Skip to main content

Kajian Alfiyah 113 | Metode Al Bidayah | Kh. Abdul Haris Jember | Bait 360-363

Pembahasan Alfiyyah Ibnu Malik ke 113 oleh Kh. Abdul Haris Jember, dengan Metode Al Bidayah. Semoga catatan ini bisa memberikan bekas terhadap tersebarnya apa yang pak kyai sampaikan lewat video2 beliau mengenai materi2 bahasa arab. Tulisan ini merupakan transkrip dari video beliau, semoga bermanfaat juga, untuk kita semua. 



Pada pembahasan kali ini termasuk pada pembahasan TAMYIZ

والفاعل المعنى انصبَن بأفــــعلا     مُفَضِّلًا كــــأنت أعلى منـــــزلًا

وبعد كل ما اقتضى تعجبا     ميز كـأكرم بأبي بكر أبا 

واجرر بمن إن شئت غير ذي العدد     والفاعل المعنى كطب نفسا تفد

وعامل التمييز قدم مطلقا     والفعل ذو التصريف نزرا سبقا



Bait Alfiyyah 360


والفاعل المعنى انصبَن بأفــــعلا    مُفَضِّلًا كــــأنت أعلى منـــــزلًا

wal fa'ilal ma'na (dan akan fa'il, dari sisi maknanya)


.
wa inshiban (dan sungguh menashobkanlah, siapa? kamu)
maf'ul bihi dari inshiban
al faa'ilal ma'na

al faa'ilal ma'na memungkinkan dianggap sebagai 
idhofah lafdziyyah
Memungkinkan juga al ma'na disitu dianggap sebagai 
manshubun 'ala naz'il khofidz

al fa'ilal ma'na akan fa'il dari sisi makna

menashobkan?
bi 'af'ala (dengan wazan af'ala). Isim Tafdhil maksudnya. Mufaddhilan dalam keadaan mengutamakan siapa? kamu, HAL. Jadi hal dari shohibul hal dari dhomir tersimpan di lafadz inshiban. Seperti apa? 

أنت أعلى منـــــزلًا

ka anta a'la manzilan seperti lafadz anta a'la manzilan. 
anta bermula kamu, MUBTADA
adalah a'la lebih tinggi, KHOBAR
apanya? manzilan (kedudukanya) - kode Tamyiz

Cuplikan versi video, bisa kalian saksikan disini, temen2...



Idhofah Lafdziyyah

الفاعل المعنى
Al Faa'ilal ma'na (susunan kata tersebut) memungkinkan dianggap sebagai idhofah lafdziyyah. (Karena) Sudah memenuhi persyaratan, (yaitu)
  • Idhofahnya terbentuk dari isim sifat, 
  • dan mudhof ilaihnya merupakan ma'mulun mudhof. 
Ketika idhofah masuk dalam kategori idhofah lafdziyah, karena dia memenuhi persyaratan 
Mudhofnya berupa isim sifat,dan Mudhof ilaihnya itu merupakan ma'mulun mudhof, 
MAKA memungkinkan mudhofnya, itu diberi AL. 

Mudhof yang secara ekstrim, tidak boleh ada AL nya, kalau seandainya itu merupakan idhofah ma'nawiyah

KAPAN?
idhofah itu disebut sebagai lafdziyah, kapan itu disebut sebagai maknawiyah? itu jelas.

Cuplikan versi video, bisa kalian saksikan disini, temen2...



Ciri Idhofah Lafdziyah 
Ketika mudhofnya 
  • berupa isim sifat ( isim fa'il, isim maf'ul, sifat musyabahah bismil fa'il, isim mansub, ...) empat hal itu yang kemudian terkenal. 
  • Dan mudhof ilaihnya itu merupakan ma'mulun mudhof, 

APA yang dimaksud dengan ma'mulun mudhof??? 
Ma'mulun mudhof itu adalah mudhof ilaih, ketika tidak dalam konteks "idhofah" maka dia menjadi ma'mul dari mudhofnya, 
  • bisa jadi dia menjadi fa'il, 
  • bisa jadi dia menjadi naibul fa'il, 
  • bisa jadi dia menjadi maf'ulun bihi

Cuplikan versi video, bisa kalian saksikan disini, temen2...



