Skip to main content

Kajian Alfiyah 7 | Metode Al Bidayah | Kh. Abdul Haris Jember | Bait 6


Pembahasan Alfiyah keempat, bait 6. Oleh KH. Abdul Haris Jember, Metode Al Bidayah. Semoga bermanfaat temen2.


قَالَ مُحَمَّدٌ هُوَ ابْنُ مَالِكِ      أَحْمَدُ رَبِّي اللهَ خَيْرَ مَالِكِ

مُصَلِّياً عَلَى النَّبيِّ الْمُصْطفَى      وآلِهِ المُسْتكْمِلِينَ الشَّرَفَا

وَأَسْتعِينُ اللهَ فِي ألْفِيَّهْ      مَقَاصِدُ النَّحْوِ بِهَا مَحْوِيَّهْ

تُقَرِّبُ الأقْصى بِلَفْظٍ مُوجَزِ      وَتَبْسُطُ الْبَذْلَ بِوَعْدٍ مُنْجَزِ

وَتَقْتَضي رِضاً بِغَيرِ سُخْطِ        فَائِقَةً ألْفِيَّةَ ابْنِ مُعْطِي

وَهْوَ بِسَبْقٍ حَائِزٌ تَفْضِيْلاً    مُسْـتَوْجِبٌ ثَنَائِيَ الْجَمِيْلاَ 

وَاللَّهُ يَقْضِي بِهِبَـاتٍ وَافِرَهْ     لِي وَلَهُ فِي دَرَجَاتِ الآخِرَهْ



Bait 6 Alfiyah 

وَهْوَ بِسَبْقٍ حَائِزٌ تَفْضِيْلاً    مُسْـتَوْجِبٌ ثَنَائِيَ الْجَمِيْلاَ 

wa huwa (dan bermula, Imam Ibnu Mu'thi)
bi sabqin (sebab mendahului)
adalah - KODE KHOBAR

Ha-izun (memperoleh, siapa? imam ibnu mu'thi)
Tafdhilan ( akan keutamaan)

Mustaujibun ( serta berhak, siapa? Imam Ibnu Mu'thi)
Tsanaa-iya (akan pujian saya)
Jamiilan (yang indah yang bagus)


Lagi2 saya tegaskan, kalau kita sedang menganalisis teks, maka jangan lupa kita harus berangkat dari kalimah (kata), kemudian menuju i'rob, kemudian langsung ditingkatkan kepada jumlah. 



Huruf Wawu 

وَهْوَ بِسَبْقٍ حَائِزٌ تَفْضِيْلاً    مُسْـتَوْجِبٌ ثَنَائِيَ الْجَمِيْلاَ 

wawu adalah lafadz yang multipredikat. Kita mengenal kemudian ada yang disebut sebagai wawu ...

  • isti'nafiyah
  • athof
  • haliyah
  • ma'iyah
  • qosam
  • dst. 

Untuk analisis yang rigid, itu harus diketahui. 

المعجم المفصل في الاعراب

al mu'jam al mufashshol fil i'rob

Ini buku yang rekomended untuk para pemula mengetahui bahwa wawu itu banyak predikatnya. Dalam konteks Bait 6 Alfiyah, ini disebut wawu isti'nafiyah. 

Apa wawu isti'nafiyah itu? 

wawu yang menjadi tanda bahwa kita memulai jumlah baru, setelah kita menyelesaikan jumlah yang sebelumnya, sudah TUNTAS, sudah TAM. 

  • kalau mubtada sudah diberi khobar
  • kalau fi'il sudah diberi fa'il sudah
  • kalau kebetulan fi'ilnya adalah muta'addi sudah diberi maf'ul bih

setelah selesai itu, disempurnakan semuanya, kita mau membuat jumlah baru, dan didahului oleh wawu, itulah yang kemudian dikenal sebagai wawu isti'nafiyah. 

وَتَقْتَضي رِضاً بِغَيرِ سُخْطِ        فَائِقَةً ألْفِيَّةَ ابْنِ مُعْطِي

wa taqtadhi ridhon bi ghoiri sukhthin 
fa-iqotan alfiyatabni mu'thi 

itu sudah kita anggap sebagai kalimat yang TAM, sudah titik. 


Isim

وَهْوَ بِسَبْقٍ حَائِزٌ تَفْضِيْلاً    مُسْـتَوْجِبٌ ثَنَائِيَ الْجَمِيْلاَ 

Huwa disini termasuk apa? TERMASUK ISIM. Isim itu pasti memiliki salah satu dari hukum ini (rofa' nashob jar). Tidak mungkin isim itu tidak memiliki hukum rofa' nashob atau jar. Seperti yang saya tegaskan, bahwa ini sangat terbatas. Ilmu nahwu itu ilmu yang mandeg, ilmu yang mati, tidak mungkin mengalami penambahan-penambahan. 

  • Kapan sebuah isim itu dibaca rofa', ya karena sudah termasuk kategori marfu'atul asma'
  • Kapan ini termasuk nashob? ya karena ini termasuk manshubatul asma'
  • Kapan ini termasuk jar? ya karena ini termasuk majrurotul asma'  

Huwa termasuk apa? marfu'atul asma'. 
Marfu'atul asma' yang mana ini?  yang mubtada-

Kenapa huwa ditentukan sebagai mubtada-? ya karena ini merupakan isim ma'rifat. BERARTI konsep yang harus dipelajari sebelum kita masuk kepada MUBTADA-KHOBAR, itu adalah konsep ma'rifah nakiroh. HARUS faham isim ma'rifat

  • isim dhomir
  • isim maushul
  • isim isyaroh
  • isim 'alam
  • isim +AL
  • Al mudhof ilal ma'rifah
Kalau seandainya murid2 kita sudah faham tentan isim ma'rifat itu, kalau seandainya kita ajak untuk masuk pada kajian MUBTADA - KHOBAR, insyaalloh akan ada banyak kemudahan. TAPI kalau seandainya murid2 kita tidak ngerti itu? ya sulit. MUNGKIN murid kita akan mengerti hanya mengerti contoh yang (kebetulan)diberikan oleh pak guru saja. 

Comments