Berikut ini merupakan catatan ngaji Gus Baha (terjemah). Terjemah Bahasa Indonesia, kami tampilkan dalam tulisan yang berwarna merah. Sengaja teks bahasa jawa tetep kami sertakan untuk mengantisipasi kesalahan kami dalam memilih kata terjemah, sehingga suatu saat bisa dikoreksi. Sedangkan tulisan yang berwarna biru, merupakan inisatif -tambahan dari kami sendiri. Semoga bermanfaat....
Bismillahirrohmanirrohim
Mbah Sholeh bin Asnawi Sepuh -buyut kedelapan
Dados ngeten nggih . Kulo crito mawon, crito bani (nasab). Jadi begini ya, saya cerita saja, cerita tentang bani (nasab).
ذریة بعضها من بعض وٱلله سمیع علیم
dzurriyatan ba'dhuhaa min ba'dhi
(Surat Ali 'Imron 34)
satu keturunan yang sebagiannya (keturunan) dari yang lain
Dadi buyut kulo (yang) ke delapan, Jenenge niku SHOLEH bin Asnawi Sepuh. Jadi (Mbah) Sholeh bin Asnawi Sepuh niku yang pondoknya di Damaran - KUDUS. Beliau Riyin gurune Mbah Sholeh Darat.
Jadik -kakek saya yang ke delapan itu namanya SHOLEH bin Asnawi Sepuh. Jadi Mbah Sholeh itu pondoknya di Damaran Kudus. Beliau dahulu adalah gurunya Mbah Sholeh Darat.
Jadi Mbah Sholeh Darat dulu, ngaji pertama di Damaran, niku teng buyut kulo (yang) kedelapan. Jadi Mbah Sholeh Darat dulu, sejaranya pertama ngaji itu di Pondok Damaran Kudus, yaitu ngaji ke Kakek saya yang ke delapan.
Terus Mbah Sholeh Darat ma'ruf (terkenal)
معروف
mashdar dari
عرف - يعرف
'arofa - ya'rifu
Diantarane "diantaranya" (beliau ) gurune "beliau adalah gurunya"
- Mbah Mahfudz,
- Mbah Hasyim Asy'ari Kecil,
- Mbah Mad Dahlan (Kyai Ahmad Dahlan) juga pernah ngaji di Mbah Sholeh.
Artine.. Jombang mriki (narukan) niku melok partai keluarga lasem, mbek KUDUS, SARANG, niku selang-seling. Selang seling secara sanad, maupun secara nasab.
السند و النسب
Artinya Jombang dan sini (di Narukan) itu ikut keluarga besar Lasem, Kudus, Sarang, berselang seling ketiganya. Baik secara sanad maupun secara nasab.
Ngaji itu sampai Khatam (selesai)
Yang mulai dilupakan anak2 sekarang itu, NGAJI Khatam. Jadi dulu itu jenenge "yang namanya" ngaji yo "ya artinya" (sampai) khatam. -dari awal sampai akhir-
Bareng kenek era Ma-had 'Ali (perguruan tinggi)
المعهد العالي
era Kuliah, ngaji iku (jadi) analisis
Duadi ning satu bab iku pintere ra karuan, "Jadi di satu bah, itu bisa faham betul"
ning liyane iku goblok e yo ra karuan. "dan di bab lain, bisa tak faham sama sekali"
Iki wes omong podo jujure, "Ini terus terang saja"
kowe salah-faham yo "kalau engkau salah-faham ya"
Alhamdulillah,
Kowe faham yo "kalau engkau faham ya"
Alhamdulillah
الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ
Alhamdulillah 'ala kulli haal
Cuplikan Video, bisa kalian saksikan disini ya temen2,
Kecewanya Gus Baha
Jadi saya sering baca (Kitab) Ihya, baca (Kitab) Bukhori itu ya KHATAM, harfan - harfan.
حرفا - حرفا
(huruf per huruf, detail)
Karena.. kesimpulan kita itupasti KRIMINAL, ora kok mungkin kriminal, pasti kriminal. Bukanya MUNGKIN kriminal tapi ini derajatnya sudah PASTI KRIMINAL. Misalnya gini, ada orang ngaji hadits. Misalnya di Bukhori itu kan Matanya diulang-ulang.
متن الحديث
Bagi Imam Al Bukhori itu prestasi, karena ketika sanadnya banyak, atau ruwatu hadzal hadits itu banyak.
رواة هذا الحديث كثيرة
Hal itu bagi orang yang menekuni ilmu hadits, bisa bikin KECEWA. Sebab KECEWAnya itu karena riwayat yang diulang-ulang itu agar kita tahu, hadits iturowinya (periwayatnya) BANYAK. Berhubung maknanya hadits sama terus disimpulkan (ini tidak penting...) ditulis lagi (diulang - ulang) karena sama saja. Maksudnya tadi saya bilang KRIMINAL itu bagi orang yang bilang TIDAK PENTING (mengulang-ngulang)
Cuplikan Video, bisa kalian saksikan disini ya temen2,
Perulangan cerita itu menunjukkan ijma'
Padahal ndisek iku, 'Ulama ahli hadits, BANGGA. Padahal dahulu itu 'Ulama Hadits bangga, ketika banyak meriwayatkan hadits. (Misalnya)
روى هذا الحديث خمسون حديث صحابيون
rowa hadzal haditsa khomsuuna hadits shohabiyyun.
روى هذا الحديث من طريق افصح من كذا و كذا
(Misalnya) rowa hadzal haditsa min thoriiqin (sing) afshohu min kadza wa kadza.
Dadi Sakjane ketika wong crito Mbah Hasyim, (sing) Pendiri NU. Iku keben, sing crito dibolan baleni lah. Ben ngetokno ijma' e lek sing ndirekno NU iku Mbah Hasyim. Ojo kok tiap ono sing crito (kok jawab) wes ruh. Iku conto2 kesimpulan kita sing mesti KRIMINAL ora kok mungkin KRIMINAL Mesti KRIMINAL
Jadi sebetulnya, ketika orang cerita tentang Mbah Hasyim
محمد هاشم الأشعرى
itu adalah pendiri NU (Nahdhatul 'Ulama-)
نهضة العلماء
Ijmaa' mashdar dari ajma'a - yujmi'u
إجماعًا
Ijmaa'an
أجمعَ / أجمعَ على - يُجمع
Itu biarkan saja, misalkan ada yang cerita, walaupun terdengar di kita seperti diulang-ulang saja. Justru itu biar kelihatan ijma' nya (sepakatnya) bahwa yang mendirikan NU adalah Mbah Hasyim Asy'ari Jangan menimpali tiap ada yang cerita bahwa pendiri NU itu Mbah Hasyim (Ah Sudah tahu...) jangan begitu. Itulah contoh, kesimpulan kita yang pasti kriminal tidak hanya MUNGKIN, tapi PASTI kriminal.
Comments
Post a Comment