Skip to main content

KH. Abdul Haris Jember | Pembelajaran Nahwu Shorof 37 | Hal

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum warohmatullohi wa barokatuh

Bismillah
Alhamdulillah


Washsholatu wassalamu ‘ala Rosulillah sayyidinaa Muhammadin wa’ala alihi wa shohbihi wa man wa laahu.

Robbisy rohlii shodri, wa yassirly amri, wahlul uqdatan min lisaani, yafqohuu qouli..



Amma ba’du



Pada kesempatan malam hari ini, kita akan melanjutkan kajian kita tentang materi ilmu nahwu. Yang dalam kesempatan malam hari ini, kita akan mencoba untuk mengkaji tentang bab Al Haal. 

الحال

Hal ini termasuk dalam kategori manshubatul asma'. Bagian dari isim2 yang harus dibaca nashob. Seperti yang seringkali saya tegaskan bahwa ketika kita mengkaji konsep tertentu dalam bidang atau dalam bab ilmu nahwu, maka minimalnya kita harus ngerti apa definisinya. Minimal itu. 


Ta'rifnya itu apa? 

Setelah kita ngerti ta'rif, kira2 ada Aqsamnya gak? ada pembagianya gak? Setelah itu kita pertajam dulu, karena ini adalah bab nahwu, maka mesti ada contoh. Amtsilahnya bagaimana? Jadi pokoknya begitu, ketika kita membahas dan mengkaji sebuah bab, sebuah materi dalam bidang ilmu nahwu. Jangan lupa apa definisi dari bab yang sedang kita kaji itu. 

  • Ta'rif
  • Aqsam
  • Amtsilah

Kira2 ada pembagianya apa tidak? Selanjutnya, contoh dari masing2 pembagian itu? seperti apa? Itu adalah pemahaman yang minimalis yang memungkinkan untuk kita bawa ketika mengkaji dan menganalisis teks arab. Jadi definisinya apa? Pembagianya seperti apa? Dan contoh2 dari masing2 pembagian itu? seperti apa?


Ta'rif / Definisi


Kita masuk pada ta'rif, definisi, apa yang dimaksud dengan haal? Hal adalah isim yang dibaca nashob yang menjelaskan tentang keadaan shohibul hal. Hal itu sendiri memang secara arti harfiyahnya itu artinya adalah keadaan. Dalam bab ilmu nahwu (hal itu adalah) Isim yang dibaca nashob yang menjelaskan tentang keadaan dari shohibul hal. Kalau dalam bahasa Jurumiyahnya...

المفسر لما انبهم من الهيئات

Jadi yang dijelaskan itu adalah keadaan dari shohibul hal. Sehingga kalau seandainya kita berbicara tentang hal, maka ada yang disebut sebagai shohibul hal, ada yang disebut sebagai hal. Kalau seandainya saya contohkan

جاء محمد راكبا

الحال

صاحب الحال

عامل الحال

Rookiban disebut sebagai hal nya
Muhammadun disebut sebagai Shohibul Hal nya
Ja-a disebut sebagai 'amilul hal. Meskipun 'amilul hal disini tidak biada menjadi (bahan ) kajian.  Jadi unsur2 yang harus kita pahami ketika kita berbicara tentang hal, kita akan berkenalan dengan shohibul hal, hal, dan 'amilul hal. 'Amil itu apa? 'amil itu ya sama, sesuatu yang memaksa yang menjadikan hal itu dibaca nashob ya ini, 'amilul hal namanya. Kalau seandainya kita berpijak dari contoh ini, yang mana 

جاء محمد راكبا

ja-a muhammadun rokiban 

kita analisis, Rookiban sebagai hal, Muhammadun sebagai Shohibul Hal, Ja-a sebagai 'amilul hal. Sejak awal saya tegaskan bahwa 'amilul hal ini tidak biasa menjadi kajian. Yang biasa menjadi kajian adalah hal dan shohibul hal. Dari contoh ini bisa kita simpulkan bahwa...