الفاعل المعنى
Yang pertama al fa'ilal ma'na dianggap sebagai susunan idhofah (yang kedua, bisa dianggap sebagai manshubun 'ala naz'il khofidh)

Loh.. idhofah kemudian kok ada AL nya ustadz? 
Mudhofnya kok ada AL nya disini? 
Idhofah yang secara ekstrim tidak ada AL nya itu adalah idhofah maknawiyah. 

Kapan idhofah itu adalah maknawiyah? 
Kapan idhofah itu adalah lafdziyah? 
Ketika mudhofnya itu merupakan ma'mulun mudhof, maka itu adalah idhofah lafdziyyah. Ketika idhofah lafdziyyah, memungkinkan mudhofnya diberi AL. 

Al fa'ilal ma'na memungkinkan dianggap sebagai idhofah, idhofahnya idhofah lafdziyah, ketika idhofahnya lafdziyah memungkinkan idhofahnya ada AL nya disini. 


Yang kedua
Ada juga al fa'ila fil ma'na
fii nya dibuang, inilah yang disebut sebagai manshubun 'ala naz'il khofidh. 






Maksud Fa'il Fil Ma'na

أنت أعلى منـــــزلًا
yang dimaksud itu ini, ini dianggap sebagai fa'il fil ma'na (kata manzilan merupakan fa'il fil ma'na -secara makna). Bagaimana kita tahu bahwa 

التمييز الواقع بعد أفعل التفضيل
TAMYIZ yang jatuh setelah isim tafdhil ini, (dianggap) fa'il fil ma'na

إن كان فاعلا في المعنى وجب نصبه
وإن لم يكن كذلك وجب جره بالإضافة
Jika tamyiz tersebut adalah fa'il fil ma'na (maksudnya secara lafadz dia TAMYIZ, tapi secara makna dia itu fa'il) MAKA wajib di nashobkan. Sedangkan jika tidak demikian, maka wajib di jar, sebagai mudhof ilaihi. 
(Syarah Ibnu 'AQIL)





ITU ada teorinya....


و علامة ما هو فاعل في المعنى
أن يصلح جعله فاعلا
بعد جعل أفعل التفضيل فعلا
wa 'alaamatu maa huwa fa'ilun fil ma'na. 
An yashluha ja'luhu faa'ilan. 
Ba'da ja'li af'ali tafdhil, 
fi'lan


Ciri bahwa disini dianggap sebagai fa'ilan fil ma'na adalah kalau seandainya dia memungkinkan dijadikan sebagai fa'il, setelah dijadikan isim tafdhil, itu sebagai fi'il. Kalau seandainya contohnya ini...

أنت أعلى منـــــزلًا

kalau seandainya a'la nya diubah menjadi fi'il, diubah menjadi..

anta 'alaa manziluka
انت علا منزلك

Cuplikan versi video, bisa kalian saksikan disini, temen2...




CIRI2 TAMYIZ fa'il fil ma'na

Tanda bahwa, tamyiz ini adalah fa'ilun fil ma'na, ketika yang bersangkutan itu layak dijadikan sebagai fa'il, setelah menjadikan isim tafdhil sebagai fi'il. Isim tafdhilnya mana? isim tafdhilnya itu a'la.. coba dijadikan fi'il. Ketika a'la dijadikan fi'il, menjadi 'alaa (tinggi, artinya). 
Anta (utawi siro)
iku a'la (luwih tinggi)
apane??
manzilan (kedudukanya)

Ketika yang jatuh setelah a'la, yang jatuh setelah isim tafdhil itu adalah merupakan fa'il fil ma'na, maka hukumnya adalah....

والفاعل المعنى انصبَن بأفــــعلا    مُفَضِّلًا كــــأنت أعلى منـــــزلًا

wanshiban dan sungguh. menashobkanlah siapa? kamu
al fa'ilal ma'na tamyiz yang secara arti, dia merupakan fa'il. Tahu darimana ini adalah? secara arti itu adalah fa'il? 
wa 'alaamatu maa huwa fa'ilun fil ma'na, 
an yashuha ja'luhu faa'ilan, 
ba'da ja'li af'ali tafdhil, fi'lan


التمييز الواقع بعد أفعل التفضيل 
إن كان فاعلا في المعنى وجب نصبه 
وإن لم يكن كذلك وجب جره بالإضافة

Ketika memungkin, tamyiz itu dijadikan sebagai fa'il, setelah menjadikan isim tafdhil, sebagai fi'il. Isim a'laa dijadikan fi'il 'alaa, maka manzilan memungkinkan dijadikan sebagai fa'ilnya. 

