Skip to main content

KH. Abdul Haris Jember | Pembelajaran Nahwu Shorof 2 | Problematika Membaca Kitab Kuning | Sistematis

 

Ini adalah dari video pertama beliau ketika menguraikan tentang bagaimana problematika membaca Kitab Kuning. Sekaligus beliau juga memberikan gambaran umum tentang skema proses membaca kitab kuning beserta sisipan motivasi2 dari beliau. Semoga ini bisa menjadi bahan renungan bagi kita semuanya. 

Pertemuan 2: Cara belajar dan mengajar ilmu nahwu itu seperti apa? 




السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله 
الحمد لله رب العالمين

وصلاة وسلام على رسول الله
سيدنا محمد و على اله و صحبه ومن واله

 رب اشرح لي صدري
ويسر لي أمري
واحلل عقدة من لساني
يفقهوا قولي


أما بعد


Pada kesempatan siang hari ini, kita melanjutkan kajian kita, tentang problematika membaca kitab dan bagaimana solusinya. Pada kesempatan minggu lalu, kita sudah mencoba mengurai, kira2 kalau seandainya tujuan kita membaca kitab, unsur2 apa saja yang harus dipenuhi, yang tidak bisa tidak, yang  kemarin itu kita tegaskan bahwa membaca kitab itu tidak hanya sekedar nahwu shorof, membaca kitab itu disamping ada unsur nahwu shorof, juga ada unsur mufrodat, juga ada unsur tatbiq. Kalau seandainya kita menetapkan bahwa membaca kitab itu menjadi tujuan, maka pasti, kegiatan kita itu membutuhkan tiga komponen itu:

  • Qowaid
  • Mufrodat
  • Tathbiq
Maka harus kita pastikan, semua kegiatan yang kita gagas itu, mengarah pada penguatan tiga komponen. Ada yang menguatkan unsur qowaidnya, ada yang menguatkan unsur mufrodatnya, ada yang menguatkan unsur tathbiqnya. Kalau seandainya ketiga komponen itu tidak kita penuhi, maka akan sulit, menggunakan metode apapun, kita dianggap bisa dan mampu membaca kitab. Orang yang bagus nahwunya tapi sedikit mufrodatnya, akan bermasalah. Orang yang banyak mufrodatnya tapi kemampuan nahwu-shorofnya nol, itu akan bermasalah juga. Pun juga demikian Nahwunya bagus, Mufrodatanya banyak secara hafalan, tetapi tathbiqnya kurang kuat, itu juga bermasalah. Itu kemarin sudah kita bahas. 


Bagaimana cara belajar Nahwu yang baik?
Seperti yang kita ketahui, bahwa yang namanya qowaid itu secara sederhana bisa diklasifikasikan menjadi 

  • qowaid nahwu
  • qowaid shorof
Secara sederhana bisa dijelaskan, kalau nahwu itu berbicara tentang kedudukan sebuah kata. Kalau shorof itu berbicara tentang bentuk kata, jenis kata. Kalau nahwu itu berbicara tentang kedudukan, maka tidak memungkinkan misalnya tidak berhubungan dengan kata yang lain. Karena nahwu itu berbicara tentang kaitan kata yang satu dengan kata yang lain. 

Contoh:
Kenapa ini kok dijadikan fail, kenapa ini kok ditentukan sebagai fail, ya karena jatuh setelah fiil ma'lum. Terus begitu, pengaruh kata yang satu dengan kata yang lain, itulah kemudian yang disebut dengan pelajaran nahwu. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana sih? belajar nahwu yang efektif, yang bagus itu? Belajar nahwu yang efektif itu kata kuncinya adalah sistematis. Pokoknya belajar nahwu yang tidak sistematis akan berpengaruh pada percepatan pemahaman dari peserta didik. Oleh sebab itu sampeyan kalau pingin ngajari teman sampeyan, murid2 atau anak didik, kata kuncinya adalah sistematis. 

