Skip to main content

KH. Abdul Haris Jember | Pembelajaran Nahwu Shorof 40 | Na'at Man'ut

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum warohmatullohi wa barokatuh

Bismillah
Alhamdulillah


Washsholatu wassalamu ‘ala Rosulillah sayyidinaa Muhammadin wa’ala alihi wa shohbihi wa man wa laahu.

Robbisy rohlii shodri, wa yassirly amri, wahlul uqdatan min lisaani, yafqohuu qouli..



Amma ba’du


Saya kepingin menegaskan bahwa, isim sifat itu adalah materi prasyarat yang pada akhirnya menjadi dasar kajian kita tentang Na'at Man'ut. Peserta didik kita, murid kita, santri kita, dirasa kurang siap untuk belajar tentang na'at man'ut, ketika yang bersangkutan itu tidak faham tentang apa itu isim sifat. 

DUA susunan kata, memungkinkan pada akhirnya ditentukan sebagai 
  • Susunan Idhofah, 
  • Susunan Na'at Man'ut (misalnya)

Yang membedakan itu, yang memastikan itu apakah na'at man'ut atau tidak itu adalah YANG KEDUA. apakah statusnya sebagai isim sifat atau bukan. Kalau statusnya adalah isim sifat, maka dipastikan bahwa susunan dua kata itu adalah Na'at Man'ut. Ketika yang kedua bukan merupakan isim sifat, maka dipastikan bahwa susunan itu bukan termasuk dalam kategori na'at man'ut, tapi yang lain. Jadi penting untuk kemudian difahami. 

Saya selalu tegaskan kepada para pemirsa yang ada di rumah, bahwa inti dari metode yang ditawarkan oleh AL BIDAYAH, adalah sistimatisasi, bukan simplifikasi. Sebuah pembelajaran yang kita yakini sebagai pembelajaran yang enak di dengar, kemudian rasional, logis dan seterusnya, ketika pembelajaran itu sistematis. Salah satu penerjemahan sistematis adalah bahwa yang namanya materi itu harus yang mana didahulukan, harus di dahulukan. Materi prasyarat harus lebih didahulukan dibandingkan dengan materi inti. Kita jangan selalu misalnya, mengejar materi inti. Ketika materi prasyarat masih belum kita pahamkan (kepada) peserta didik kita. Saya kepingin menegaskan ulang bahwa materi tentang isim sifat itu adalah materi prasyarat untuk kemudian masuk tentang pembahasan tentang? na'at man'ut. 

Anak2 kita, tidak siap, atau  belum siap untuk kita ajari tentang masalah na'at man'ut, ketika yang bersangkutan tidak faham tentang isim sifat. Jadi ini adalah materi prasyarat Na'at Man'ut. 

Apa saja isim sifat itu? (SEMUANYA ada SEMBILAN)
  • Isim Fa'il
  • Isim Maf'ul
  • Sifatun Musyabahatun bismil Fa'il
  • Isim Mansub
  • Isim Tafdhil
  • Shighot Mubalaghoh
  • Isim 'Adad
  • Isim Maushul
  • Isim Isyaroh

Isim sifat ini adalah termasuk dalam materi prasyarat, dimana ini sangat mempengaruhi sangat menentukan apakah pada akhirnya murid2 kita akan faham tentang na'at man'ut atau tidak. Dua susunan kata... coba dicek di dalam halaman 122.

Jadi isim sifat ini adalah termasuk dalam kategori materi prasyarat, yang mana ini sangat mempengaruhi, sangat menentukan, apakah akhirnya murid2 kita akan faham tentang na'at man'ut atau tidak. Misalnya disini, saya contohkan, coba di cek di halaman 122. Misalnya ada kata2..

الرجل العاقل

Apakah di dalam ar rojulu ini sedang ada AL nya atau tidak ada AL nya, tapi kalau kita sadari bahwa (yang kedua itu) -maksudnya al 'aqilu adalah isim fa'il, maka susunan dua kata ini memungkinkan untuk ditentukan sebagai na'at. Itu semacam itu, jadi apakah ditulis Ar Rojulu Al a'qilu, atau rojulun 'aqilun.