أنت أعلى منـــــزلًا

itu sama dengan 

anta (utawi siro)
iku 'alaa (wus duwur)
opo? manziluka ( kedudukan siro)


Ada contoh lagi, misalnya

أنت اكثر مالا
anta (utawi siro) 
iku aktsaru maalan

ِِApakah maalan ini kemudian dianggap sebagai fa'il fil ma'na? itu tergantung, bagaimana kalau seandainya isim tafdhil ini diubah menjadi fi'il? mungkinkah maalan dijadikan fa'ilnya?

anta (utawi siro)
katsuro (wus akeh)
opo sing akeh? 
maaluka ..

cocok berarti...

Cuplikan versi video, bisa kalian saksikan disini, temen2...




Contoh Tamyiz tapi BUKAN fa'il fil ma'na

Adakah yang jatuh setelah isim tafdhil itu gak gak mungkin jadi fa'il?  ya ada... seperti misalnya misalnya lafadz 

زيد افضل رجل
zaidun afdholu rojulin

Kalau seandainya ini diubah menjadi fadhula
زيد فضل رجل
zaidun fadhula.. apa maksudnya? gak masuk. (gak cocok)


التمييز الواقع بعد أفعل التفضيل 
إن كان فاعلا في المعنى وجب نصبه 
وإن لم يكن كذلك وجب جره بالإضافة

Ketika yang jatuh setelah isim tafdhil ini adalah merupakan kalimat isim. Yang TIDAK memungkinkan secara arti ditentukan sebagai fa'il, Buktinya ketika isim tafdhil itu diubah menjadi fi'il, maka dia tidak memungkinkan jadi fa'ilnya. kata2 rojulin disini tidak memungkinkan jadi fa'ilnya. Maka pada saat itu wajib dibaca jar ini.. tidak inshiban.


Nun Taukid Khofifah
Wanshiban, dan sungguh menashobkanlah siapa? kamu.
Inshiban itu adalah merupakan fi'il amar, disitu dimabnikan alal fathi
Lebih disebabkan karena fi'il amar disitu adalah bertemu dengan nun taukid. Nun taukidnya disitu adalah nun taukit khofifah. Buktinya disitu adalah disukun, nun taukidnya. 


Jadi.. konsep al fa'ilal ma'na, 
al fa'il fil ma'na
itu penting untuk kemudian ditegaskan. 
Apa yang kemudian disebut fa'il fil ma'na itu?


An yashuha fa'luhu faa'ilan. Ba'da jahli af'ali tafdhil, fi'lan. Itu standar. 
Bahwa ini fa'il fil ma'na atau bukan fa'il fil ma'na, apakah layak, apakah cocok, apakah pantas, yang namanya manzilan sebagai tamyiz itu, untuk dijadikan sebagai fa'il, setelah isim tafdhil itu diubah menjadi fi'il. 


Anta a'la manzilan, 

أنت أعلى منـــــزلًا
أنت علا منـــــزلك
antanya diubah menjadi 'ala. 
'Alaa itu fi'il, bukan 'alaa huruf jar lho... 

علا  - يَعلُو

عُلُوًّا ، فهو عالٍ وعلِيّ 

معلوّ - للمتعدِّي

kemudian manzilannya dijadikan sebagai fa'il, cocok apa gak? Anta a'la manzilan itu sama dengan anta 'alaa manziluka

انت اكثر مالا
انت كثر مالك

Berarti maalan disitu adalah fa'il fil ma'na. Manzilan juga merupakan fa'il fil ma'na, kenapa? karena cocok kemudian dijadikan sebagai fa'il, setelah mengubah isim tafdhil menjadi fi'il. 