Sistematis itu apa?? Sistematis yang pertama adalah hafalkan dulu yang penting, setelah hafal kemungkinan faham itu kuat. Setelah faham kemungkinan bisa menerapkan itu besar. 
  • al hifdzu (hafalan)
  • al fahmu (pemahaman)
  • at tathbiq (penerapan)

Al Hifdzu
Pertama itu hafalan dulu, setelah hafal al fahmu, setelah al fahmu at tathbiq. Setelah faham dari awal sampai akhir, (pengalaman menunjukkan bahwa kita itu satu tahun sudah selesai pemahaman ilmu nahwu itu dari awal sampai akhir, yang dibutuhkan dalam menganalisa teks arab itu sudah mampu dikuasi. Jadi masalah nahwu ini bukan masalah yang rumit. Banyak metode2 yang ditawarkan, tapi dari banyak metode itu pokoknya, kata kunci dari ilmu nahwu itu adalah sistematis, kalau tidak sistematis akan bermasalah. 



Sistematis yang kedua adalah Dari yang Sederhana terus menanjak kepada sesuatu yang lebih kompleks 
Sistematis itu apa lagi? sistematis itu belajar dari sesuatu yang sederhana, menuju sesuatu yang lebih kompleks. Jadi pertama itu belajar tentang kata itu apa? setelah kata itu faham baru meningkat tentang i'rob itu apa? baru berikutnya berbicara tentang kalimat. 
  • Kata
  • I'rob
  • Kalimat
Menjadi masalah kalau misalnya (pembagian kata) apa itu fiil, apa itu isim, apa itu huruf, itu semua masih belum diketahui secara baik, kok anak2 disuruh menghukumi i'robnya. Kalau berbicara tentang kata belum tuntas, jangan berbicara tentang i'rob. Kalau kok seandainya kita itu belum tuntas mengajarkan kata, kok kemudian kita langsung menginjak kepada i'rob, maka akan ada lompatan berfikir. 

Kata kunci belajar ilmu nahwu itu yang penting adalah sistematis. Sistematis itu banyak terjemahanya, yang pertama itu mulailah dari al hifdzu dulu, meskipun ora paham gak popo, sing penting apal disek wes. Isim adalah, fiil adalah.... huruf adalah.... dihafalkan terus, baru kemudian kalau sudah hafal memungkinkan bisa faham, kalau bisa faham memungkinkan bisa diaplikasikan. 

Sistematis bisa juga diterjemahkan dengan memberikan pengajaran yang materi yang sederhana kemudian menapak ke materi yang lebih sulit. 


Sistematis yang ketiga, adalah berangkat dari materi prasarat menuju ke materi inti. Materi pra syarat itu apa? materi yang syarat sebelum mempelajari materi inti atau materi2 tertentu.
Contohnya:
Sampeyan mau ngajar fail misalnya, 
Fail adalah isim yang dibaca rofa' yang jatuh setelah fiil yang ma'lum. Berarti sebelum mengajarkan tentang fail,  maka konsep tentang fiil harus dikuasai terlebih dahulu. Sampeyan lek umpamane ngajari muride sampeyan tentang fail, padahal fail itu punya materi prasyarat, akan bermasalah, muride sampeyan gak kiro faham. Karena isim yang dibaca rofa yang jatuh setelah fiil itu bisa jadi disebut fail, bisa jadi disebut naibul fail? tergantung apa? tergantung jenis dari fiil yang disebut itu apakah termasuk ma'lum atau majhul.

Ma'lum - Fail
Majhul - Naibul Fail

Sampeyan mau ngajar apa? saya mau ngajar mubtada' khobar ustadz. Ketika sampeyan mau ngajar tentang mubtada khobar, maka sampeyan harus mendasari murid2 sampeyan dulu dengan konsep nakiroh dan ma'rifah. Kenapa sebabnya? karena selama2nya yang namanya mubtada itu tidak memungkin terbuat dari isim nakiroh, Konsep dasarnya itu yang namanya mubtada itu harus terbuat dari isim ma'rifat. Isim nakiroh itu boleh ditentukan sebagai mubtada kalau seandainya ada mushowwighot. 