Seseorang tidak akan membaca (al 'aqila / 'aqili) misalnya  kalau seandainya faham tentang na'at man'ut. Secara kasat mata sepertinya mungkin (dianggap sebagai susunan idhofah). Rojulun 'aqilun tidak memungkinknan untuk ditentukan sebagai susunan idhofah, lebih disebabkan yang kedua ini adalah berupa isim sifat. Kalau logika di AL BIDAYAH kan seperti itu... 
'aqilun adalah merupakan isim, kenapa kok isim? karena ini ada tanwinya. Karena isim memungkinkan dibaca rofa' nashob atau jaar. Untuk rojulun ini adalah yang dibaca rofa'. Kenapa? karena ini termasuk marfu'atul asma.  
Termasuk marfu'atul asma yang mana ini? Marfu'atul asma yang tawabi'. Kenapa kok ditentukan sebagai tawabi'? tawabi' yang mana ini? tawabi' yang na'at misalnya. Kenapa kok kemudian yang na'at yang dipilih? karena ini isim sifat. KARENA AQILUN termasuk Isim sifat, maka (susunan )ini dicurigai sebagai na'at-man'ut. Apakah kecurigaan itu kemudian dinaik tingkatkan menjadi sebuah keputusan? Tergantung, adakah kesesuaian dengan calon man'utnya atau tidak? Poin penting yang perlu saya tegaskan adalah, ketika isim masuk dalam kategori isim sifat, Apakah itu... diantara (di bawah ini)...

  • Isim Fa'il
  • Isim Maf'ul
  • Sifatun Musyabahatun bismil Fa'il
  • Isim Mansub
  • Isim Tafdhil
  • Shighot Mubalaghoh
  • Isim 'Adad
  • Isim Maushul
  • Isim Isyaroh
Maka kita patut curiga, bahwa itu termasuk dalam kategori na'at. Apakah kecurigaan itu kemudian dinaik tingkatkan menjadi sebuah keputusan? tergantung pada, apakah ada kesesuaian dengan calon man'utnya. Karena AL 'Aqilu merupakan isim fa'il, ini termasuk isim fa'il atau yang lain? nanti akan kita jelaskan. Karena AL 'Aqilu ini termasuk dalam kategori isim fa'il, maka ini termasuk dalam kategori isim sifat. Karena isim sifat, maka harus dicurigai sebagai na'at. Apakah kecurigaan itu nanti dinaiktingkatkan menjadi sebuah keputusan? tergantung apakah ada kesesuaian dengan calon man'utnya. Calon man'utnya mana? Ar Rojulu, Ar Rojulu ini mudzakkar atau muannats? Ar Rojulu mudzakkar al Aqilu juga mudzakkar. Ar Rojulu ini termasuk mufrod, Al Aqilu juga mufrod. Ar Rojulu termasuk isim ma'rifat, Al Aqilu termasuk isim ma'rifat juga, BERARTI APA??

الرجل العاقل

Antara Al Aqilu yang kita curigai (awalnya sebagai na'at). Dengan ar rojulu calonya yang akan dijadikan sebagai man'ut, ternyata ada kesesuaian. Karena ada kesesuaian, maka nyata2 al aqilu dinaik tingkatkan menjadi keputusan untuk kemudian ditentukan sebagai na'at. KARENA na'at, maka hukum i'robnya disesuaikan dengan man'utnya. Jadi seseorang tidak memungkinkan membacanya dengan rojulu 'aqilin, kalau seandainya tertulis tanpa AL. Dengan sebuah pemahaman, karena 'Aqilun, yang kedua ini adalah isim sifat, kenapa kok isim sifat? Menjadi bermasalah kalau seandainya kita tidak faham, apa saja isim sifat itu. Maka bisa jadi, kalau seandainya kita bertemu dengan kalimat yang disitu ada iltibas, ditentukan sebagai susunan idhofah, atau ditentukan sebagai na'at man'ut? karena tidak tahu kaidahnya maka bisa saja ditentukan sebagai idhofah. 

Contoh kedua yang isim maf'ul. 

Al Akhlaqu Al Mahmudah

الاخلاق المحمودة 

Kesadaran tentang Al Mahmudah, itu menjadi sangat penting. Ini apa ini? ini isim sifat ini, isim sifat yang mana? ini isim maf'ul ini. Kok tahu ini adalah isim maf'ul? iya.. ini disebut sebagai isim maf'ul, lebih disebabkan karena dibaca maf'ulun. Karena mahmudah ini mengikuti wazan maf'ulun, maka disebut sebagai isim maf'ul. Karena disebut sebagai isim maf'ul, maka ini harus dicurigai sebagai isim sifat. Karena isim sifat, maka harus dicurigai sebagai na'at. Cara berfikirnya seperti itu, apakah kecurigaan itu dinaik tingkatkan menjadi keputusan? tapi ini memang bener2 na'at, ketika ada kesesuaian dengan calon man'utnya. Kesesuaian itu ada dua, ada SESUAI dalam konteks na'at haqiqi, ada kesesuaian dalam konteks na'at sababi. 

