Takdir atau pilihan kita yang menentukan pilihan kita? Apakah memilih itu adalah takdir? Tentu saja, kemampuan kita untuk memilih itu sudah disiapkan sama takdir. Takdir kitalah sebagai manusia, untuk bisa memilih sesuatu. Tetapi takdir pilihan kita, itu ada batasnya.
Bahwa pilihan kita itu, hanya bersifat reaksi bukan aksi. Wajah saya begini itu, itu adalah takdir (saya tidak memilihnya). TAPI dengan wajah seperti ini, saya bereaksi dengan cara seperti apa? saya manfaatkan dengan cara seperti apa? dan sebagainya.
Pilihan manusia itu sepenuhnya adalah responsif, bukan aksi. Termasuk juga misalkan, Saya memilih sekolah di mana? Itu pilihan saya. TAPI setelah saya milih satu sekolah, kemudian saya sekelas dengan teman ini, dengan cewek ini, ketemu dengan guru yang seperti ini, diperlakukan dengan cara begini dan begitu, itu adalah takdir.
Nanti setiap kita ketemu dengan cewek itu yang adalah takdir, kita kemudian merespon lagi. Apakah dengan si cewek itu, misalkan ya, kita berpasangan atau kita berjauhan, atau temen aja dan sebagainya. Nanti kalaupun kita memilih untuk berpasangan dengan si cewek itu, misalkan ya.. itu adalah pilihan kita sendiri. Tetapi nanti yang terjadi setelahnya, sikap2 kita dan sebagainya, itu adalah takdir lagi. Jadi kehidupan kita itu antara takdir dan pilihan berselingan gonta ganti. Aksinya dari takdir itu, sedangkan berikutnya itu adalah pilihan kita sendiri.
---
Fate or our choices that determine our lives? Is the act of choosing itself part of fate? Of course — it is fate that has given us the ability to choose. It is our destiny as human beings to have the capacity to choose. But even so, the range of choices we have is "still limited".
- with these particular friends,
- with this girl,
- with this kind of teacher,
- and experience things in certain ways — that’s fate.
- in a relationship?
- drift apart?
- stay just friends?
Comments
Post a Comment