Shohibul hal harus isim ma'rifat, yang dalam contoh ini adalah isim 'alam. Rookiban disini tertulis tanpa al, berarti ini merupakan isim nakiroh. Oleh sebab itu penting untuk ditegaskan, prasyarat untuk masuk pada pembahasan tentang hal, adalah konsep nakiroh ma'rifat. Kenapa? karena shohibul hal, pemilik keadaan, (atau) yang sedang dijelaskan keadaanya yang kemudian kita sebut sebagai shohibul hal, harus terbuat dari isim ma'rifat. Rookiban yang disini kita anggap sebagai hal, yang merupakan keadaan dari shohibul hal, adalah berupa isim nakiroh. Menjadi bermasalah, kalau seandainya kita berbicara tentang konsep hal, sementara peserta didik kita, sementara kita tidak faham, apa itu isim ma'rifat, apa itu isim nakiroh. Nah niku kudu diwoco disek.

Menjadi mustahil untuk kemudian menguasai tentang konsep hal ini, kalau seandainya peserta didik kita, atau kita yang sedang belajar tentang hal itu tidak ngerti apa itu isim ma'rifat, apa itu isim nakiroh. Itu dituntaskan dulu. Apa itu isim nakiroh itu? isim yang pengertianya masih bersifat umum. Isim ma'rifat? isim yang pengertianya sudah jelas/khusus. Yang termasuk dalam kategori isim ma'rifat itu apa saja? 

  • Isim Dhomir
  • Isim Isyaroh
  • Isim Maushul
  • Isim AL
  • Isim 'alam
  • Al Mudhof ilal Ma'rifah. 

Jadi itu menjadi dasar, jangan kita masuk tentang konsep hal, apa mau membahas tentang konsep hal, akan tetapi konsep nakiroh ma'rifat yang sebenarnya merupakan dasar dari pembahasan tentang hal, belum kita fahami. Kenapa kok itu kita anggap sebagai dasar? karena lebih disebabkan karena persyaratan shohibul hal berupa isim ma'rifat, sedangkan hal sendiri harus berupa isim nakiroh. Gitu....

جاء محمد راكبا

Kalau seandainya kita lihat, rookiban itu mengikuti wazan faa'ilun
راكب
فاعل

Apa maknanya itu? hal itu memang harus terbuat dari isim sifat. Kalau tidak isim fa'il ya isim maf'ul. Mengikuti wazan fa'ilun kebetulan, ini adalah isim fa'il. Sehingga, tentang jenis kata, ini isim fa'il, ini isim maf'ul, itu juga menjadi materi prasyarat, untuk kita masuk kepada hal, kenapa?? karena hal itu sendiri harus terbuat dari isim sifat. Coba diperhatikan ini...

جاء محمد راكبا
Rookiban ini mengikuti wazan fa'ilun, kalau mengikuti wazan fa'ilun, maka rookiban ini adalah isim fa'il. Pertanyaanya... Ustadz?? apakah hal itu harus terbuat dari isim fa'il atau isim maf'ul? atau secara umum, isim shifat..? Iya... Sehingga kalau kita tidak faham isim shifat, maka kita akan sulit untuk mengidentifikasi/untuk menegaskan bahwa ini berkedudukan sebagai hal/ ini bukan hal. 

  • Yang dibaca nashob itu banyak, 
  • yang berupa isim nakiroh juga banyak. 

اشتريت عشرين كتابا

kitaaban ini juga isim nakiroh, akan tetapi ini tidak disebut sebagai hal, kenapa? karena ini bukan isim shifat. Karena ini tidak mengikuti wazan fa'ilun atau tidak mengikuti wazan maf'ulun, atau bukan ISIM MAF'UL bukan ISIM FA'IL. Meskipun sama2 isim nakiroh.  Jadi isim nakiroh, yang dibaca nashob itu banyak. Nah untuk nengeri, untuk niteni, untuk menandai bahwa ini kita sedang berhadapan dengan apa namanya? hal. Salah satunya adalah berupa isim fa'il, mengikuti wazan fa'ilun. 


Mari lebih kita sistematisasikan

Ya... mari kita lebih sistematisasikan. 