Tidak cocok jadi Fa'il fil ma'na

Ada yang gak cocok, setelah diubah menjadi fi'il ada yang jatuh sesudahnya gak cocok dijadikan sebagai fa'il. Contohnya apa? 

zaidun afdholu rojulin
زيد افضل رجل

Kata2 rojulin tidak memungkinkan untuk dijadikan sebagai fa'il, setelah mengubah afdholu yang merupakan isim tafdhil, diubah menjadi fi'il fadhula misalnya. Gak cocok, kemudian rojulin ini dijadikan sebagai fa'il. Maka dalam konteks seperti itu ya harus dibaca jar. Kecuali ini dimudhofkan, maka tamyiznya bisa ditulis dengan nashob.

زيد افضل رجل
زيد افضل الناس رجلا

فضُلَ يَفضُل ، فُضولاً ، فهو فاضِل

zaidun (utawi zaid)
afdholun naasi (paling utamane menungso)
apane? kode tamyiz
rojulan (orang laki2nya) 
-TAMYIZ- 

ini sudah membutuhkan kalimat yang lain. 

Cuplikan versi video, bisa kalian saksikan disini, temen2...



Isim Tafdhil dan TAMYIZ

Jadi bait ini (alfiyah bait 360) tentang LETAK dan POSISI tamyiz dan isim tafdhil. Dalam isim tafdhil kecenderunganya ada tamyiz. Seperti yang saya katakan itu, tamyiz dalam konteks manshubatul asma' yang dijadikan sebagai.... bahwa isim tafdhil itu butuh tamyiz, iya.... tapi apakah tamyiznya dibaca nashob, ataukah dijarkan? Kapan tamyiz dalam isim tafdhil itu dibaca nashob? Ketika yang namanya tamyiz itu adalah fa'il fil ma'na. Kalau seandainya tamyiznya itu bukan fa'il fil ma'na maka dia harus dibaca jar justru. 

Contoh

Afdholu rojulin 
زيد افضل رجل

Versi Video bisa kalian saksikan disini ya temen2, 


Nasihat Kyai Abdul Haris, Pertama

Pokok e lek ngaji kudu serius, ojo formalitas. sampeyan sungkan (misalnya). Ojo ngono.. sing serius.. eman2. Memang kepingin iso sampeyan. Sampeyan ngajine gak pati jelas niyate, gak bisa. Sulit, belajar nahwu itu sulit, oleh sebab itu niat itu sing temenanan. Sekarang waktunya, tidak boleh dijeda. 

Itu yang saya katakan semangat untuk berilmu itu kudu kuat. Ngaji ojo formalitas, (tapi) emang kepingin iso sampeyan. Sungkan aku mbek ustadz.. lhah wes gak iso sampeyan.  Harus kepingin menguasai ilmu. Apa yang menjadi motivasi kita, apa yang menjadi tujuan kita, itulah yang akan diberikan oleh Alloh kepada kita. 

انما الاعمال بالنيات وانما لكل امرئ ما نوى

Kalau ngaji disebabkan sampeyan sungkan, gak iso sampeyan. 

Versi Video bisa kalian saksikan disini ya temen2, 




Bait Alfiyyah 361

وبعد كل ما اقتضى تعجبا     ميز كـأكرم بأبي بكر أبا 

wa mayyiz, dan menjadikanlah tamyiz siapa? -kode fa'il  kamu 
(kamu adalah fa'ilnya mayyiz)
(memberikanlah tamyiz, siapa? kamu)

ba'da kulli maa (setelah setiap sesuatu)

iqtadho (yang menuntut, apa? maa)

ta'ajjuban (akan ta'ajjub)


Sighot ta'ajjub itu butuh yang namanya tamyiz 

wa mayyiz dan membuatlah tamyiz, siapa? kamu
ba'da kulli maa (setelah setiap sesuatu)
iqtadho (yang menuntut, apa? maa)
ta'ajjuban (akan ta'ajjub)
ka akrim bi abii bakrin abaa
(seperti lafadz) 

أكرم بأبي بكر أبا


Perhatikan.... 
ta'ajjub itu ada dua, ada yang sifatnya qiyasi, ada yang sifatnya sama'i (masmu'). 

Versi Video bisa kalian saksikan disini ya temen2, 



SHIGHOT TA'AJJUB / Ungkapan Kekaguman
Ungkapan kekaguman itu ada dua macam. 

QIYASI
Yang QIYASI itu ketika mengikuti wazan 
  • maa af'ala
  • atau af'il bih
itu sifatnya qiyasi (bisa dibuat) Tidak tergantung pada pendengaran kita. 