SESUAI dalam konteks na'at HAQIQI adalah
  • mufrod tatsniyah jamaknya (sesuai)
  • ma'rifah nakirohnya (sesuai)
  • kemudian disesuaikan dengan i'robnya

SESUAI dalam konteks na'at SABABI
  • Ma'rifah Nakirohnya (saja)
  • Mudzakkar muanatsnya disesuaikn dengan ma'mulnya
  • Selalu dalam kondisi mufrod 

Bahwa isim SIFAT itu menjadi dasar. Ini meskipun misalnya, dibalik misalnya...

الاخلاق المحمودة 

المحمودة الاخلاق

Ini termasuk dalam kategori IDHOFAH LAFDZIYAH sebagaimana yang kemarin sudah kita tegaskan. Ini tidak memungkinkan untuk kita baca sebagai 
AL MAHMUDATUL AKHLAQU

Pasti ini akan kita anggap sebagai idhofah, meskipun sama2 ada AL nya. Sebagaimana yang kita tegaskan ketika kita membahas tentang IDHOFAH LAFDZIYAH. Idhofah lafdziyah memungkinkan mudhofnya ada AL nya. Lalu kalau seandainya seperti itu, sama2 ada AL nya, apakah ini dianggap sebagai susunan idhofah, atau na'at man'ut? ya sangat tergantung, apakah yang kedua berupa isim sifat atau tidak. Jadi tidak mungkin, kita terkecoh itu tidak mungkin. Al AKHLAQ itu adalah jamak dari 

Khuluqun (Mufrod)
Khuluqooni (Tatsniyah)
AKHLAAQUN (Jamak)

Bukan merupakan isim SIFAT. Karena bukan merupakan isim sifat, karena sepertinya seperti na'at man'ut. Maka kita dengan pasti akan membaca, menyimpulkan bahwa ini adalah susunan idhofah. Tidak memenuhi persyaratan untuk kemudian ditentukan sebagai SUSUNAN Na'at Man'ut. Kenapa? karena yang kedua bukan merupakan isim sifat. Jadi pentinya yang namanya isim sifat itu agar kita tidak terkecoh. Kalau ini jelas... 

الاخلاق المحمودة 

Ini adalah susunan na'at man'ut. Lebih disebabkan karena yang kedua ini adalah isim sifat. Tidak mungkin ini idhofah, tapi kalau seandainya ini dibalik, menjadi idhofatus shifat ilal maushuf, memudhofkan na'at kepada man'utnya misalnya, akhirnya menjadi 

المحمودة الاخلاق

Meskipun sama2 ada AL nya, kita tidak memungkinkan menyimpulkan na'at man'ut, lebih disebabkan yang kedua itu bukan merupakan isim sifat. Coba diperhatikan, betapa pentingnya yang namanya isim sifat itu. Dua susunan kata, lagi2 harus saya tegaskan, dua susunan kata, memungkinkan kita tentukan sebagai idhofah, memungkinkan untuk kita tentukan sebagai na'at man'ut. TERGANTUNG pada yang kedua, apakah yang kedua termasuk dalam kategori isim sifat? atau tidak? jika termasuk dalam kategori isim sifat, maka dipastikan itu adalah susunan na'at man'ut. Ketika bukan isim sifat, maka dipastikan susunanya itu adalah bukan na'at man'ut, pasti yang lain, diantaranya adalah idhofah. 

Ustadz, ini kan sama2 ada AL nya.. .iya.. tapi AL AKHLAQ itu bukan merupakan isim sifat, karena bukan merupakan isim sifat, maka dipastikan bahwa Al Mahmudatul Akhlaqi itu bukan susunan na'at man'ut. Tapi susunan idhofa, idhofah apa ini? IDHOFAH LAFDZIYAH. Idhofah lafdziyah memungkinkan untuk mudhofanya ada AL nya. 

الاخلاق المحمودة 

Jadi cara nalarnya adalah seperti ini
Al Mahmudatu adalah isim maf'ul, harus DIBEDAKAN antara maf'ul dan ISIM MAF'UL. Isim fa'il dan Fa'il beda, isim maf'ul dan maf'ul beda. Al Mahmudatu adalah isim maf'ul, kenapa kok disebut sebagai isim maf'ul? karena cara bacanya diikutkan pada wazan maf'ulun. 
mahmudun
maf'ulatun
mahmudatun

Karena ini disebut sebagai isim maf'ul, karena sebagai isim maf'ul maka disebut sebagai isim sifat. Karena isim sifat, maka ini harus dicurigai sebagai na'at. Kecurigaan itu kemudian dinaik tingkatkan, bukan hanya sekedar curiga, akan tetapi menjadi sebuah keputusan ada kesesuaian dengan calon man'utnya, Ya kita lihat saja...