Misalnya mau ngajar tentang na'at man'ut. Woo lek misalnya sampeyan mau ngajari murid sampeyan na'at man'ut. Muride sampeyan wis faham gak? mufrod tatsniyah jama' ? Muride sampeyan wes pafam gak? nakiroh ma'rifah? Muride sampeyan wes faham gak? mudzakar muanas? 
Kenapa sebabnya? karena antara na'at man'ut itu harus sama, baik secara

  • Mufrod Tatsniyah Jama
  • Nakiroh Ma'rifah
  • dan Mudzakar Muanas
Ketiga hal di atas, merupakan materi prasyarat untuk ngajar na'at man'ut. 


Ustadz, kulo bade ngajar maf'ul li ajlih. 
Tanya dulu.. muride sampeyan wes ngerti opo enggak tentang mashdar? Kenapa sebabnya? karena maf'ul li ajlih itu tidak memungkinkan untuk tidak terbuat dari mashdar. Lek moro2 sampeyan ngajar maf'ul li ajlih itu adalah isim yang dibaca nashob yang merupakan alasan dari terjadinya sebuah pekerjaan, ngono tok misalnya, yo kangelan... lek ngono. Di detik akhir yang menentukan diantaranya adalah faham shighot (jenis kata). Oo.. iki ono mashdar, kenyataane diwoco nashob,  kalau ada mashdar dibaca nashob, kemungkinanya dua kalau tidak disebut sebagai

  • Maf'ul Li Ajlih (alasan terjadinya sebuah pekerjaan)
  • Maf'ul Muthlaq (adat, taukid, nau' )
Meskipun diajari koyok opo.. lak gak sistematis, akan ada lompatan berfikir. Moro2 misale diajari mubtada khobar. Konsep nakiroh ma'rifah gak ngerti
  • Opo iku isim dhomir gak ngerti
  • Opo iku isim isyaroh gak ngerti
  • Opo iku isim maushul gak ngerti
  • Opo iku isim plus al gak ngerti
  • Opo iku isim alam gak ngerti
  • Opo Al Mudhof ilal ma'rifah gak ngerti
Langsung diajari mubtada khobar. Yo sampai kapan ora iso. Pokoknya kata kunci ilmu nahwu itu adalah sistematis. Sistematis itu bagaimana? seperti sudah saya contohkan di atas. 


Praktek Sistematis
Nah sekarang kita coba sekarang? bagaimana sistematis itu (Rozi diberi mic). Dialog Pak Kh. Abdul Haris dengan Santri Beliau. 


Rozi belajar Sudah berapa bulan?
3.5 bulan
Sebelumnya sudah pernah belajar? nahwu shorof itu?
Belum pernah
Sudah sampai apa? Rozi yang dikuasai sudah sampai apa?
munaada
Sampai munada berarti termasuk dalam kategori manshubatul asma
Coba sekarang dijawab oleh Rozi

يقرأ محمد القرآن

Coba dijawab Rozi, yaqrou itu isim fiil atau huruf?
Fiil
Jadi sebelum tanya macem2 pastikan anak didik kita itu, tentang kata (pembagian kata) itu selesai. 

Kira2 disitu itu fiil apa Rozi?
Fiil Mudhore
Kenapa kok disebut sebagai fiil mudhore itu?
karena ada huruf mudhoroah
apa huruf mudhoroah disitu?
ya
ya fungsinya apa itu? rozi?
lil ghoib 
Coba sebutkan huruf mudhoroah itu apa saja rozi?
hamzah nun ya ta
hamzah fungsinya untuk apa?
lil mutakalimil wahdah
kalau nun?
lil mutakalimi ma'a ghoir, dan mu'adzimi nafsah
kalau ya?
lil ghoib
kalau ta?
lil ghoibah, sama lil mukhoththob