Cuplikan versi video, bisa kalian saksikan disini, temen2...



SAMA'I
Ungkapan ta'ajjub yang sama'i itu ialah, yang selain wazan af'ala dan af'il bih, tapi menunjukkan ta'ajjub. 

Misalnya:
lillahi darruhu 'aliman (alangkah hebatnya dia) ini shighot ta'ajjub ini. 
hasbuka bi zaidin rojulan ( ini adalah ungkapan ta'ajjub, akan tetapi tidak memakai wazan tertentu). 
wa kafaa billahi syahidan

Perhatikan...

wa mayyiz dan membuatlah tamyiz, siapa? kamu
ba'da kulli maa (setelah setiap sesuatu)
iqtadho (yang menuntut, apa? maa)
ta'ajjuban (akan ta'ajjub)
ka akrim bi abii bakrin abaa
(seperti lafadz) 


Ungkapan kekaguman kita kepada suatu... (alangkah, alangkah, alangkah). Ada cara qiyasi, itu mengikuti wazan tertentu, bisa jadi maa af'ala / af'il bih. Atau Sama'i. 

wa kulli maqtadho ta'ajjuban, dan setiap sesuatu, menuntut adanya ta'ajjub disitu. Mayyiz, membuatlah tamyiz, siapa? kamu. 

Jadi setelah shighot ta'ajjub, itu ada tamyiznya. 

Cuplikan versi video, bisa kalian saksikan disini, temen2...




Shighot Ta'ajjub
Perhatikan itu ya....
disini (di dalam bait ini) yang dicontohkan akrim bi bi bakrin

أكرم بأبي بكر أبا

akrim, persis... tidak ada perubahan sama sekali. 
INI 
suurotul amri
صورة الامر 

ini gambarnya gambar amar. Bukan yang lain, ini amar ini gambarnya. Tapi ini dianggap sebagai fi'il madhi. Perhatikan, ini gambarnya amar, tapi dianggap sebagai fi'il madhi. 

Itu terjadi dalam konteks, ta'ajjub. 

أكرم بأبي بكر أبا
aban dijadikan sebagai tamyiz, bi abi bakrin, ini adalah fa'il dari lafadz akrim. Ba nya ini dianggap sebagai ba zaidah. Perhatikan ini. 

أسمع بهم وأبصر یوم یأتوننا 
لـٰكن ٱلظـٰلمون ٱلیوم فی ضلـٰل مبین
Surat Maryam 38


Ngene iki "Gini ini", lek "kalau kita" (belajar) Al Quran, penting rek. 
Asmi' bihim, absyir bi him. 
Fi'il amar itu? bukan.... 

itu af'il bih.. af'il bih, 
itu shighot ta'ajjub, itu fi'il madhi. 


alangkah tajam pendengaran mereka, 
alangkah tajam penglihatan mereka, 
asmi' bihim, abshir bihim, 


Cuplikan video, bisa kalian saksikan disini, temen2...




Nasihat Kyai Abdul Haris Jember, Kedua
(menghafalkan teori)
Lagi2 itu teori.. 
Kita tidak akan mungkin bisa mengurai itu, kalau tidak ngerti informasi ini. Dianggap asmi' bihim, abshir bihim itu fi'il amar. Karena kita tidak pernah tahu teori, kita bisa mikir, karena kita punya teori. Oleh sebab itu, cara bisa baca kitab itu perbanyak teori. HAFALKAN.. HAFALKAN teori itu, begitu... lha sampeyan gak ngerti teori ?? Gimana bisa mikir? lha gak nduwe teorine. Wong iku rek.. iso mikir, iso ngitung, (misalnya) luasnya segitiga ini berapa? Karena ngerti rumus segitiga, lek gak ngerti rumus segitiga yo mbulet ae, opo? maksude? Jadi orang itu bisa berfikir, kalau banyak teori, bagaimana caranya? ya kudu banyak hafalan teori, sampeyan berarti. 

Cuplikan video, bisa kalian saksikan disini, temen2...


