Do you remember what he does
right at the end
of his speech? just before
he collapses, sort of
collapses..
Anybody
remember that part of
his speech?
That's the part
I'm gonna read, so
I don't want you to remember
because you inherit in
my version.
Here's
where it starts., marmaladov wanted to refill
his glass but
there was nothing left
in the bottle, the bottle
was empty.
Why should anyone feel sorry for
you?
demanded
The Tavern keeper who turned up
next to them
Once again then
there was a burst of laughter
and even some cursing. The listeners
laughed and cursed. And even those who weren't
listening joined
in, simply looking
at the sorry sight
of the former civil servant.
Sorry.....? why feel sorry for me? marmalad cried
suddenly standing up his arms outstretched. Now genuinely inspired as
if he'd been waiting for those words. Why feel sorry for me you ask.
No..... there's no
reason to feel sorry for me. I should be crucified nailed to a cross not pied. But
crucify me oh judge crucify me and after having crucified me then feel sorry for
me. I myself will come and ask to be crucified for it's not Joy I seek, but
sorrow and tears.
Dan kemudian, tepat di akhir, kamu ingat apa yang dia lakukan tepat di akhir pidatonya? Tepat sebelum dia roboh, semacam roboh begitu saja.
Ada yang ingat bagian itu dari pidatonya....??
Nah itu bagian yang akan saya bacakan untuk kalian. Jadi saya tidak ingin kalian mengingatnya karena kalian akan mewarisinya dari versi saya.
Dan di sinilah bagian itu dimulai,
Marmalad ingin mengisi lagi gelasnya, tapi tidak ada lagi yang tersisa di dalam botol. Botolnya sudah kosong.
“Kenapa ada orang yang harus kasihan padamu?” tanya penjaga kedai yang tiba-tiba sudah berdiri di samping mereka lagi.
Lalu terdengar tawa meledak, bahkan disertai sumpah serapah. Para pendengar tertawa dan mengumpat, dan bahkan mereka yang tidak mendengarkan pun ikut tertawa hanya dengan melihat sosok menyedihkan mantan pegawai negeri itu.
“Kasihan? Kenapa harus kasihan padaku?” teriak Marmalad tiba-tiba sambil berdiri, tangannya terentang, kini benar-benar tampak seperti
terinspirasi, seolah-olah dia memang menunggu kata-kata itu.
“Kenapa harus kasihan padaku, kau tanya?
Tidak....Tak ada alasan untuk mengasihaniku,
Aku pantas disalib, dipaku di salib — bukan dikasihani. Tapi salibkan aku, wahai hakim, salibkan aku!
Dan setelah menyalibkanku, barulah kalian boleh mengasihaniku! Aku sendiri akan datang dan meminta untuk disalib, karena yang kucari bukanlah kebahagiaan, melainkan duka dan air mata.
Comments
Post a Comment