Hal.. itu syaratnya 

  • berupa isim nakiroh, salah satu dari isim nakiroh adalah tidak ada AL nya. 
  • Ternyata yang kedua, hal itu terbuat dari isim sifat. 

Jadi kalau seandainya ada isim nakiroh dan juga isim sifat, dalam hal ini isim fa'il dan isim maf'ul. Kecurigiaan kita harus kita kuatkan, bahwa yang sedang kita hadapi itu adalah merupakan? hal. Dengan mencocokkan kalimah sebelum dan sesudahnya. 

جاء محمد راكبا

Kalau seandainya yang sebelumnya itu adalah berupa isim ma'rifat, woh.. ini sangat cocok, berarti ini jelas hal. Opok o? Inilah calon Shohibul hal harus berupa isim ma'rifat. 

جاء محمد راكبا

Rokiban - hal harus berupa isim nakiroh, karena disini tertulis tanpa AL. Tidak hanya isim nakiroh, yang namanya hal itu harus berupa isim shifat, yang dalam konteks ini, yang akan kita hadapi adalah isim fa'il, karena kebetulan mengikuti wazan fa'ilun. 

Muhammadun adalah isim mufrod - mudzakkar. Ternyata Rookiban itu juga mufrod mudzakkar juga. Berarti apa? antara shohibul hal dan hal nya itu harus ada kesesuaian. dari segi

  • Mudzakkar Muannatsnya
  • Mufrod Tatsniyah Jamak nya
Sehingga kalau diubah shohibul hal nya.. misal...

جاء محمدان راكبين

جاء محمدون راكبين

Shohibul hal harus terbuat dari isim ma'rifat, sedangkan halnya ini harus terbuat dari isim nakiroh. Akan tetapi antara hal dan shohibul hal, harus ada kesesuaian, dari segi apa? 

  • Mudzakkar Muannatsnya
  • Mufrod Tatsniyah Jamak nya
Kalau seandainya diubah menjadi...


جائت فاطمة راكبة
جائت فاطمتان راكبتين

Perhatikan, jadi apa hal itu? Hal adalah isim yang dibaca nashob, yang menjelaskan tentang keadaan dari shohibul hal. Shohibul hal itu apa maksudnya? pemilik keadaan. Yang dijelaskan keadaanya, dia datang dalam keadaan apa? (misalnya) berjalan kaki? atau berkendaraan? Dia datang, dalam keadaan apa? berjalan kaki? atau berkendara. Ungkapanya kalau seandainya kita ingin menjelaskan tentang hal itu adalah menggunakan konsep, HAL. 
  • Hal harus terbuat dari Isim Nakiroh
  • Hal harus terbuat dari Isim Shifat
  • Antara Hal dan Shohibul Hal, harus ada kesesuaian, dari segi, mudzakkar muannatsnya, atau dari segi mufrod tatsniyah jamaknya. 
Ma'rifat nakirohnya tidak boleh ada kesesuaian, karena ada hukum tersendiri, dimana HAL itu harus berupa isim nakiroh, sedangkan Shohibul hal harus berupa Isim Ma'rifat. Apa yang tadi kita jelaskan, itu terkait pembagian hal, tentang AQSAM. Itu semua masuk dalam wilayah hal mufrod. 

Hal Jumlah 
Hal juga ada yang disebut sebagai hal jumlah. Apa hal jumlah itu? Hal Jumlah adalah setiap jumlah yang jatuh setelah isim ma'rifat. Pada kasus ini hal itu berupa jumlah, bukan berupa isim shifat. 