Karena yaqrou sebagai fiil mudhore kira2 pertanyaan selanjutnya apa? rozi?
Termasuk fiil mabni apa mu'rob

kira2 yaqrouu itu termasuk dalam kategori mabni atau mu'rob rozi?
mu'rob
kenapa kok mu'rob itu rozi? 
karena tidak bertemu dengan nun taukid dan nun niswah
apa nun taukid itu rozi?
nun yang memiliki arti penguat
ada berapa nun taukid itu? Rozi?
dua
apa saja itu? 
Nun Taukid Khofifah dan Nun Taukid Tsaqilah
Apa bedanya? nun taukid tsaqilah dan nun taukid tsaqilah itu apa? rozi?
Nun Taukid Khofifah itu ringan ditandai dengan sukun
Sedangkan Nun Taukid Tsaqilah itu berat ditandai dengan tasydid

Karena yaqrou termasuk fiil yang mu'rob pertanyaan selanjutnya bagaimana rozi?
dibaca rofa' nashob atau jazm
kira2 yaqrou itu dibaca rofa' nashob atau jazm?
rofa'
kenapa kok dibaca rofa'?
karena li tajjarudiya lin nawaashibi wal jawaazim
maksudnya apa?
sepi dari amil nashob dan amil jazm
tanda rofanya dengan menggunakan apa itu rozi? 
dhommah
kenapa kok menggunakan dhommah?
al fi'lul mudhoriulladzi lam yattashil bi akhirihi syai un

Jadi tentang fiil, yaqrou itu sudah bisa dijawab, karena sistematis tadi. Misalnya mau bertanya tentang status kedudukan dari lafadz muhammadun. 


Muhammadun itu isim, fiil atau huruf?
Isim
kenapa kok isim?
karena ada tanda2 isim
apa tanda2 isim itu?
ditanwin

karena isim pertanyaan selanjutnya apa itu rozi?
dibaca rofa nashob atau jar
kira2 untuk muhammadun itu dibaca rofa nashob atau jar disitu?
dibaca rofa'
kenapa kok dibaca rofa'?
karena termasuk marfu'atul asma
marfuatul asma yang mana itu?
yang fail
kenapa kok yang fail? bukan mubtada' bukan khobar atau yang lain itu? 
karena isim yang dibaca rofa' yang jatuh setelah fiil mabni ma'lum
mana fiil mabni ma'lumnya?
yaqrou
kenapa yaqrou kok disebut sebagai fiil mabni ma'lum?
karena tidak dibaca dengan kaidah majhul.


Jadi begitu kalau seandainya murid2 kita itu diajari secara sistematis, Pembelajaran yang tiga setengah bulan tiadi itu memungkinkan untuk dirasakan hasilnya itu memungkinkan. Jadi (tiap materi prasyarat itu) dituntaskan terlebih dahulu. Tentang kata (pembagian kata) itu dituntaskan terlebih dahulu. Dan itu harus hafal. 

Tentang fiil itu apa? 
  • ciri2nya itu apa? 
  • fiil madhi itu apa? 
  • fiil mudhore itu apa, 
  • fiil amr itu apa? 
  • fiil mujarrod itu apa? 
  • fiil mazid itu apa? 
  • fiil ma'lum itu apa? 
  • fiil majhul itu apa? 
  • Fiilmajhul itu apa? 
  • fiil muta'addi itu apa? 
  • fiil shohih itu apa?
  • fiil mu'tal itu apa?
Sudah dalam (penjabaran fiil, misalnya) karena dalam analisis teks itu dibutuhkan, selesaikan itu. Sebelum itu selesai jangan kemana2 dulu. Salah satu yang bisa kita tawarkan sebagai argumen atau sebagai alasan, kenapa di lembaga pendidikan formal itu, kok tidak kuat penguasaan nahwu shorofnya? karena tidak sistematis tadi. Kalau tidak percaya sampeyan lihat, materi pelajaran kelas? satu tsanawiyah, kelas dua tsanawiyah, kelas tiga tsanawiyah, kelas satu 'aliyah, kelas dua 'aliyah, kelas tiga 'aliyah. Apakah pembahasanya itu sistematis? Misalnya memperhatikan materi yang sulit, kemudian yang inti, dan materi prasyarat? apakah itu yang kemudian ada di situ sebagai pertimbanganya ?? 

