalau seandainya qoyyid bi ma'na min itu disebutkan karena itu membatasi pada tamyiz Dzat, dan sulit kemudian diterapkan dan diaplikasikan dalam konteks tamyiz nisbah. Itu kesimpulanya. Jadi ngerti ya.. perdebatan ini sampeyan kudu ngerti tamyiz Dzat ambek tamyiz nisbah. 

Baru saya merasa puas terhadap analisis yang ditawarkan oleh jami'ud durus al mushthofa al Gholayaini. Jadi beda, misalnya memunculkan kata2 min ini, antara tamyiznya itu tamyiz dzat dan tamyiz nisbah. Kalau seandainya...

عندي شبر أرضا

عندي شبر من  أرض - memungkinkan.

Tapi kalau seandainya....(yang merupakan contoh dari tamyiz NISBAH), ada tambahan kata Jihat... Ini mahal ini, konsep jihat ini mahal. Itu kemudian yang saya katakan, kalau seandainya sampeyan menawarkan sesuatu yang menjadikan orang lain itu faham, ini ceritanya ada bangunan ilmu. Sampeyan menawarkan satu bata, satu batu bata. Yang dengan satu batu bata itu bangunan ini menjadi kokoh. 

طاب محمد نفسا 
طاب محمد  من جهة نفسه 

Saya sebelum membaca di Jami'ud Durus, bi ma'na min pakai jihat, dalam konteks tamyiz nisbah, itu sulit menerima. Di dalam syarah2 itu banyak min bayaniyah min jinsiyah tapi saya kurang faham terhadap itu, karena saya dzauqnya saya jelek. Indra keenam kebahasaan saya jelek mungkin (karena bukan orang arab). Begitu....  Tapi menjadi enak, menjadi nerima ketika kemudian, kata2 bi ma'na min, dalam konteks tamyiz nisbah, itu ditakwili dengan menambah satu kata yang menjadikan kita puas, 

طاب محمد  من جهة نفسه 
Thoba Muhammadun min jihatin nafsihi.
Setahu saya, yang menawarkan kata min, dengan kata2 jihat (sisi), itu hanya jami'ud durus al 'Arobiyah. Dalam konteks tamyiz nisbah. Asy Syathibi di dalam syarahnya, syarah alfiyah ibnu malik itu bilang jelas gak cocok untuk tamyiz nisbah, jelas ngomong gak cocok. Yaa... itu perdebatan, bi ma'na min itu tidak mesti dimunculkan kata2 min itu, tapi potensi dimunculkan kata2 min itu cocok. Lah nanti, apakah min kemudian memungkinkan dimunculkan atau tidak? itu ada bait selanjutnya. Tapi dengan cara misalnya untuk tamyiz nisbah, kata2 jihah dimunculkan maka qoyyid bi ma'na min itu bisa diterima. Berarti itu memungkinkan diterapkan dalam konteks tamyiz dzat, dan juga memungkinkan diterapkan dalam konteks tamyiz nisbah. Cuman bedanya kalau seandainya diterapkan dalam tamyiz Dzat, itu langsung (misalnya).

عندي شبر أرضا

عندي شبر من  أرض

طاب محمد نفسا 

طاب محمد  من جهة نفسه 



TAMYIZ Muhawwal dan Ghoiru Muhawwal


Ya gitu ya.. ini dilanjutkan dulu. Ada tamyiz nisbah itu muawwal, hasil (perpindahan) dari mubtada. Misalnya...

انا اكثر منك مالا
itu bisa diterangkan dengan

مالي أكثر منك

Tamyiz ini muhawwal min mubtada, itu adanya pada tamyiz nisbah. Kalau seandainya saya mengatakan...

طاب محمد نفسا 
itu sama dengan mengatakan.... 
طاب نفس محمد

itu namanya muhawwal min fa'ilin. Diubah, dipindah dari fa'il, tamyiz ini asalnya fa'il. 


Kalau seandainya saya mengatakan

وفيت العمال اجورا

wafaitu - mencukupi siapa? saya  (memenuhi)

al 'ummaala (akan beberapa pegawai)
apanya? 
ujuuron ( gajinya)

itu sama dengan mengatakan

وفيت  اجور العمال 

wafaitu - memenuhi siapa saya? (membayar lunas siapa? saya)
ujuurol umaali (akan /ing gajine piro2 pegawai).


Tamyiz Nisbah itu memungkinkan muhawwal min mubtada'in, muhawwal min fa'ilin, muhawwal min maf'ulin. Memungkinkan itu diubah dari Mubtada, diubah dari fa'il, diubah dari maf'ul bih. 


Contohnya yang dari mubtada...
انا اكثر منك مالا - itu sama dengan.

مالي أكثر منك
maalii (harta saya)
itu
aktsaru (lebih banyak)
minka (dibandingkan dengan sampeyan)

Berarti tamyiz disini muhawwal min Mubtada. Anaa dijadikan sebagai mudhof ilaihnya, menjadi ya mutakallim. Kalau seandainya say amengatakan, 

طاب محمد نفسا - itu sama dengan, nafsanya langsung dijadikan sebagai mudhof. Muhammadunya dijadikan sebagai mudhofun ilaihi. 