رأيت الرجل يقرأ القران

Ar Rojul disini adalah isim ma'rifat, karena ada ALnya, yang memungkinkan ditentukan sebagai isim ma'rifat. Setiap jumlah, yang jatuh setelah isim ma'rifat, maka dia ditentukan sebagai halul jumlah. Karena hal jumlah, sama dengan jumlah2 biasa. Hal beri'rob nashob, akan tetapi pada kasus jumlah alamat nashobnya tidak ada. Karena kalau jumlah itu i'robnya mesti bersifat mahalli. Sederhananya begitu, jadi apa yang kita tegaskan tadi, dimana hal itu harus terbuat dari isim shifat, maka itu terbatas pada hal yang shifatnya mufrod. Sedangkan hal itu klasifikasinya ada dua, Ada yang disebut sebagai hal mufrod, ada yang disebut sebagai hal jumlah. Hal mufrod harus terbuat dari isim shifat. Dimana kategorinya tadi, harus berbentuk isim nakiroh, antara hal dan shohibul hal harus ada kesesuaian. Sedangkan kalau hal jumlah, adalah definisinya, pokoknya sampeyan bertemu setiap jumlah apakah itu fi'liyah apakah itu ismiyah, apabila jatuh setelah isim ma'rifat. Oleh sebab itu tetep, konsep nakiroh ma'rifat itu menjadi kata kunci. Kalau seandainya kita gak ngerti, o ini isim nakiroh, o ini isim ma'rifat, gak ngerti itu.... maka jumlah yang jatuh sesudahnya itu tidak mungkin mampu kita hukumi apakah dia sebagai hal jumlah atau na'tul jumlah. 

Inilah alasan, kenapa kok sampeyan hafalan dulu. Sudah gampang nanti, masalah... pokok e hafal dulu. Harus hafal dulu, baru nanti faham. 

وَاَنْ يَكُوْنَ نَافِعًا بِعِلْمِهِ    مَنِ اعْتَنىَ بِحِفْظِهِ وَفَهْمِهِ

Nadzom 'Imrithy. 

Harus hafalan terus... Kalau misalkan isim nakiroh gak hafal, isim ma'rifat gak hafal, belajar Mubtada Khobar gak bisa sampeyan. 
Belajar Na'at Man'ut, gak bisa juga. 
Belajar hal shohibul hal, gak ngerti.... gak bisa.. kenapa??
Karena persyaratan hal itu adalah berupa isim nakiroh. Pada saat yang sama kita gak faham tentang isim nakiroh. Persyaratan dari shohibul hal adalah isim ma'rifat. Pada saat yang sama kita tidak faham tentang? isim ma'rifat. Persyaratan Shohibul hal adalah isim ma'rifat. Jadi penting untuk ditegaskan bahwa materi nahwu itu ada materi prasyaratnya. Materi prasyarat ini yang secara istiqomah harus terus kita evaluasi, kalau seandainya tidak maka akan kesulitan untuk kemudian bisa menguasai. Oleh sebab itu saya mengistilahkan teori dasar. Oke.. kita kembali ke.. (materi). Kita sudah ada gambaran sedikit. 

Kita ulangi lagi, kita sekarang membahas tentang HAL, hal termasuk dalam manshubatul asma', isim2 yang harus dibaca nashob. Seperti yang sering saya katakan, ketika kita membahas sebuah konsep dalam ilmu nahwu, minimal ada tiga yang harus dikuasai. 
Ta'rifnya apa? definisinya apa? 
Kalau seandainya ada aqsam, aqsamnya (pembagianya) seperti apa? Amtsilahnya, contoh dari masing2 aqsam itu seperti apa? Tadi sudah kita jelaskan, bahwa yang namanya hal itu definisinya adalah... 

ISIM YANG DIBACA NASHOB, YANG MENJELASKAN KEADAAN DARI SHOHIBUL HAL. 