Akhlaqun itu merupakan dalam bentuk jamak. KARENA jamaknya tidak memiliki akal, kena kaidah, 

كل جمع غير عاقل مؤنث مفرد 

Setiap jamak yang tidak memiliki akal maka itu dianggap sebagai muannats mufrod. MAKA hukumnya disini adalah muannats mufrod. Dan ini cocok dengan al mahmudatu, muannats mufrod. Meskipun secara lafadz ini tidak sama, al akhlaq ini bentuknya jamak, 

Akhlaq
dari Khuluqun, Khuluqooni Akhlaqun
Akan tetapi secara hukum itu sama, karena memang realitasnya bisa kita simpulkan ada kaidah mengatakan

كل جمع غير عاقل مؤنث مفرد 

Setiap jamak yang tidak memiliki akal, pokoknya jamak yang tidak memiliki akal. Itu dianggap sebagai muannats mufrod. Jadi ini 

Al Akhlaqu AL Mahmudatu
dari segi mudzakkar muannats, dan dari mufrod tatsniyah jamaknya itu dianggap sama. Itu kemudian sama2 ada AL nya, ini berarti sama2 isim ma'rifatnya. Berarti apa? dari segi mufrod tatsniyah jamaknya, mudzakkar muannatsnya, Ma'rifah nakiroh nya antara al mahmudah dengan al akhlaq itu sama. Karena demikian ini ditentukan sebagai na'at. Kenapa ini kesimpulanya kok na'at? karena ini isim sifat. KENAPA kalau kita balik menjadi al mahmudatul akhlaqi itu menjadi susunan idhofah? Karena yang kedua yaitu akhlaq, itu bukan merupakan isim sifat. JADI penting, para pemirsa yang ada di rumah, saya tegaskan Masalah ISIM sifat, jangan sampai murid kita, ketika kita ajari na'at man'ut, Itu tidak faham apa itu isim sifat. Murid kita harus sudah fasih apa itu isim fa'il, Apa itu isim maf'ul, apa itu sifatun bismil fa'il, apa itu isim tafdhil, APa itu shighot mubalaghoh, Apa itu isim adad, apa itu isim isyaroh, Apa itu isim maushul, itu harus fasih di luar kepala, Itu harus secara fasih diluar kepala, dikuasi, iTU baru menentukan sesuatu yang iltibas, yang rancu ini kemudian murid2 kita menjadi jeli, murid2 kita. Akhlaq itu bukan merupakan isim sifat itu, al akhlaq itu merupakan bentuk jamak TAKSIr dari KHuluqun khuluqooni Akhlaqun. 

Sٍehingga saya tidak boleh terkecoh, ketika...

المحمودة الاخلاق 

BUKAN al mahmudatul akhlaqu, tetapi Al Mahmudu al Akhlaqi. Sebagai susunan apa? susunan idhofah. Bukan na'at man'ut?? bukan.. kenapa?? karena yang kedua itu bukan merupakan isim sifat. KHULUQ KHULUQONI AKHLAQUN, Akhlaqun itu bukan merupakan isim sifat, itu adalah bentuk mashdar, itu semacam itu. Selanjutnya, kita lanjutka misalnya. 



SHIFATUN MUsyabahatun bismil fa'il. 

Misalnya ada kata2 disini, Ar Rojulu Asy Syuja'u
Artinya asy syuja' itu yang berani. Yang namanya sifatun musyabahatun bismil fa'il, tidak bisa tidak, hafalan dia. KARENA ini selain wazan failun. 

الرجل الشجاع

Oleh sebab itu, lagi2 saya katakan, kalau kita kepingin serius belajar kitab, tidak bisa, kitab itu hanya bisa diperoleh pemahaman kitab hanya kita andalkan nahwu shorof, itu tidak bisa. MUFRODAT itu menjadi kata kunci. Sehingga para pemirsa harus sadar, Setiap hari kalau bisa menambah koleksi mufrodatnya, dengan pasti, satu dua atau tiga, atau sesuai dengan kemampuan kita. SILAHKAN pakai al quran fasilitasnya, silahkan pakai hadits, terjemahan, silahkan. POKOKNya yang penting ada usaha yang sistematis dari kita untuk selalu menambah2, Jangan sampai biarkan hari berlalu yang 24 jam itu, sama sekali tidak ada tambahan mufrodat. Maka kalau seandainya mengandalkan nahwu, tidak bisa. SUDAHLAH, tidaklah memungkinkan untuk bisa... Saya selalu gambarkan yang ekstrim, ada orang pinter nahwu shorof, disuruh baca kitab kedokteran, macet itu, pasti macet. SIAPAPUN pasti macet, karena yang bersangkutan sama sekali tidak kenal, pada istilah2 yang ada di kitab kedokteran. Bahasa arab membahas tentang kedokteran. JANGAN kan itu, yang biasa ngaji fikih, hebat.... tentang filsafat, itu sudah kelabakan. Karena apa? mufrodatnya beda, itu adalah mencerminkan mufrodat itu memiliki peran yang sangat vital untuk kemudian menentukan apakah orang itu akan ada kemudahan untuk membaca kitab atau tidak, itu penting untuk kemudian saya tegaskan. 