طاب نفس محمد  - Thoba nafsu muhammadin

Kalau seandainya saya mengatakan, 

وفيت العمال اجورا - waffaitu membayar lunas siapa? saya. Al 'ummala (akan beberapa pegawai) apanya? Ujuuron ( gajinya/upahnya). Itu sama dengan mengatakan 
Waffaitu (membayar lunas siapa? saya)
ujuurol 'ummali (akan gaji dari para pegawai)

Yang penting bagi sampeyan setelah mengerti petanya tamyiz begini ini. Bisa kita (fikirkan) yo opo yo? definisi tamyiz sing pas iku? sing kemudian jami' mani' itu gimana ya?  gitu. Yang kemudian jami' mani' itu gimana ya? itu yang penting. Ada juga yang ghoiru muhawwal, sifatnya masmu', yang dijelaskan bukan muhawwal, bukan hasil perpindahan dari fa'il, mubtada atau maf'ul bih, nah itu sifatnya masmu', sifatnya sama'i. 

لله دره فارسا - farisan ini adalah tamyiz, ini tamyisnya jelas tamyiz nisbah, tidak sedang menjelaskan darruhu (saja) tapi gabungan antara lillahi darruhu. Ini ungkapan ta'ajub, ungkapan kekaguman. Bagi seseorang yang potensi dan kelebihanya itu melampaui anak seusianya. Darruhu - darrun itu artinya adalah air susu. Jadi seakan2 yang bersangkutan itu diberi susu yang sampai dinisbahkan kepada Alloh. Faham itu, kata2 lillahi darruhu faarisan. Adalah milik Alloh, bermula air susunya. Jadi koyok e nutrisi yang diberikan itu memang didesain secara khusus oleh Alloh. Sehingga ini perkembanganya luar biasa. Melampaui anak2 seusianya. Ungkapan ini (digunakan) ketika kemudian ada orang yang melebihi orang yang seusianya, orang arab itu memakai ungkapan... lillahi darruhu faarisan. Air susune iku gak podo, itu hanya ungkapan. Yo kabeh teko Gusti Alloh. Itu hanya ungkapan, begitu, coba diperhatikan. Ada tamyiz dzat (tamyiz mufrod) - yang menjelaskan lafadz/kata tertentu. Ada tamyiz nisbah (tamyiz jumlah) - yang dijelaskan itu bukan lafadz, lafadznya sudah ma'rifat. Ya....

وفيت العمال اجورا - sudah, sudah ma'rifat itu. 

انا اكثر منك مالا - ana itu sudah ma'rifat. Mana yang dijelaskan dari lafadz? gak ada. Ana itu sudah dijelaskan, aktsaru juga jelas, macem2 lah. Nah kaitan itu lah yang disebut nisbah. Misal,, nisbatul husni ilaa muhammadin. Insyaalloh bisa membedakan apa beda tamyiz dzat dan tamyiz nisbah. 

Ada yang muhawwal min mubtada'in, min fa'ilin, min maf'ulin, ada yang ghoiru muhawwalin (ada yang tidak dipindah). 

اسم بمعنى من مبين نكره، ... ينصب تمييزا بما قد فسره

ismun bi ma'na min 
mudhof: ma'na 
mudhof ilaihi : min (hikayah)
mubiinun (yang menjelaskan)
nakirotun ( yang berupa isim  nakiroh)

Yunshobu (isti'naf ini) dinashobkan? apa? ismun
Tamyizan (sebagai tamyiz) Nah ini... ini 'amilnya
dinashobkan bimaa dengan sesuatu, dengan amil, dengan sesuatu. 
Qod fassaro (yang sungguh telah menafsiri, apa? Tamyiz) hu akan maa

Kalau seandainya saya mengatakan 

اشتريت عشرين كتابا

Ini dibaca nashob, sudah biasa. Yang namanya nashob itu harus ada yang namanya 'amilnya apa? Disini dikatakan Yunshobu bimaa qod fassarohu, jadi yang menjadi 'amilnya adalah, mufassarnya itu sendiri. Dibaca nashob dengan sesuatu yang ditafsiri oleh tamyiz. Yang ditafsiri oleh tamyiz, berarti disini dikatakan meskipun itu tidak terlalu penting. Maksudnya tidak terlalu penting itu, amilnya apa, sing penting diwoco nashob. Lha disini dikatakan bahwa yang menashobkan, 

'amiluhu nafsul mufassarilladzi fassarohu hadzat tamyizu

عامله نفس المفسر الذي فسره هذا التمييز

Jadi penggalan yang kedua itu, yunshobu tamyizan bimaa..

yunshobu apa? isim bi ma'na min yang mubinun nakiroh itu..
Yunshobu (dibaca nashob)
Tamyizan (sebagai tamyiz)
bimaa qod fassarohu (dibaca nashobnya itu bi maa qod fassarohu)


Ya.... itu ya, tetang 'amilnya. Berarti nanti ada perdebatan, bagaimana kalau tamyiz dzat, bagaimana kalau tamyiz nisbah? Kalau seandainya kita berpendapat lurus, tidak ada musta-nayaat yasudah, kalau seandainya yang dijelaskan itu adalah dzat, yang menjadi amilnya itu adalah yang mufassar itu. Kalau mufassar, yang mufassar itu ada yang berupa mufrod, ada yang memungkinkan berupa jumlah. Begitu, tergantung tamyiznya tamyiz dzat atau tamyiz nisbah. 


Ya.. semoga bermanfaat ya....

Comments