Sampeyan, kalau seandainya gak punya teori ini, itu dianggap fi'il amar (karo) sampeyan. PASTI dianggap fi'il amar itu karo sampeyan, padahal fi'il madhi. ADA KONSEP, fi'il madhi 'ala shurotil amri. Ada fi'il madhi, tapi gambare gambar amar, tulasen tulisan amar. Karena demikian, akrim disini, fa'ilnya bukan anta, dhomir mustatir wujuban, taqdiruhu anta, bukan itu. Fa'il dari akrim itu, bi abi bakrin. 

Jar majrur, ba nya itu adalah ba zaidah, abi bakrin itu fa'il, marfu'un mahalan. POKOKNYA.. nah kenek pokoknya, kita menemukan shigot ta'ajjub, apakah itu sifatnya qiyasi, atau sama'i, sifatnya itu adala mayyiz. BUTUH tamyiz, ketika ada shigot ta'ajjub. Alangkah indahnya fatimah itu, apanya yang indah? 
  • mungkin khuluqon, akhlaqnya.. 
  • mungkin wajhan, mungkin apanya?? 
  • dan seterusnya. 

أكرم بأبي بكر أبا

alangkah mulianya abu bakar sebagai bapak

akrim disitu adalah fi'il madhi, ala shurotil amri. Bi abi bakrin, ba nya disitu adalah zaidah (tambahan). Abi bakrin disitu adalah fa'il. Itulah kemudian dikenal dengan majrurun lafdzon, marfu'un mahallan. Semakin sampeyan teorinya lengkap, semakin sampeyan mehamahi al quran. Gini gini ini, munculnya di dalam al quran. Jarang kita menemukan begini ini muncul di dalam teks nashr kitab. Kalau di dalam kitab, akrim ya langsung, yang terlintas di otak kita, ya amar itu. POKOKNYA kalau ada ta'ajjub, entah sifatnya qiyasi atau sifatnya sama'i, itu ada tamyiz. 



Nasihat Kyai Abdul Haris Jember, Ketiga

Kalau bisa sampeyan berusaha jadi ilmuan beneran. Ojo ilmuwan bujuk2 an, opok o? kok ilmuan bujuk2 an? karena males sampeyan. Males mikir. Saiki rek, ilmuan, lebih mahal sekarang. Karena apa? pada umumnya kita itu adalah kena kaidah.. 

الاشتغال بغير المقصود إعراض عن المقصود

Sibuk pada sesuatu yang bukan merupakan tujuan, itu sebenarnya berpaling dari tujuan. Iya.. memang kita anak bahasa dan sastra, tapi kegiatan sehari hari, itu bukan / atau tidak ada kaitanya dengan bahasa dan sastra arab. Sehingga ketika setelah diwisuda, ya tidak berbau sarjana sastra dan bahasa arab. Sekarang kita sibuknya pada hal yang lain. Sampeyan lek pinter, mahal, jelas... Oleh sebab itu sing pinter, carane pinter yo opo? metenteng, SERIUS... itu yang sering saya katakan. Mari.. kita akan membuat kegiatan yang... ayo... sing SERIUS. Kalau bisa ngaji pagi itu ojo SUNGKAN... Saya ini sedang memaparkan hasil penelitian saya tentang kitab ini. Woh ini sampai malam, mulai jam tujuh sampai terus... malam. Cari disini, cari disini, cari disini. Kadang sampai tidak tidur, tapi ini memang tidak wajib kan. Begitu...... selanjutnya sekarang. 





Bait Alfiyyah 362

واجرر بمن إن شئت غير ذي العدد     والفاعل المعنى كطب نفسا تفد

wajrur dan mengejarkanlah siapa? kamu -KODE Fa'il (SUBJEK)
bi min, dengan menggunakan min.  
in syi-ta (jika menghendaki, siapa? kamu) -KODE Fa'il (SUBJEK)
wajrur itu adalah fi'il amar, failnya adalah yang tersimpan di dalamnya.

-maf'ul bih dari wajrur.
AKAN - KODE Maf'ul bih (OBJEK)
ghoiro dzil 'adad (untuk tamyiz yang selain memiliki 'adad)
wal fa'ilil ma'na (dan bukan tamyiz yang selain fa'il fil ma'na)


Kalau yang lain, (selain adad dan fail fil ma'na) maka MEMUNGKINKAN TAMYIZnya tidak dibaca NASHOB. TAPI dibaca jar dengan menggunakan min.  