Yang saya lihat tidak, oleh sebab itu, yo opo2 yo opo2 sing ngajar siapa pun, kalau seandainya maka tidak memungkinkan untuk kemudian faham itu tidak memungkinkan. Menurut saya sebagai solusi yang harus diperhatikan, karena bagaimanapun juga yang membaca kitab itu adalah vital, sulit untuk difahami, temen2 yang akan takhoshus, temen2 yang akan menempuh fakultas/ jurusan keagamaan, itu tidak bisa membaca kitab itu sulit difahami. 

Ketika kedudukan bahasa arab itu seperti itu, ketika kedudukan membaca kitab itu seperti itu, maka sebenarnya, idealnya temen2 yang akan melakukan kajian, apakah itu dibidang syari'ah apakah itu di bidang da'wah, apakah itu di bidang ushuluddin, apakah itu di bidang yang lain itu, idealnya harus bisa membaca kitab. Membaca kitab itu nampaknya, belum mampu diprotek oleh pendidikan formal. Lebih disebabkan apa? cara pengajaranya tidak sistematis. 

Sampeyan oleh sebab itu, lek besuk sampeyan jadi dosen.. amin ya.. Semoga. Sak umpamane sampeyan itu jadi guru misalnya, lek ngajar kudu sistematis. Kalau misalkan bukunya tidak sistematis, ya jangan diikuti. Lak umpamane moro2 ono fail, diajarkan disitu. Ya harus meruju' dulu menjadi prasyarat, prasyaratnya fail itu apa? fiil ma'lum. Pelajari dulu tentang konsep ma'lum majhul. Seperti itu, dimanapun begitu. 

Kalau di pondok itu kenapa kok kemudian menjadi sukses? karena itu materina itu rigid (dan sistematis). Jadi kalau kita sudah memiliki tawaran, pembelajaran nahwu itu kata kuncinya untuk kemudian bisa cepet difahami, itu adalah sistematis. Pembelajaran yang tidak sistematis itu akan berdampak pada lompatan berfikir. Berdampak pada kekacauan berfikir, inilah menurut saya penyebab kenapa kok? kemudian peserta didik, murid2 siswa siswi di lembaga pendidikan formal itu, rata2 takut kepada materi ilmu nahwu dan shorof. Lak umpamane gak sistematis itu gak iso nyambung. Akhire opo? menganggap angel. 

Sehingga saya sering tanya, kalau seandainya nahwu sulit, sulitnya yang mana? gak bisa jawab justru. Apa bab fail sulit? apa bab mubtada' apa bab khobar yang sulit? yang mana yang sulit? Hampir gak bisa jawab. 

Sampeyan belajar bab ilmu nahwu, kan rata2 sudah khatam nahwunya ya. Sampeyan ngerti itu, bahwa ilmu nahwu itu tidak sulit, kalau diajarkan secara sistematis. Oleh sebab itu, besuk mugo2 sampeyan nduwe lembaga, kata kunci yang harus diperhatikan kalau seandainya sampeyan mengajar nahwu shorof, adalah sistematis. Sistematis itu bisa diterjemahkan banyak, diantaranya 3 hal:

  • Al Hifdzu Al Fahmu At Tathbiq
  • Dimulai dari yang sederhana, terus menanjak yang sulit
  • Berangkat dari materi prasyarat, kemudian beranjak ke materi inti