Hal ini terbuat dari isim shifat. Apa yang kita tegaskan bahwa yang namanya hal itu terbuat dari isim shifat, itu apabila, halnya masuk dalam kategori hal mufrod. Selalu saya tegaskan... di berbagai kesempatan. Hati2... menerjemahkan istilah mufrod. Mufrod tidak selalu identik lawan dari tatsniyah dan jamak. Mufrod, bisa memang lawan dari tatsniyah dan jamak, ketika kapan itu? ketika kita sedang berbicara/ketika kita sedang mengkaji tentang kalimat isim dari sisi kuantitas. (Dari sisi kuantitasnya) mufrod adalah lawan dari tatsniyah dan jamak. 
TAPI ketika kita 
  • berbicara tentang hal,
  • ketika kita berbicara tentang khobar, 
  • ketika kita berbicara tentang na'at, 
maka yang dimaksud mufrod itu adalah lawan dari jumlah, maka yang dimaksud mufrod adalah lawan dari jumlah. Ada hal mufrod, ada hal jumlah. Ada na'at mufrod, ada na'at jumlah. Ada khobar mufrod, ada khobar jumlah. Hati2 dengan istilah mufrod, karena mufrod tidak selalu dilawankan dengan tatsniyah dan jamak. TERKADANG, dalam bab
  • Khobar
  • HAL
  • Na'at
Mufrod itu lawanya jumlah. Apa yang tadi saya katakan bahwa yang namanya hal itu harus terbuat dari isim shifat, itu terbatas ketika halnya adalah hal mufrod. Ingat, bahwa mufrod disini bukan lawan dari tatsniyah dan jamak, akan tetapi lawan dari jumlah. Sehingga contoh yang kita tegaskan (sebelumnya) misalnya: 

جاء محمدان راكبين

جاء محمدون راكبين

termasuk hal mufrod, meskipun nampaknya tatsniyah dan jamak. Meskipun pada contoh di atas berupa isim tatsniyah dan jamak, tapi bukan merupakan jumlah. Maka disebut sebagai HAL MUFROD. Karena mufrod dalam bab hal adalah lawan dari jumlah. MUFROD dalam istilah hal itu lawan dari JUMLAH. 

Ada juga halul jumlah, apa itu halul jumlah? pokoknya setiap jumlah yang jatuh setelah isim ma'rifat, maka itu disebut sebagai hal jumlah.  Contoh:

رأيت الرجل يقرأ القرآن
Roaitur Rojula
Roaitu (ningali sopo? insun)
Ar Rojula (ing wong lanang)
Yaqro-u (hale bakal moco, sopo? ar rojula)
Al Qurana (ing al quran)

yaqroul qurana itu jumlah? terdiri dari apa itu? terdiri dari
fi'il, huwa di dalam yaqro-u ini sebagai fa'ilnya. Al Qurana sebagai maf'ul bihnya. Berarti apa? 
yaqro-u + huwa yang tersimpan di dalamnya + Al Qurana sebagai maf'ul. Ini disebut sebagai jumlah. Kebetulan diawali oleh fi'il, maka jumlahnya disebut sebagai jumlah fi'liyah. Ada jumlah, jatuh setelah isim ma'rifat. Mana isim ma'rifatnya? Ar Rojulu. Kenapa kok ar rojulu kok disebut sebagai isim ma'rifat? karena ada AL nya. 

 يقرأ القرآن
Maka jumlah ini disebut sebagai halul jumlah. Karena hal jumlah, maka hukumnya nashob. Tanda nashobnya apa itu? tidak ada. Kenapa kok tidak ada? karena termasuk kategori yang? mahalli. Ya karena yang dii'robi adalah jumlah. Oleh sebab itu anwa'ul i'rob itu menjadi penting. Anwa'ul i'rob itu menjadi penting. Jangan menuntut setiap perubahan i'rob itu ada tandanya. Tanda itu kadang ada, dan tandanya bisa muncul, kadang ada tanda tapi tidak bisa muncul. Kadang memang tidak ada tanda, oleh sebab itu anwa'ul i'rob itu dibagi menjadi tiga, ada yang sifatnya lafdzi, ada yang sifatnya taqdiri, ada yang sifatnya mahalli. 

  • Kapan lafdzi? apabila masuk dalam bukan termasuk pada wilayah taqdiri, dan mahalli. 
  • Kapan taqdiri? apabila yang sedang kita i'robi berupa isim manqush, isim maqsur, al mudhof ila ya-il mutakallim. 
  • Kapan Mahalli? apabila yang kita i'robi termasuk dalam kategori al asma' al mabniyah, al hikayah, al jumlah. 

Ini perlu diperhatikan, mungkin sekilas gambaran umum tentang hal, itu saja. Kurang lebihnya mohon maaf, wa billahit taufiq wal hidayah,  

Wassalamu'alaikum warohmatullohi wa barokatuh. 

Comments