Skip to main content

Prof. Michael Katz - Crime and Punishment (6) - The empty glass

 

Do you remember what he does right at the end of his speech?   just before he collapses, sort of collapses.. 

Anybody remember that part of his speech?

That's the part I'm gonna read, so I don't want you to remember because you inherit in my version.   

Here's where it starts., marmaladov  wanted to refill his glass but there was nothing left in the bottle, the bottle was empty.   
Why should anyone feel sorry for you? 
demanded The Tavern keeper who turned up next to them 

Once again then there was a burst of laughter and even some cursing.  The listeners laughed and cursed.   And even those who weren't listening joined in, simply looking at the sorry sight of the former civil servant.   

Sorry.....? why feel sorry for me? marmalad cried suddenly standing up his arms outstretched. Now genuinely inspired as if he'd been waiting for those words. Why feel sorry for me you ask.

No.....  there's no reason to feel sorry for me. I should be crucified nailed to a cross not pied. But crucify me oh judge crucify me and after having crucified me then feel sorry for me. I myself will come and ask to be crucified for it's not Joy I seek, but sorrow and tears.



Dan kemudian, tepat di akhir, kamu ingat apa yang dia lakukan tepat di akhir pidatonya? Tepat sebelum dia roboh, semacam roboh begitu saja. 

Ada yang ingat bagian itu dari pidatonya....?? 

Nah itu bagian yang akan saya bacakan untuk kalian. Jadi saya tidak ingin kalian mengingatnya karena kalian akan mewarisinya dari versi saya. 

Dan di sinilah bagian itu dimulai, 
Marmalad ingin mengisi lagi gelasnya, tapi tidak ada lagi yang tersisa di dalam botol. Botolnya sudah kosong.

“Kenapa ada orang yang harus kasihan padamu?” tanya penjaga kedai yang tiba-tiba sudah berdiri di samping mereka lagi. 

Lalu terdengar tawa meledak, bahkan disertai sumpah serapah. Para pendengar tertawa dan mengumpat, dan bahkan mereka yang tidak mendengarkan pun ikut tertawa hanya dengan melihat sosok menyedihkan mantan pegawai negeri itu. 

“Kasihan? Kenapa harus kasihan padaku?” teriak Marmalad tiba-tiba sambil berdiri, tangannya terentang, kini benar-benar tampak seperti
terinspirasi, seolah-olah dia memang menunggu kata-kata itu.

“Kenapa harus kasihan padaku, kau tanya?
Tidak....Tak ada alasan untuk mengasihaniku,

Aku pantas disalib, dipaku di salib — bukan dikasihani. Tapi salibkan aku, wahai hakim, salibkan aku! 

Dan setelah menyalibkanku, barulah kalian boleh mengasihaniku! Aku sendiri akan datang dan meminta untuk disalib, karena yang kucari bukanlah kebahagiaan, melainkan duka dan air mata. 



Comments