كطب نفسا تفد
ka (sebagaimana lafadz)
thib nafsan (perbaguslah dirimu)
tufid (maka kamu akan diberi fa'idah)

عندي شبر ارضا

mumayyiznya mana ini? ini bukan 'adad ini, fa'il fil ma'na. Maka memungkinkan untuk diubah... pakai huruf jar min. 

عندي شبرمن ارض

ini yang dimaksud wajrur bi min...

عندي قفيز برا

khobar muqoddam - 'indii
mubtada muakkhor - qofiizun
burron 
Saya punya satu qofiiz. Kemarin sudah kita tegaskan, satu qofiiz itu satu ukuran, ukuran kail, takaran. Yang beratnya kira2 16 kg. APANYA?
burron - TAMYIZ-
Apakah
ini menunjukkan 'adad? TIDAK. Apakah ini menunjukkan fa'il fil ma'na? TIDAK.  
berarti memungkinkan untuk diberi huru jar min. 

عندي قفيز من بر

Sekarang, indi.. (iku tetep keduwe insun) 
'isyruuna (utawi rong puluh)
apane?
DIRHAMAN (dirham)

Terus apa ini memungkinkan diubah menjadi min dirhamin? oo TIDAK bisa. KENAPA? karena kebetulan mumayyiznya itu adalah 'adad. Itu maksudnya itu. 
Thoba Muhammadun Nafsan
Boleh gak? thoba muhammadun min nafsin.? TIDAK boleh.. kenapa? karena Nafsan itu sebenarnya adalah fa'il fil ma'na. 

ini asalnya adalah THOBA Nafsu Muhammadin. Asalnya TAMYIZnya ini fa'il. Yang gak boleh itu dua, 'Adad dan Fa'il fil Ma'na. Kalau selain itu boleh. Misalnya asalnya maf'ul bih, gak papa..

wafajjarnaa al ardho, 'uyuunan. 
wa fajjarnaa (dan telah memancarkan, siapa? kami)
al ardho, 
'uyuunan (akan sumber mata air). 

asalnya adalah wa fajjarnaa 'uyuunal ardhi
dan telah memancarkan siapa? kami
uyuunal ardhi ( maf'ul bih). Karena disini asalnya maf'ul bih, asalnya bukan fa'il, memungkinkan wajrur bi min, in syi-ta ghoiro dzil 'adad. 
wa fajjarnaa al ardho min 'uyuunin. 

Yang dilarang pakai min itu adalah 'adad dan fa'il fil ma'na. 


(sekarang yang terakhir... ) 




Bait Alfiyyah 363


وعامل التمييز قدم مطلقا     والفعل ذو التصريف نزرا سبقا

wa qoddim dan mendahulukan-lah siapa? kamu
maf'ul bih dari qoddim, 'amilat tamyiiz (amilnya tamyiz)
muthlaqon (secara muthlaq)
wal fi'lu dan bermula fi'il 
dzut tashriifi (yang memiliki tashrif/ yang memungkinkan berubah)
adalah subiqo (didahului)
apa? fi'il. 
Nazron, dalam keadaan sedikit. 

مطلقا   

Kata2 ini, penting untuk dikejar. Gak bisa... pokoknya...  Pokoknya tamyiz didahulukan secara mutlak, loh kata mutlak itu opo? Loh kaitanya apa? dengan apa mutlaqo itu? Nggolek i mutlaqo sampai pusing rek. Kalau seandainya kita menganggap bahwa lafadz ini punya arti. Dalam satu kitab, mutlaqon itu ditegaskan sawaa-un kaana isman au fi'lan. Apakah amilnya itu berupa isim atau fi'il. Dalam kitab lain disebutkan apakah itu tamyiz mufrod atau nisbat. Kita tidak bisa ngarang sendiri, mutlakon itu apa? loh mutlak itu kaitanya dengan apa? Itu gak bisa, kalau seandainya kita gak baca itu tidak bisa. 

Inilah yang saya katakan dengan, ilmu itu harus bersanad. Apa bersanad itu? ilmu itu harus berdasarkan refferensi. 