Hafalan dulu aja wes, pokok e hafalan, setelah itu akan naik tingkat. Setelah hafal mulai a sampai z, tidak butuh waktu lama. Saya sering katakan, butuh waktu banyak, bukan lama. Kalau lama itu 5 tahun, 10 tahun, itu lama. Kalau banyak itu frekuensi. Pokok e sampeyan iku, ba'da shubuh ngaji, bada dzuhur ngaji, ba'da ashar ngaji, ba'da maghrib ngaji, ba'da 'isya ngaji. Nah belajar nahwu itu butuh waktu banyak, tidak butuh waktu lama. Nahwu lho ya.. bukan kitab, kalau belajar kitab itu butuh waktu lama. Sehingga banyak sekali anak kecil ini, usia (belajar) 3bulan, usia 6bulan itu sudah tuntas mulai dari a sampai z.  Mulai dari materi yang sederhana sampai materi yang serius. Al Asma' Al 'amilah 'amalal fi'li iku wes faham iku. I'malul mashdar, iku wes faham iku. Sampai begitu..

Jadi yang kepingin saya tegaskan dalam pertemuan kali ini adalah hati2 nggih kalau ngajar nahwu. Agas nahwu itu tidak dijadikan monster oleh peserta didik, agar nahwu itu tidak dijadikan sebagai makhluk yang menakutkan oleh murid2 sampeyan, upayakan cara ngajinya itu sistematis. Kalau sistematis, bukan lagi menjadi makhluk menakutkan yang namanya nahwu itu, tapi justru disenengi. Tapi justru disukai. Seneng belajar nahwu itu, opo o sebabe? karena enak. Koyok logika, iki kenapa kok begini, karena begini. Iki kenapa kok begini, karena begini. Karena dasar2nya sudah ada semua. Tapi lak sampeyan cara ngajare salah, iku mbulet wes. Diomongi gak faham, karena sejak awal, misale bagaimana? ngajari murid2 kita misalnya tentang rofa nashob atau jar, bareng isim fiil huruf itu ra ngerti. Iki isim, iki huruf iku ra ngerti. Ya itu selesaikan dulu, kalau seandainya sampeyan lompat itu akan berdampak pada lompatan berfikir, yang berdampak juga pada kekacauan berfikir anak2 didik kita. Sehingga anak2 kita akan o.. nahwu itu angel. Ooo nahwu itu sulit. 

Jadi sampeyan besuk itu harus bertanggung jawab, upayakan ketika sampeyan ngajar itu sistematis. Belum tentu lho.. wong sing iso moco kitab macem2 itu langsung ngerti sistematika belum tentu. Sehingga saya sering menerjemahkan, siapa guru yang baik? guru yang baik itu adalah guru yang bisa menjelaskan filosofi dan fungsi dari masing2 materi. Guru yang baik itu, guru yang hebat itu adalah guru yang ngerti tingkat signifikansi, tingkat manfaat, tingkat kegunaan dari masing2 materi. 

Sampeyan lek gak ngajar fiil ma'lum majhul, opo o muride sampeyan. Oooo bermasalah ustadz, nanti kalau saya ngajar tentang fail bagaimana? ngerti kaitane itu ngerti, guru yang baik itu berarti. 

Lek sampeyan gak ngajari mufrod tatsniyah jama' gmn? Oh bermasalah banget itu ustadz.. dalam bab khobar ada istilah muthobaqoh ustadz. Mubtada khobar iku kudu podo ustadz, muhammadun qoimun.  Muhamadaani qoimaani. Muhammaduna qoimuna. Mufrod tatsniyah jama' dalam mubtada khobar iku berguna ustadz. Dalam bab na'at man'ut berguna juga niku. Dalam bab hal berguna juga. 

جاء محمد راكبا
جاء محمدون راكبين
جاء محمدان راكبين

Mufrod tatsniyah jama' itu ternyata punya manfaat dalam berbagai bab, dan itu harus dikuasai oleh guru yang baik. Kalau seandainya sampeyan atas nama guru kok tidak menguasai itu, pasti murid2 sampeyan akan berkesimpulan, bahwa nahwu shorof itu sulit, nahwu shorof itu adalah monster, nahwu shorof itu adalah materi yang harus ditakuti. Padahal kalau seandainya ditanya juga bingung mereka itu. Sampeyan tak takok i misale, ndi materi nahwu sing angel. Bingung, endi yo sing angel. Angel katene njawab, kok iso nganggep angel? karena ada kekacauan berfikir tadi, karena ada lompatan berfikir tadi. Karena tidak sistematis tadi. Oleh sebab itu tolong, kalau seandainya sampeyan mau ngajar, itu diupayakan ya, sistematis. Sampeyan itu kalau jadi guru, ngertilah peta konsep. 