Asy Syuja' tidak mengikuti wazan fa'ilun, Karena tidak mengikuti wazan fa'ilun disebut sebagai sifatun musyabahah bismil fa'il. 
الرجل الشجاع

disebut sebagai sifatun musyabahah bismil fa'il. maka dia disebut sebagai isim sifat. Karena ini sebagai isim sifat, maka harus dicurigai sebagai na'at. LOGIKA yang ada di Al bidayah itu ada kata2 CURIGA. MAKA ini harus dicurigai sebagai na'at. Apakah kecurigaan itu dinaik tingkatkan menjadi sebuah keputusan, OOOO yaa bukan hanya kita curigai ini, Tapi disini harus ditentukan sebagai na'at. KenAPA karena ada kesesuaian dengan calon man'utnya. Kesesuaian dari sisi apa? Kesesuaian sebagaimana yang tadi saya katakan, Kesesuaian itu seperti yang saya katakan, ada kesesuaian na'at hakiki, ada kesesuaian dalam konteks na'at sababi. Apa na'at hakiki, apa naat sababi? itu nanti ada waktunya tersendiri. Itu nanti akan lompat kalau seandainya kesana. Kita kepingin menegaskan, kalau kita bertemu dengan sebuah kalimat / kata yang..... termasuk dalam kategori isim sifat. 

  • Isim Fa'il
  • Isim Maf'ul
  • Sifatun Musyabahatun bismil Fa'il
  • Isim Mansub
  • Isim Tafdhil
  • Shighot Mubalaghoh
  • Isim 'Adad
  • Isim Maushul
  • Isim Isyaroh

Kalau kita bertemu dengan itu, maka kita harus curiga bahwa itu adalah na'at. Apakah kecurigaan itu dinaik tingkatkan menjadi sebuah keputusan, tergantung, adakah kesesuaian? Kalau kita berbicara tentang na'at, ya kudu ngerti apa itu isim ma'rifat, OO sama2 ma'rifatnya ini, karena ada AL nya. WOH ini sama2 mudzakkarnya ini, karena tidak ada alamat ta-nits, Ono ini sama2 dalam kategori mudzakkar. Jadi kemudian ada bab2 yang lain yang harus kita fahami, sebelum kita mengurai masalah na'at man'ut. TAPI na'at man'ut ini tidak boleh tidak, harus terbuat dari ISIM SIFAT. 

Meskipun misalnya ditulis tanpa AL misalnya,, tidak mungkin, orang2 yang sudah ngerti nahwu, pasti akan dibaca rojulu syuja'un, kenapa? karena dengan pasti kita yakin bahwa syuja' adalah sifatun musyabahatun bismil fa'il. Dan ini diketahu dari sisi arti, yang berani. Karena lafadz syuja' itu adalah isim sifat, karena isim sifat maka harus dicurigai sebagai na'at. TIDAK mungkin orang mengerti tentang isim sifat, membacanya dengan rojulu syujain. Meskipun secara kasat mata, ini memungkinkan untuk ditentukan sebagai idhofah, karena seperti kemarin kita tegaskan, yang namanya idhofah itu tidak harus mudhof ilaihnya itu berupa isim ma'rifah. BOLEH 

kitabul ustadzi, diperhatikan boleh 
kitabu ustadzin 

Untuk kitabu ustadzin misalnya apakah? kemudian bisa dibaca kitabun ustadzun tidak bisa, kenapa? karena ustadzun bukan merupakan isim sifat. Ini harus dipaksa menjadi susunan idhofah disini. Karena ini bukan merupakan susunan isim sifat. Jadi lagi2, isim sifat yang ada sembilan ini, itu menjadi DASAR bagi kita, untuk kemudian masuk pada bab yang namanya na'at man'ut, itu seperti itu....Jadi lagi2 harus saya tegaskan itu. 

ISIM Mansub misalnya,, (27.00)

Comments