Sampeyan mengatakan mutlak itu refferensinya mana? Tapi bisa jadi kita mengatakan mutlak itu sedang tidak faham. DAHULUKANlah amil tamyiz itu secara mutlak, secara mutlak itu opo? Bahwa ilmu itu serius itu disitu, bahwa ilmu itu bersanad, pakai refferensi, itu seperti itu. Dzut tashrif, apa maksudnya fi'il tashrif dan fi'il ghoiru tashrif itu? bingung sampeyan. Sampek kita menemukan penerjemahanya yang fix. Oleh sebab itu, kalau sampeyan kok kemudian faham alfiyah, itu hebat. Hebatnya hebat itu. Saya sendiri, kalau saya mungkin sudah belajar tiga atau empat kali, itu saya sudah faham yang namanya alfiyah itu, ini kan masih belum satu kali. Padahal saya pengkaji, pengkaji Al Quran. Apalagi sampeyan sekedar hafalan. Saya mengatakan, apalagi sampeyan kalau sekedar hafalan itu gak mungkin itu, angel masaleh, konsep itu penuh makna semua. Untuk mengatakan mutlak itu apa? itu luar biasa, refferensinya berat itu. Akhirnya ada rumusan seperti ini rek..


Amilnya tamyiz itu ada dua 
  • ada yang berupa isim 
  • ada yang berupa fi'il, 

ketika fi'il itu ada dua 
  • ada yang mutashorrif, 
  • ada yang ghoiru mutashorrif. 

Kalau disini (di 'amil yang berupa isim) tidak boleh sama sekali di dahului. Gambaran mendahului itu begini... 

contoh
طاب محمد نفسا
gambaran mendahului itu begini
nafsan, thoba muhammadun

Ini gambaran, bahwa yang namanya tamyiz itu subiqo, ('amilnya didahului oleh tamyiz). Pembahasannya itu pada ini, boleh gak? thoba muhammadun nafsan, diubah menjadi 
nafsan thoba muhammadun 

ketika amilnya berupa isim, kita tahu kemarin itu, bi maa qod fassaro. Jadi ketika isim, amilnya tamyiz itu mumayyas itu sendiri. Jadi kalau seandainya saya mengatakan 
indii isyrunaa dirhaman, 
indi dirhaman isyruna gak boleh... (ditulis seperti itu tidak boleh). Ketika berupa isim amilnya, mutlak yang namanya amil itu TIDAK boleh didahului oleh tamyiznya. 'AMILnya itu harus mendahului. QODDIM mutlaqon. Apakah tamyiznya itu tamyiz mufrod atau tamyiz nisbah, apakah amilnya itu berupa isim atau fi'il itu QODDIM mutlaqon. CUman ada catatan

wal fi'lu (lan utawi fi'il)
Dzut Tashrifi kang anduweni tashrif, Apa yang dimaksudkan (mempunyai) tashrif, yaitu fi'il yang memungkin terjadi perubahan. Memungkinkan untuk dimasuki alamatut taknits, Alamatut tatsniyah alamat jamak. Itu namanya dzut tashrif, ada fi'il yang TIDAK memungkinkan untuk diberi tanda2 seperti itu. 

Kata2 maa af'ala itu terus begitu bentuknya, apakah kita sedang menunjukkan kekaguman untuk laki2 untuk perempuan, untuk mufrod, untuk tatsniyah, untuk jamak, gak boleh (diganti2), ya harus maa af'ala. Gak ada maa af'alaa maa af'aluu... maa af'ala itu gak iso berubah, itu namanya ghoiru mutashorrif. 

Ketika berupa isim itu wajib didahulukan, ketika berupa fi'il, dilihat dulu... Kalau ghoiru mutashorrif, amil itu wajib didahulukan. Kalau yang mutashorrif, seperti yang thoba muhammadun nafsan, itu dikatakan wal fi'lu dzu tashrifi nazron. Sedikit, ada contoh, dimana yang namanya amil itu didahului oleh tamyiznya. Jadi ada yang membolehkan thoba muhammadun nafsan, menjadi nafshon thoba muhammadun, karena thoba ini adalah fi'il yang mutashorrif. Apa fi'il mutashorrif itu? 
  • memungkinkan untuk diberi ta ta-nits,
  • memungkinkan untuk diberi alit tatsniyah 
  • memungkinkan untuk diberi  wawu jamak, 
itu seperti itu...

Sudah selesai bab tamyiz, semoga bermanfaat...
Allohumma Sakhkhir lanal kutuba kullahaa...


Comments