Seperti yang sering saya katakan, Guru yang baik itu kalau seandainya materi diocar acir ning kene, diocar acir ning kene, iki lazim muta'addi. 

Ustadz, lazim muta'addi niki tempate teng mriki ustadz, nah... 
Tentang ma'lum majhul, ma'lum majhul niku tempate teng mriki ustadz,  Peta konsep seperti itu, ini mufrod tatsniyah jama' , nah lek niki tempate teng mriki ustadz. nah teng mriki.

Jadi guru yang baik itu ngerti tata letaknya dalam struktur berfikir itu ngerti. Kalau sampeyan gak ngerti struktur berfikir, tata letak peta konsepnya itu, kemungkinan sampeyan itu jadi guru yang gagal. Itu makanya belajar dulu, kalau misalnya belum tahu peta konsepnya (dengan baik). Oleh sebab itu filosofi guru itu selalu saya katakan, Ojo ge er sampeyan lek dadi guru, ojo ge er sampeyan lek dadi ustadz. Saya ustadz, saya kan guru, mesti entuk ganjaran. Bisa jadi dapat dosa itu. 

Kapan guru atau ustadz itu dapat dosa, kalau menghambat potensi anak orang lain. Kenapa kok dianggap menghambat potensi anak orang lain? Sebenarnya belum faham dia, tapi terpaksan ngajar. Gak iso.. (kok) ngajar. Anak ini cerdas ini, misalnya anak ini cerdas,  kalau seandainya diajari wong sing pinter iku cepet iso. Karena diajari oleh kita yang gak pinter, akhirnya gak iso iso. Gak iso2 bukan karena kebodohan dia, tapi karena kita yang salah mengajar. Oleh sebab itu, itu menjadi penting untuk direnungkan. Janganlah sampeyan fikir, bahwa kalau jadi guru itu mesti dapat pahala, bisa jadi kalau seandainya sampeyan itu menghambat anak orang lain, bisa jadi dapat dosa. 

Oleh sebab itu caranya mencari guru itu ketat sekali, Pertemuan kali ini saya itu hanya ingin menegaskan bahwa belajar dan mengajar ilmu nahwu itu harus sistematis. Saiki sampeyan delok, sing arek tsanawiyah, sing arek aliyah, sing arek kuliah, materi2nya itu sudah sistematis apa belum. Kalau belum sistematis, yakinlah diajari dengan model apapun, maka anak akan mengalami kesulitan yang cukup luar biasa. Yang akhirnya berkesimpulan bahwa nahwu itu, Nahwu itu angel, nahwu itu sesuatu yang sulit untuk ditakhlukkan. Padahal kalau seandainya yang ngajar itu pinter, Nahwu itu mengasyikkan, nahwu itu kayak matematika (berlogika). Oiya karena begini maka begini, karena begini maka begini, misalnya. 

Ini sekedar (pengenalan) nggih kajian kita, setiap jum'at itu pokoknya sederhana begini saja. Pokoknya setengah satu sampai setengah dua kita mengurai tentang problematika membaca kitab. Tentang unsur2 membaca kitab itu apa saja. Cara belajar dan mengajar nahwu itu seperti apa? Agar sampeyan itu faham nanti... Besuk (insyaalloh) akan cara belajar shorof itu bagaimana. Terus begitu... Pokoknya agar sampeyan itu pandanganya sama dengan kita bahwa cara ngajar nahwu itu begini, cara ngajar shorof itu begini, dan seterusnya. 
Mungkin itu yang bisa saya sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf. 
Wabillahit taufiq wal hidayah
Assalamu'alaikum warohmatullohi wa barokatuh










Comments